Lagu Cinta Yovie
Lebih dari tiga dekade perjalanan bermusik Yovie Widianto (50) dirangkum dalam Konser Inspirasi Cinta Yovie & His Friends di Jakarta Convention Center, Rabu (7/11/2018). Sosok musisi, komponis, dan produser ini menyentuh hati berbagai lapisan masyarakat melalui inspirasi cinta pada karya-karyanya.
Konser Inspirasi Cinta Yovie & His Friends diapit dua konser besar penyanyi dan band asal Amerika Serikat, yakni Mariah Carey di Borobudur, Magelang, dan Guns and Roses di Jakarta itu. Meski begitu, konser Yovie berhasil menunjukkan kelasnya sebagai konser anak bangsa yang patut diperhitungkan.
Tiket konser yang dijual mulai dari Rp 850.000 hingga Rp 6,5 juta sebanyak 5.500 lembar ludes. Sebagai sebuah pertunjukan, Inspirasi Cinta juga sukses menghibur penonton yang memadati Jakarta Convention Center.
Malam itu, Yovie seolah sengaja mengajak penonton menapaki perjalanannya di dunia musik Tanah Air yang terentang selama lebih dari 35 tahun. Jejak panjang itu hadir melalui lagu-lagu ciptaan Yovie, dinyanyikan oleh penyanyi-penyanyi dan band-band, mulai dari Kahitna, Yovie & Nuno, Rossa, Bunga Citra Lestari, Tulus, hingga penyanyi belia yang tak lain adalah anak pertama Yovie, Arsy Widianto.
Lagu-lagu cinta seperti ”Cantik”, ”Tak Kan Terganti”, ”Dia Milikku”, dan ”Suratku” dihadirkan pada konser ini. Pertunjukan ini mengaduk emosi pencinta karya-karya Yovie. Semua larut, menumpahkan perasaan bersama lagu-lagu cinta itu.
”Saya bersyukur pencinta musik saya sangat solid dan bisa support, bahkan banyak yang enggak kebagian tiket dan masih nyari. Padahal, saya pikir tiketnya mahal banget. Saya bersyukur banyak yang sayang sama karya-karya saya,” papar Yovie, beberapa hari setelah konser usai di kantornya, Yovie Widianto Music Factory, di kawasan Matraman, Jakarta.
Bagi Yovie, eksistensinya di dunia musik hingga kini usianya menginjak 50 tahun bukan lagi sekadar buah perjuangan panjang. Lebih dari itu, ada campur tangan Tuhan di dalamnya. Apalagi, sama seperti kisah klasik lainnya, kedua orangtua Yovie sempat tak setuju dengan pilihannya menjadi musisi. Akibatnya, ia pun sempat harus sembunyi-sembunyi ”ngamen” di sebuah hotel di Bandung, kota kelahirannya.
Toh, semua terbayar lunas. Karyanya yang kerap berkisah tentang cinta dinyanyikan banyak penyanyi Tanah Air. Saat duduk di mobil dalam sebuah perjalanan, misalnya, Yovie bisa berkali-kali mengganti saluran radio dan menemukan lagu-lagunya diputar di mana-mana.
”Ada Raisa dengan ’Mantan Terindah’, lalu saya ganti, eh, ada Rossa, juga bawakan lagu saya. Saya ganti lagi ada Glenn Fredly, bawakan lagu saya juga,” katanya. Jejak di dunia musik itu kini juga diikuti sang anak, Arsy Widianto yang telah mulai mencuri perhatian pencinta musik Tanah Air.
Lagu cinta memang telah menjadi trademark Yovie. Namun, orang kerap salah paham dengan sosok yang menjadi inspirasi lahirnya lagu-lagu Yovie. ”Banyak yang bilang, bintang film atau model yang kepincut. Semuanya cantik. Sebagian ada benarnya, tetapi enggak begitu-begitu amat,” kata Yovie terkekeh.
Inspirasi ibu
Soal sosok perempuan yang menjadi inspirasi, Yovie punya penjelasan sendiri. Bukan bintang film, bukan juga model, tetapi ibunda Yovie, Indriani. Saat Yovie menyabet The Best Composition Award dalam kompetisi internasional, respons yang datang tak sesuai harapan, ibulah yang membesarkan hatinya.
”Orang-orang memang enggak tahu, tetapi ibu jadi fans pertama kamu yang tahu kamu mendapatkan itu,” ujar Yovie mencuplik kalimat sang ibu.
Ibunya juga mengingatkan Yovie pada sosok Ismail Marzuki yang lebih dikenal sebagai pencipta lagu-lagu nasional. Menurut sang ibu, Ismail Marzuki itu pencipta lagu cinta paling hebat. ”Cuma (karena) di zaman perang sehingga disebut lagu nasional,” ujar Yovie.
Dia mencontohkan lirik ”Sepasang Mata Bola” yang puitis dan romantis. Sang ibu pula yang mendorong Yovie untuk melakukan hal yang sama, bahkan lebih. ”Itu kemudian jadi penyemangat saya. Itulah kenapa perempuan kemudian selalu jadi inspirasi buat saya,” katanya.
