Bandara, Pelabuhan, Stasiun, dan Terminal di Banyuwangi Terkoneksi
BANYUWANGI, KOMPAS — Perusahaan Umum Damri kembali mengaktifkan layanan angkutan massal rute Bandara Banyuwangi-Terminal Sri Tanjung, Ketapang. Layanan ini membuat fasilitas bandara, pelabuhan, stasiun kereta api, dan terminal bus terkoneksi.
Rute Bandara Banyuwangi-Terminal Sri Tanjung Ketapang merupakan jalur lama yang sudah ada sejak 2013. Namun, layanan tersebut vakum dan baru kembali aktif per 1 Desember 2018.
Melalui layanan tersebut, penumpang dari Bandara Banyuwangi akan dengan mudah mengakses layanan kereta api melalui Stasiun Banyuwangi Baru atau mengkases layanan penyeberangan Selat Bali melalui Pelabuhan Ketapang. Pasalnya, jalur yang dilewati Bus Damri rute Bandara Banyuwangi-Terminal Sri Tanjung melintasi dua lokasi tersebut.
General Manager Perum Damri Cabang Banyuwangi Ribut Karyono di Banyuwangi, Senin (3/12/2018), mengatakan, pengaktifan rute Bandara Banyuwangi-Terminal Sritanjung dan Pelabuhan Ketapang antara lain Damri ingin menyediakan alternatif angkutan massal yang murah. ”Kami kembali mengaktifkan rute Bandara Banyuwangi-Terminal Sritanjung, Ketapang, karena layanan ini dapat menjadi alternatif angkutan massal yang murah,” ujarnya.
Damri rute Bandara-Terminal Sri Tanjung, Ketapang, dilayani dua armada bus yang masing-masing berkapasitas 19 penumpang. Bus berpendingin ruangan tersebut beroperasi setiap hari dengan jadwal yang sudah disesuaikan dengan jam kedatangan dan keberangkatan pesawat.
Keberangkatan dari Terminal Sri Tanjung dijadwalkan pada pukul 06.00, 07.00, 14.00, dan 17.00. Sementara keberangkatan dari Bandara Banyuwangi pada pukul 08.00, 13.00, 14.00, dan 17.00
”Keberangkatan pertama dari Terminal Sri Tanjung pada pukul 06.00 dengan harapan bisa mengangkut para penumpang yang hendak terbang ke Surabaya pada pukul 07.30. Sementara keberangkatan pertama dari bandara pada pukul 08.00 sehingga bisa mengangkut penumpang yang datang dari Surabaya pukul 07.00,” ujarnya.
Untuk dapat mengakses layanan tersebut, penumpang hanya perlu membayar tiket sebesar Rp 25.000 untuk satu kali perjalanan. Tiket tersebut dapat dibeli di loket yang sudah tersedia di Bandara Banyuwangi ataupun Terminal Sri Tanjung.
Layanan Damri rute Bandara-Terminal Sri Tanjung pergi-pulang ini pertama kali dioperasikan pada tanggal 1 Desember. Pada hari pertama peluncuran hanya ada tiga penumpang yang menggunakan fasilitas tersebut, sementara pada hari kedua jumlahnya meningkat hingga 27 orang per hari.
”Kami optimistis, dengan sosialisasi dan informasi yang masif, jumlah pengguna fasilitas akan terus meningkat. Nantinya apabila dirasa perlu kami bisa meningkatkan kapasitas angkut dengan mengganti dengan bus yang lebih besar,” ujar Ribut.
Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Banyuwangi Kusnadi mengatakan, layanan ini akan mempermudah masyarakat yang akan mengakses penerbangan ataupun yang baru saja mendarat. Fasilitas ini tak hanya menguntungkan warga Banyuwangi, tetapi juga masyarakat di kabupaten sekitar Banyuwangi.
