Metamorfosis Madrid
Dari sebuah desa kecil yang berada di tengah-tengah Spanyol, Madrid mekar menjadi salah satu ”permata” tercantik Eropa. Tepat di jantungnya, warisan tiga peradaban besar bersemayam: Eropa, Arab, dan Mesir Kuno.
”Pusat kota? Bagus. Banyak bangunan bersejarah di sana. Kamu harus ke sana,” kata Santiago Losada, seorang kenalan di Madrid, pertengahan September lalu. Modal referensi dari sejumlah bahan bacaan ditambah konfirmasi dari Santiago tadi membuat semangat kian tebal untuk menyambangi tempat-tempat menarik di pusat ibu kota Spanyol itu.
Cuaca Madrid yang saat itu sedang agak panas, sama seperti di Jakarta, sama sekali tak jadi penghalang. Penelusuran berawal dari Palacio Real atau Istana Kerajaan, kediaman resmi keluarga Kerajaan Spanyol. Ini sekaligus menjadi salah satu simpul keramaian turis karena letaknya sangat strategis di tengah kota.
Banyak destinasi bersejarah yang mudah dijangkau dengan berjalan kaki dari titik di kawasan kota tua yang disebut Austrias ini. Telepon pintar dengan aplikasi peta cukup bisa diandalkan untuk menjelajahi pusat kota ini. Tiba lewat tengah hari, ribuan pengunjung memadati area di dalam dan luar istana.
Kemegahan bangunan yang memiliki 3.000 kamar itu tak terbantahkan lagi. Wujudnya saat ini sebagaimana dibangun pada 1738 setelah kebakaran menghancurkan total struktur istana sebelumnya. Di lokasi inilah dulu berada pusat kendali wilayah kekuasaan Spanyol yang membentang dari Amerika hingga Asia, Eropa hingga Afrika.
Dari sisi timur istana, di Plaza de Oriente, aura kemegahan sangat terasa. Patung Felipe (Philip) IV, Raja Spanyol pada 1621-1665, berdiri di tengah plaza seolah melindungi istana di belakangnya. Patung perunggu itu menggambarkan sang raja sedang menunggang kuda jingkrak.
Kekuasaan
Saat Felipe IV berkuasa, Spanyol menguasai wilayah seluas 12 juta kilometer persegi. Luasan itu setara 1,5 kali benua Australia. Palacio Real menyimpan sejarah panjang, bukan hanya tentang Kerajaan Spanyol, melainkan juga Madrid yang menggantikan Toledo sebagai ibu kota kerajaan sejak 1561.
Jika ditarik lebih jauh lagi, embrio Madrid sebagai kota juga bermula dari sini. Di lokasi itulah Emir Cordoba Muhammad I membangun kota benteng yang dinamai Mayrit pada 865. Muhammad I adalah pemimpin emirat Muslim yang kala itu menguasai sebagian besar Semenanjung Iberia (Andalusia).
Mayrit awalnya dimaksudkan sebagai basis pertahanan terluar Andalusia yang berbatasan dengan dua kerajaan Eropa, yakni Leon dan Castile, di utara. Lokasi benteng di puncak bukit dan dekat dengan Sungai Manzanares membuatnya sangat strategis untuk keperluan itu. Kata Mayrit dari bahasa Arab merujuk pada kondisi dataran yang berlimpah sumber air tersebut.
Nama Mayrit bermetamorfosis menjadi Magerit (tanah kaya air) dan kemudian Madrid saat Kerajaan Castile menguasai kota itu pada 1083. Peninggalan era Mayrit berupa tembok benteng masih dapat disaksikan di Taman Emir Mohamed I. Letaknya hanya sepelemparan batu dari Palacio Real, tepatnya di sisi selatan istana di seberang Katedral Almudena.
Penggalan tembok itu panjangnya 120 meter dengan tinggi sekitar 8 meter dan tebal 2 meter. Tembok yang disusun dari batu-batu gamping dan rijang tersebut masih tampak kokoh. Bayangan tentang ketangguhan benteng itu digambarkan Ana Ruiz dalam bukunya, Medina Mayrit: The Origins of Madrid (2012).
