JAKARTA, KOMPAS - Peserta Reuni Akbar Persaudaraan Alumni 212 melaksanakan salat subuh di Masjid Istiqlal dan sekitar Monumen Nasional, Minggu (2/12/2018). Para penjual atribut bertema alumni 212 juga ditemui di berbagai titik di sekitar Monas dan Masjid Istiqlal.
Ada peserta reuni yang melaksanakan salat di Jalan Merdeka Barat, Jakarta Pusat. Mereka menggelar banner sebagai alas. Ada pula yang membawa sajadah untuk alas salat. Terlihat juga beberapa orang yang salat subuh di trotoar jalan. Mereka berwudu menggunakan air yang ditampung galon yang sudah disiapkan di mobil bak terbuka.
Di Masjid Istiqlal, peserta reuni memadati lantai satu dan lantai dua. Setelah melakukan salat berjamaah, beberapa di antaranya berbincang dan tidur di area masjid. Sebagian besar dari mereka mengenakan pakaian putih.
Peserta dari Indramayu, Fajrul (23), mengatakan, ia berangkat bersama 15 orang kerabat dan temannya pukul 21.00, Sabtu (1/12/2018). Mereka sampai di Masjid Istiqlal pada Minggu pukul 02.00. "Tadi sudah tidur. Setelah sarapan nanti, kami jalan ke Monas," kata Fajrul.
Berbagai daerah
Berdasarkan pantauan sejak pukul 03.00 pagi di Jalan Jenderal Basuki Rahmat, Pondok Bambu, Jakarta Timur, para peserta reuni mulai berdatangan dari arah Bekasi. Mereka menggunakan sepeda motor, mobil pribadi, angkutan perkotaan, dan bus. Mereka membawa bendera bertuliskan tauhid berwarna hitam dan putih. Bendera itu diikatkan di bagian belakang atau depan mobil.
Dari arah Tanah Abang, puluhan orang datang menuju Monumen Nasional berjalan kaki. Beberapa di antara mereka menggendong anak kecil. Terlihat juga anak-anak berusia sekitar 15 tahun berjalan dengan rombongan itu.
Jalan Budi Kemulyaan menuju Monas ditutup untuk kendaraan pribadi dan umum. Para peserta reuni memarkirkan kendaraan di Jalan Abdul Muis. Terlihat kendaraan dengan plat nomor dari berbagai daerah terparkir, seperti plat D, Z, A, N, dan AD. Selain itu, mobil ambulans terlihat diparkirkan di sekitar Monas. Setidaknya ada tiga mobil ambulans yang diparkir di Jalan Budi Kemulyaan.
Keramaian tersebut dimanfaatkan oleh para pedagang. Rifki Maulana (16), warga Cileduk, berkeliling untuk jual ikat kepala dan bendera bertuliskan tauhid. Ia menyiapkan sekitar 2.000 ikat kepala dan 100 bendera berukuran 40x20 sentimeter. Ia berkeliling menjajakan dagangannya sejak pukul 02.00. Saat ditemui pukul 04.00, ia sudah bisa menjual ikat kepala 150 potong dan bendera 12 buah.
"Lumayan, Bang. Ikat kepala saya jual Rp 5.000. Kalau bendera Rp 20.000," kata Rifki.
Keadaan ini juga dimanfaatkan oleh pemarkir liar. Menuju Masjid Istiqlal di Jalan Ir H Juanda, para pemarkir terlihat di setiap sisi jalan. Mereka memanfaatkan tepi jalan untuk parkir mobil. Sedangkan trotoar digunakan untuk parkir motor. Biaya parkir mobil dan motor Rp 10.000 dan dibayar di awal saat parkir. (SUCIPTO)