Namun, Yovie tak ingin membuat lagu cinta asal-asalan. Pesan ayahnya, almarhum Wing Wiryawan, agar Yovie membuat musik yang cerdas dan memberi pencerahan menancap kuat di benak Yovie. Sang ayahlah yang memperkenalkan Yovie pada lagu-lagu David Foster.
Menurut Yovie, lagu-lagu itu memiliki melodi sederhana, tetapi dengan gaya yang kuat. Gaya itu kemudian diterapkan Yovie dengan mengusung melodi khas Indonesia.
Yovie mencontohkan lirik ”hei ya ya ya hei ya” yang ada di lagu ”Cantik”. Formula seperti itu konon banyak dilagukan orang Indonesia zaman dahulu, juga mereka yang tinggal di daerah pesisir. Seperti juga pada lagu ”Walang Kekek” yang dinyanyikan Waldjinah dengan ”e ya eyo ya eyo”.
”Itulah mengapa lagu-lagu saya dimiliki semua lapisan tanpa batas dan bisa berumur panjang,” kata Yovie.
Lagu-lagu Yovie juga selalu menggambarkan karakternya, memiliki konsep jelas, komposisinya teratur, tetapi tetap ada unsur seru dan ”nakal”. Tak kalah penting adalah unsur kejujuran, tanpa rekayasa. ”Unsur-unsur itu saya jaga banget. Enggak mengada-ada, tetapi tentu tetap diperindah,” kata Yovie.
Ia ingin lagu-lagunya tetap indah dengan komposisi musik yang benar sehingga diminati banyak orang. Dia berkaca pada film-film barat, seperti Pretty Woman dan Ghost, yang meski judulnya terkesan biasa-biasa saja, tetapi tetap berkualitas, baik dari sisi cerita maupun akting sang aktor.
Dia tak menampik jika untuk menghasilkan lagu-lagu itu, ada strategi yang dia praktikkan. Seperti pada saat awal memperkenalkan lagu dengan format jazz yang kini banyak diikuti oleh generasi musisi yang lebih muda. ”Sekarang, kan, lagu-lagu kayak Tulus sudah bisa dinikmati. Dulu susah,” kata Yovie.
Meski begitu, rumusan strategi bermusik dipastikan Yovie tidak mengganggu niatnya berkarya dengan jujur. ”Jujur itu asal tidak membuat orang sedih, resah karena hal-hal yang begitu, saya tidak keberatan orang tahu apa pun itu. Istilahnya, bagaimana kita menyampaikan hal-hal yang ada di hati tanpa melukai orang lain. Seniman juga, kan, manusia biasa, bisa patah hati, bisa sedih,” papar Yovie.
Saat ini, Yovie telah mencicipi pahit manis asam garam dunia musik. Dalam rentang kariernya, Yovie telah membuktikan bahwa sosoknya patut diperhitungkan di dunia musik Tanah Air. Toh, Yovie belum jenuh bermusik. Semangat untuk bermusik itu tetap menyala.
Tak ”cemen”
”Musik itu kalau enggak disampaikan sayang. Kan, orang bisa berbagi sama kita. Dan, musik itu juga harus lahir dari hati yang indah. Komposer, siapa pun itu, ketika membuat lagu pasti hatinya sedang indah. Ini kesempatan untuk menyampaikan karena momentum seperti itu tidak datang dua kali,” kata Yovie tentang proses kreatifnya.
Apalagi, dalam hal terkait cinta, menurut Yovie, tak pernah ada yang berubah. ”Kalau sedih, ya, sedihnya tetap sama. Kalau kita kangen sama orang yang kita sayang, ya, kangennya tetap sama. Kalau tiba-tiba bahagia, ya, bahagianya sama,” ujar bapak dua anak ini.
Musik yang digelutinya selama ini, bagi Yovie, juga sebentuk pengabdian. Ia memilih terus berkarya dengan lagu-lagu cinta karena, menurut dia, cinta adalah sesuatu yang besar. ”Secara filosofi, negeri kita jelas butuh cinta, butuh memahami arti cinta. Kalau kita saling menyayangi untuk Indonesia, enggak ada ribut-ribut cuma untuk kekuasaan.”
Lanjut Yovie, ”Kalau kita bisa membentuk cinta dari lingkungan terkecil, kan, akhirnya bisa untuk cinta yang lebih besar, untuk negeri ini. Ini harapan saya.”
Ia berpandangan, jika ada orang yang menganggap lagu cinta itu cemen, mungkin orang itu belum tahu betapa besarnya arti cinta. ”Orang bekerja keluar rumah karena cinta untuk keluarga. (Bekerja) untuk negara ini juga karena cinta. Jadi, jangan kecilkan sebuah cinta,” ujar Yovie.
Lalu, ia imbuhi, ”Lagu-lagu rock yang keras dan terkenal zaman dulu itu juga banyak bicara cinta. Queen, misalnya, lagu ’Love of My Life’ juga tentang cinta. Jadi, mengapa kita harus malu dengan lagu cinta. Cinta itu sangat konseptual dan sama sekali enggak cemen.”