Ruiz mencantumkan kutipan dari tulisan ahli geografi dan sejarawan Arab abad ke-14, Ibn Abd al-Mun’im al-Himyari, ”Mayrit, kota penting Andalusia, memiliki arsitektur pertahanan terbaik dan terkuat pada masanya.”
Tempo dulu
Beranjak dari tembok, langkah dilanjutkan menyusuri jalan Calle Mayor ke arah timur. Bangunan-bangunan bergaya Eropa abad ke-16 hingga ke-18 menjulang di kanan-kiri jalan, membekukan suasana tempo dulu Madrid. Di sela antar-bangunan, gang-gang kecil dengan lantai dari batuan memperkuat nuansa lawas itu.
Plaza de la Villa, alun-alun tertua di Madrid, berjarak sekitar 400 meter dari tembok. Alun-alun selebar 30 meter dan panjang 50 meter itu sekilas tampak biasa saja apalagi jika dibandingkan dengan alun-alun utama dan paling terkenal di Madrid, yakni Plaza Mayor, yang hanya berjarak sekitar 200 meter dari Plaza de la Villa. Namun, sejarah di balik Plaza de la Villa tak dapat ditandingi Plaza Mayor ataupun plaza lain di Madrid.
Plaza mungil yang merupakan alun-alun tertua itu menjadi ”jantung” kota Madrid pada abad pertengahan. Alun-alun tersebut dikelilingi sejumlah bangunan bersejarah dengan taman kecil di ujung selatannya. Bangunan tertua di situ adalah menara dan rumah Lujanes yang terletak di sisi timur alun-alun.
Kedua bangunan berimpitan itu berusia lebih dari 500 tahun dan disebut-sebut sebagai bangunan sipil tertua yang masih terpelihara dengan baik di Madrid. Saat ini, bangunan tersebut dipakai sebagai markas Royal Academy of Moral and Political Sciences.
Di sisi barat alun-alun, berdiri Casa de la Villa, Balai Kota Madrid yang dibangun pada 1645 dan dipakai terus sebelum pindah ke lokasi lain pada 2007. Bangunan granit bercorak baroque tersebut kini difungsikan sebagai kantor dewan kota.
Lepas dari Plaza de la Villa, perjalanan beralih ke era Mesir Kuno, masih di Madrid. Ya, Madrid juga ”mewarisi” sebuah peninggalan Mesir Kuno berupa kuil bernama Templo de Debod atau Kuil Debod. Kuil itu dipindahkan ke Madrid pada 1969 sebagai pemberian dari Pemerintah Mesir untuk Spanyol.
Pemindahan kuil berusia 2.200 tahun tersebut untuk menyelamatkannya agar tak tenggelam akibat pembangunan Bendungan Aswan. Batu-batu kuil itu dibongkar kemudian satu per satu diangkut ke Madrid. Kuil lalu dibangun ulang di taman Cuartel de la Montana, sekitar 1 kilometer arah utara Palacio Real.
Pembangunannya memakan waktu dua tahun sebelum dibuka untuk umum pada 1972. Sayang, saat berkunjung, akses ke kuil itu sementara ditutup. Namun, pengunjung masih bisa menikmati keindahan kuil dari luar. Kuil itu terdiri dari tiga struktur terpisah dalam satu garis lurus, yakni dua pylon (sejenis gapura) dan bangunan utama kuil.
Kuil ini juga dikelilingi kolam kecil yang mengering. Di sekitarnya, pepohonan nan hijau memenuhi area taman yang luas. Banyak warga lokal dan turis yang terlihat piknik di bawah kerindangan tersebut.
Di ujung barat taman, yang terletak di puncak bukit kecil itu, ada ”bonus” bagi pengunjung, yakni pemandangan Madrid dari ketinggian. Di lokasi itu, mata dapat leluasa menikmati bentang kota, terutama Palacio Real dan Katedral Almudena, yang menjulang di kejauhan.
Ah, Madrid....