”Warga Jember yang ingin terbang ke Jakarta bisa naik kereta dari Jember lalu turun di Stasiun Banyuwangi Baru dan menyambung perjalanan ke bandara menggunakan bus Damri. Warga yang hendak ke Situbondo juga bisa mendarat di Bandara Banyuwangi lalu menggunakan Damri ke Terminal Sri Tanjung untuk kemudian berpindah menggunakan bus yang tujuan Situbondo,” ujarnya.
Tak hanya itu, warga di Pulau Bali, terutama di wilayah Bali Barat, juga akan lebih dimudahkan dengan adanya fasilitas ini. Warga dari Jembrana, misalnya, hanya perlu menyeberang menggunakan feri melalui pelabuhan Gilimanuk-Ketapang, lalu menyambung perjalanan menggunakan bus Damri untuk menuju Bandara Banyuwangi dan sebaliknya apabila ingin menuju Jembrana.
Perjalanan dari Jembrana ke Bandara Banyuwangi melalui pelabuhan Gilamanuk-Ketapang dan disambung dari Pelabuhan Ketapang menuju Bandara Banyuwangi akan lebih singkat apabila dibandingkan perjalanan dari Jembrana ke Bandara I Gusti Ngurah Rai, Denpasar. Waktu tempuh dalam kondisi normal dari Jembrana ke Bandara Banyuwangi hanya sekitar 3 jam, sementara dari Jembrana ke Denpasar bisa mencapai 5 jam.
Kusnadi yakin layanan transportasi yang disediakan Damri akan diminati warga tanpa mengganggu trayek angkutan umum lainnya. Pasalnya, sudah ada aturan dan kesepakatan menaikkan dan menurunkan penumpang yang harus ditaati oleh Damri.
”Bus Damri rute Bandara-Terminal Sri Tanjung boleh menaikkan penumpang di tengah jalan hanya untuk tujuan bandara. Bus Damri juga boleh menurunkan penumpang di tengah jalan yang diangkut dari bandara. Namun, Bus Damri tidak boleh menaikkan dan menurunkan penumpang di tengah jalan yang tidak menuju atau tidak berasal dari bandara,” katanya.
Adapun rute yang dilintasi bus Damri rute Bandara-Terminal Sri Tanjung adalah Bandara Banyuwangi, Simpang Tiga Poli Teknik Banyuwangi, Simpang Perliman, Taman Blambangan, Pelabuhan Ketapang, dan Terminal Sri Tanjung.
Angkasa Pura selaku pengelola Bandara Banyuwangi mendukung penuh pembukaan kembali layanan Bus Damri rute Bandara Banyuwangi-Terminal Sri Tanjung. Hal tersebut seiring dengan peningkatan jumlah penumpang dan penerbangan di Banyuwangi.
Pada tahun 2016 jumlah penerbangan mencapai 12 pergerakan per hari, pada tahun 2017 jumlah penerbangan meningkat menjadi 16 pergerakan per hari. Data dari Angkasa Pura II selaku operator Bandara Banyuwangi menunjukkan, jumlah pergerakan penumpang pada tahun 2017 sekitar 188.000 orang dan akan meningkat menjadi 300.000 orang pada akhir 2018.
Warga Banyuwangi, Paulina Hartati, menyambut baik fasilitas terbaru yang disediakan Perum Damri. Menurut dia, layanan tersebut menjadi alternatif transportasi yang murah bagi warga yang ingin menuju atau baru tiba di Bandara Banyuwangi.
”Biasanya saya harus menghabiskan biaya hingga Rp 120.000 untuk naik taksi dari Bandara Banyuwangi ke rumah saya di Klatak, Kalipuro. Dengan adanya bus Damri rute Bandara-Terminal Sri Tanjung saya hanya membayar Rp 25.000. Memang tidak dijemput di depan rumah, tetapi saya bisa minta tolong keluarga untuk antar atau jemput di pinggir jalan di rute yang dilewati,” ujarnya.