BOGOR, KOMPAS—Pergeseran prioritas pembangunan pada peningkatan mutu sumber daya manusia membuat peran guru makin penting dan strategis. Karena itu, para guru harus mampu jadi agen transformasi penguatan sumber daya manusia dalam membangun talenta peserta didik, mengelola pembelajaran lebih kreatif, dan membentuk karakter anak bangsa.
Setelah empat tahun fokus pada pembangunan infrastruktur, mulai 2019, peningkatan sumber daya manusia secara masif dilakukan. Pembangunan mutu sumber daya manusia bertumpu pada jutaan guru di Indonesia.
Presiden Joko Widodo menyampaikan itu pada acara Peringatan Hari Guru dan Hari Jadi Ke-73 Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) bertema ”Meningkatkan Profesionalisme Guru Menuju pendidikan Abad Ke-21”, di Stadion Pakansari, Kabupaten Bogor, Sabtu (1/12/2018). Acara yang dihadiri lebih dari 44.000 guru itu juga dihadiri Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy dan Ketua Umum PGRI Unifah Rosyidi.
Presiden berharap para guru mampu menjadi agen transformasi dalam membangun talenta anak bangsa. ”Untuk itu, guru dituntut terus meningkatkan profesionalitas menuju pendidikan abad ke-21,” kata Presiden Joko Widodo.
Menurut Presiden, dunia saat ini berubah amat cepat. Digitalisasi pendidikan membawa perubahan besar di dunia pendidikan. Kini, ruang kelas bukan satu-satunya tempat belajar. Dunia virtual pun bisa menjadi kampus. ”Karena itu, peran guru harus lebih dari mengajar, tetapi juga mengelola belajar siswa. Guru perlu lebih fleksibel, kreatif, menarik, dan lebih menyenangkan bagi siswa,” tutur Presiden.
Meski demikian, Joko Widodo meyakinkan, guru tidak bisa digantikan mesin secanggih apa pun. Guru diperlukan untuk membentuk karakter anak bangsa dengan budi pekerti, toleransi, dan nilai kebaikan. Guru justru mampu menumbuhkan empati sosial, membangun imajinasi dan kreativitas, serta mengokohkan semangat persatuan dan kesatuan bangsa.
[caption id="attachment_9861770" align="alignnone" width="720"] Suasana perayaan Hari Guru Nasional 2018 dqn HUT ke-73 PGRI di Stadion Pakansari, Kabupaten Bogor, Sabtu (1/12/2018). Sekitqr seribu pelajar memeriahkan acara dengan pertunjukkan seni budaya Indonesia yang beragam.[/caption]Dengan tugas guru yang amat mulia dan berat itu, pemerintah berkomitmen mengatasi kekurangan guru di sejumlah daerah sesuai kondisi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. ”Kita ingin berpihak kepada rasa keadilan, guru yang lama mengabdi, serta tak melanggar undang-undang,” kata Presiden.Tahun ini, kuota penerimaan guru baru 114.000 orang, tertinggi di antara semua formasi dalam perekrutan calon aparatur sipil negara (ASN). Di sisi lain, pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun 2018 tentang Manajemen Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja. PP itu membuka peluang pengangkatan guru honorer yang melampaui usia maksimal, yang ditetapkan UU, untuk menjadi ASN dengan hak setara dengan ASN. [caption id="attachment_9861771" align="alignnone" width="720"] Puluhan ribu guru hadir di puncak peringatan Hari Guru Nasional 2018 dan HUT ke-73 PGRI di Stadion Pakansari, Kabupaten Bogor, Sabtu (1/12/2018). Presiden Joko Widodo yang hadir mengatakan guru berperan penting dalam peningkatan kualitas SDM bangsa.[/caption]
Beban administrasi
Unifah menyampaikan, banyak permasalahan dihadapi guru. Sampai kuartal ketiga dan keempat tahun ini, banyak tunjangan profesi pendidik (TPP) guru belum cair. Selain itu, ada beban administratif rumit, termasuk sertifikasi profesi guru, pelatihan guru berkelanjutan belum merata, dan nasib guru di area terdepan, terluar, dan tertinggal; serta guru honorer lama mengabdi, tetapi belum mendapat perhatian serius.
Menanggapi hal itu, Presiden berjanji membuat guru tidak dibebani tugas administratif berat. ”Saya tidak ingin para guru harus menjalani proses birokrasi dan sertifikasi berbelit. Namun, itu menyangkut kabupaten, kota, provinsi, dan pusat sehingga prosesnya harus diawasi agar cepat dan sederhana,” ujarnya.
Untuk itu, Presiden mengundang Ketua Umum PGRI pekan depan ke Istana. Presiden berjanji mengikuti penyelesaian masalah yang dihadapi guru. Sejauh ini, pemotongan TPP atas guru besertifikat karena sakit, naik haji, atau umrah yang tahun lalu dikeluhkan sudah ditangani.
Dalam peringatan Hari Guru dan Hari Jadi Ke-73 PGRI, kemarin, para guru menyatakan kekhawatirannya dengan gejala intoleransi, konflik, dan perilaku ekstrem yang mengancam nilai-nilai keindonesiaan dan keutuhan bangsa. Jadi, para guru menyatakan sikap setia kepada NKRI, Pancasila, UUD 1945, dan Bhinneka Tunggal Ika.
Dalam deklarasi guru yang dibacakan Wakil Ketua PGRI Kabupaten Bogor Ukay Sukarna, PGRI berkomitmen menjadi kekuatan moral intelektual yang mengedepankan nilai-nilai persatuan dan kesatuan bangsa.
Lembaga pendidikan dan perguruan tinggi PGRI merupakan wadah inklusif yang membentuk generasi muda berkarakter kuat, mandiri, nasionalis, demokratis, moderat, menghormati kebinekaan, serta mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa. PGRI juga berkomitmen menjadikan guru sebagai penyemai kerukunan dan kedamaian serta menolak radikalisme, terorisme, dan kekerasan, dalam menyelesaikan masalah berbangsa dan bernegara.