Mereka yang Berjasa Menjaga Ibu Kota dari Ancaman Banjir
Oleh
Neli Triana
·4 menit baca
Persoalan banjir Jakarta sudah menjadi kisah klasik yang terus berputar. Kedatangan banjir seolah menjadi sambutan memasuki awal tahun baru. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika memprakirakan banjir akan menggenangi Jakarta pada Januari dan Februari 2019.
Memasuki musim hujan seperti saat ini, Jakarta mulai kembali kedatangan tamu, yaitu air Katulampa dan Depok. Hujan memang tak bisa dihindari dan dikendalikan, tetapi tidak halnya dengan banjir.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana mencatat, dalam 10 tahun terakhir, banjir merupakan bencana yang paling sering terjadi di Indonesia, begitu pula di Jakarta. Misalnya, pada tahun 2017, dari 15 kejadian bencana yang terjadi, 14 peristiwa di antaranya adalah banjir.
Hal itu dibenarkan Kepala Sub-Bidang Prediksi Cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Agie Wandala Putra. Menurut dia, Indonesia merupakan negara dengan ancaman bencana hidrometeorologis yang mencapai 70 persen.
”Bencana yang paling sering dialami Indonesia ialah banjir (31,6 persen), puting beliung (26,3 persen), dan tanah longsor (21 persen). Sebab, secara alamiah kita tinggal di benua maritim yang terpengaruh oleh sistem cuaca dua benua dan dua samudra,” kata Agie saat dihubungi, Jumat (30/11/2018).
Berbagai upaya dilakukan pemerintah untuk menanggulangi banjir, mulai dari membangun turap, menambah pompa air, membersihkan sampah, hingga naturalisasi sungai. Peran penjaga pintu air dan pompa air juga menjadi bagian penting dalam menjaga Ibu Kota dari banjir.
Pantauan Kompas siang hari, para petugas Unit Pengelola Kebersihan (UPK) Badan Air Dinas Lingkungan Hidup di Pintu Air Manggarai sedang mengganti tali yang menahan sekat sampah apung karena terputus.
Nurawi, petugas UPK, mengatakan, sekat sampah apung ini sebenarnya sudah banyak bolongnya. Sampah-sampah memang masih banyak yang tertahan, tetapi tak sedikit yang lolos.
”Seharusnya sekat sampah apung ditambah agar bisa dipasang mengitari sungai. Tujuannya agar sampah tidak banyak yang lolos. Hari ini sampah mulai banyak lagi. Ini saja sudah diangkut oleh empat truk bermuatan 12 kubik. Biasanya paling hanya dua truk,” kata Nurawi.
Sudah empat tahun Nurawi menjalani hidup sebagai petugas UPK. Ia menuturkan, setiap hari sampah didominasi sampah warga. ”Saya heran kenapa banyak banget sampah plastik, styrofoam, sepatu, boneka, galon, dan bantal,” katanya.
Persoalan sampah memang meningkatkan risiko terjadinya banjir. Sebagai pintu masuk air dari Katulampa dan Depok, Pintu Air Manggarai berperan penting menjaga kondisi Ibu Kota. Penanggung Jawab Pintu Air Manggarai Dian Nur Cahyono mengemukakan, jika hujan terus terjadi, penjagaan pintu air akan semakin ditingkatkan.
”Kalau nanti air kiriman dari Katulampa dan Depok semakin banyak, ditambah dengan hujan lokal, kerja kami tidak akan ada hentinya. Kami harus terus mengabarkan kepada (petugas) pintu air lainnya untuk bersiap,” kata Dian.
Bagi Dian, pekerjaan yang memakan banyak waktu ini sudah menjadi pilihannya. Ia mengakui memang pada awalnya keluarga sering mengeluhkan pekerjaannya karena bisa tidak pulang hingga seminggu.
”Semakin ke sini, keluarga sudah bisa beradaptasi dengan pekerjaan saya. Sebab, pekerjaan ini tidak hanya sebatas mencari nafkah, tetapi juga menolong masyarakat. Itu juga menjadi kebahagiaan kami,” kata Dian.
Hal senada diucapkan Penanggung Jawab Pompa Waduk Setiabudi Timur Komarudin. Pekerjaan ini melayani 132 hektar luas lahan Setiabudi Timur yang menyangkut keamanan ribuan warga.
”Kalau warga sampai tenggelam, berarti itu kelalaian kami. Pengabdian kepada masyarakat harus sampai hati. Hujan, kan, bisa terjadi kapan saja. Maka, kami tidak boleh lengah,” kata Komarudin.
Menjelang puncak musim hujan, Komarudin mengatakan, pihaknya selalu memompa waduk agar saat hujan turun waduk siap menampung air hujan. Ketinggian air waduk pun selalu dijaga antara 230 hingga maksimal 350.
Meski harus tetap bertugas saat pergantian tahun nanti, Komarudin tak pernah menyesal memilih menjadi operator pompa air. Baginya, kebahagiaan tercipta ketika dirinya bisa membantu orang lain dengan menjamin keamanan warga dari banjir.
”Saya selalu ingat pesan bapak bahwa pengabdian kepada masyarakat jauh lebih baik daripada apa pun. Saya pun bersyukur memiliki istri dan anak yang mendukung pekerjaan saya. Nanti mereka akan datang ke sini untuk merayakan tahun baru,” ucapnya. (SHARON PATRICIA)