SURABAYA, KOMPAS – Orang dengan HIV/AIDS berhak mendapatkan kualitas hidup yang tinggi sama seperti masyarakat lainnya. Tidak boleh ada penolakan dari masyarakat terhadap kehadiran ODHA di lingkungan mereka sehari-hari.
Di Surabaya, sebagian masyarakat tidak menolak ODHA meskipun pemahaman terkait penularan HIV/AIDS minim. Anak ODHA bisa bersekolah layaknya anak-anak lain di sekolah umum. “Anak saya bersekolah seperti biasa dan nyaris tidak ada keluhan karena dikucilkan teman-temannya di sekolah,” kata AB (40) yang kini jadi relawan pendamping ODHA, di Surabaya, Senin (3/12/2018).
Ibu dari empat anak itu mengaku keberadaan anaknya sebagai salah satu ODHA di salah satu SMKN di Surabaya juga diketahui guru dan siswa. “Jika ada murid di sekolah itu memakai narkoba, guru atau kepala sekolah akan meminta anaknya untuk menginformasikan ke saya,” ujarnya.
Berdasarkan informasi itu, ia akan mencari tahu asal usul narkoba bisa masuk ke sekolah itu, sekaligus mendampingi anak yang pakai narkoba untuk penyembuhan. Biasanya saya bawa dan dampingi korban ke salah satu LSM yang menangani narkoba di Surabaya,” ujar perempuan yang selain menjadi relawan AIDS, juga rutin membantu ibunya mengembangkan usaha katering.
Menurut Kepala Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Ikhsan, jumlah siswa yang dari keluarga ODHA di bawah 10 anak. Semua anak-anak bersama keluarga tetap dalam pemantauan puskesmas terdekat dan Dinas Kesehatan Kota Surabaya. “Mereka rutin diberi penyuluhan dan pengobatan dan Pemerintah Kota Surabaya berusaha memberi pekerjaan atau usaha sesuai minatnya, tetapi jauh dari “dunia masa lalu” mereka,” ujarnya.
Direktur Yayasan Mahameru, LSM yang bergerak di pendampingan ODHA, Farid Hafifi, mengatakan, penerimaan sebagai ODHA menjadi awal bagi peningkatan kualitas hidupnya. ODHA perlu menerima statusnya sehingga memiliki pengetahuan yang memadai terkait HIV/AIDS. Mereka harus bisa menjadi pasien yang cerdas.
“Setelah itu, masyarakat perlu mendapat pengetahuan memadai agar ODHA bisa mandiri dan berpenghasilan,” ujarnya. Dari pengalaman para ODHA, labeling masyarakat masih cukup tinggi. Biasanya status ODHA tidak diketahui banyak orang agar tidak dikucilkan. Padahal mereka rutin meminum obat dan tidak menulari yang lainnya.