Filipina berkomitmen mempertandingkan 56 cabang olahraga, terbanyak dalam sejarah, di SEA Games 2019. Namun, Indonesia tidak akan turun di setiap nomor.
JAKARTA, KOMPAS Keputusan Panitia Penyelenggara SEA Games Filipina atau Phisgoc sudah bulat untuk menjadi negara penyelenggara dengan jumlah cabang olahraga terbanyak. Sang tuan rumah hanya tinggal memastikan jumlah nomor lomba.
Setelah pembahasan dengan semua negara peserta, Phisgoc memutuskan untuk mempertandingkan 56 cabang olahraga pada SEA Games Manila 2019. Phisgoc tidak akan mengubah komposisi jumlah cabang yang akan dimainkan pada 30 November-10 Desember.
”Ini sudah final. Kami akan menjadi tuan rumah dengan jenis olahraga terbanyak,” kata Direktur Olahraga Phisgoc Abraham Tolentino kepada media lokal Filipina, PhilStar.
Manila akan melewati rekor yang sebelumnya dipegang Indonesia pada 2011 dengan memainkan 44 cabang. Adapun dalam ajang sebelumnya, di Kuala Lumpur, hanya 38 cabang yang dipertandingkan.
Sebanyak 12 dari 56 cabang itu merupakan olahraga yang baru pertama kali dipertandingkan di ajang multicabang olahraga Asia Tenggara. Olahraga ini antara lain kurash, sambo, hoki dalam air, dan e-sports.
Meski begitu, jumlah nomor lomba di Manila kemungkinan lebih kecil ketimbang 2011. Phisgoc merencanakan 529 nomor lomba, lebih kecil dari Indonesia yang memainkan 545 nomor lomba. Keputusan nomor lomba baru dipastikan pada 15 Desember 2018.
Hak tuan rumah
Harry Warganegara dari Komisi Pengembangan Olahraga Komite Olimpiade Indonesia (KOI), Sabtu (1/12/2018), mengatakan, wacana soal 56 cabang itu memang benar ada. Namun, itu masih dalam bentuk komitmen dan ungkapan tuan rumah. KOI belum mendapatkan keputusan final terkait hal itu. Kemungkinan besar keputusan final baru diputuskan tuan rumah pada Desember 2018-Januari 2019.
KOI tak keberatan dengan jumlah olahraga yang menjadi rekor terbanyak. Jumlah itu tidak akan berpengaruh terhadap pengiriman atlet dan prestasi Indonesia.
”Itu, kan, hak mereka sebagai tuan rumah. Kalau kita tidak masalah karena kita juga pastinya mengirim atlet yang memang berpotensi medali, khususnya olahraga Olimpiade,” lanjutnya.
Kemenpora juga menyatakan, Indonesia tidak akan mengirimkan wakil dalam semua nomor. Selain karena belum tentu memiliki atlet di setiap nomor,
Kemenpora ingin lebih selektif untuk mengirimkan atlet dari
cabang yang mungkin berprestasi.
”Kita tidak mau sudah dikirim, tetapi hanya sia-sia. Kita tak mau mengulang pengalaman pahit pada 2017 saat kita flop. Lebih baik difokuskan pada cabang berpotensi medali emas,” kata Sekretaris Kemenpora Gatot S Dewa Broto.
Pada 2017, Indonesia berada di peringkat kelima dengan hanya mendapatkan 38 emas. Capaian ini merupakan yang terburuk sepanjang keikutsertaan dalam SEA Games.
Pada cabang baru, seperti kurash yang menyumbangkan medali perunggu Asian Games 2018, Indonesia belum tentu mengirimkan wakilnya ke SEA Games 2019. Hal yang sama mungkin berlaku pada olahraga yang rutin dilombakan di Olimpiade, tetapi relatif baru berkembang di Indonesia, seperti pancalomba modern dan pada cabang yang dimainkan di Kuala Lumpur.
Dalam waktu dekat, Kemenpora akan mengadakan rapat bersama dengan KOI dan KONI. Pertemuan itu untuk mengidentifikasikan atlet dan cabang mana yang layak berangkat ke Manila. ”Kami akan bersama-sama untuk mengidentifikasi kekuatan. Dasar pertimbangannya adalah prestasi,” ucap Gatot.
”E-sports”
Salah satu kejutan di Filipina adalah turut melombakan e-sports sebagai cabang yang memperebutkan medali. Setelah disetujui Komite Olimpiade Internasional (IOC), e-sports yang sebelumnya hanya menjadi pertandingan ekshibisi di Asian
Games akan memainkan enam nomor lomba.
Nomor lomba itu terdiri dari masing-masing dua gim tipe konsol, komputer, dan gawai. Sejauh ini baru Mobile Legends, gim gawai, yang dicanangkan dalam perebutan emas.
Pengumuman ini membawa angin segar untuk Indonesia. Atlet e-sports nasional cukup ditakuti di tingkat Asia. Bahkan, pada Asian Games, Indonesia meraih 1 emas dan 1 perak, hanya satu peringkat di bawah juara umum China yang meraih 2 emas dan 1 perak. Adapun Vietnam meraih empat perunggu.
Menanggapi ini, Gatot menyatakan, pihaknya mendukung pengiriman atlet e-sports Indonesia ke Manila. ”Ini sangat layak dipertimbangkan. Karena sudah terbukti sebagai penyelenggara ekshibisi, kita cukup baik. Padahal, itu tingkatannya Asia,”
katanya. (KEL)