10 Tahun Berlalu, ”Roh” Laskar Pelangi Masih Hidup di Belitung
Oleh
aloysius budi kurniawan
·4 menit baca
Film Laskar Pelangi garapan sutradara Riri Riza memang sudah dirilis 10 tahun lalu, tepatnya 26 September 2008. Namun, ”roh” film yang diadaptasi dari novel karya Andrea Hirata ini masih terus hidup di kampung kelahiran sang penulis, Gantong, Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Bangka Belitung.
Ya, film yang berhasil menyedot penonton hingga 4,6 juta orang ini luar biasa, terutama karena kepiawaian sang sutradara Riri Riza dan produser Mira Lesmana menggandeng pemeran-pemeran lokal dalam pembuatan film mereka. Tak heran, rasa memiliki dan kecintaan masyarakat Gantong terhadap film Laskar Pelangi masih sangat kuat hingga sekarang.
Warga setempat tetap berusaha menjaga agar suasana dan aura film Laskar Pelangi terus hidup seperti terlihat di obyek wisata replika Sekolah Dasar Muhammadiyah Gantong, Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Bangka Belitung. Sekolah berpapan kayu yang terletak di bukit pasir bekas tambang timah itu masih ramai dikunjungi wisatawan.
Sekolah berlantai pasir dengan atap seng dan ventilasi lebar berjari silang-menyilang itu tetap menjadi tujuan wisata favorit untuk berswafoto. ”Kalau ke Belitung ya harus mampir ke SD Laskar Pelangi,” kata Erni, salah seorang pengunjung, Selasa (4/12/2018), saat berkunjung ke Belitung.
Di samping sekolah replika Laskar Pelangi itu, sekarang sudah tersedia lapangan parkir yang luas, mushala, dan kios-kios cendera mata khas Belitung. Para pengunjung bisa mampir menikmati kudapan dan membeli oleh-oleh khas Belitung di sini.
Museum Kata
Hanya sepelemparan batu dari replika Sekolah Laskar Pelangi, wisatawan bisa mampir ke Museum Kata Andrea Hirata yang juga berada di Kampong Gantong, Belitung Timur. Museum yang didirikan sejak 2010 ini dibangun dengan uang royalti Andrea Hirata dari hasil penjualan buku Laskar Pelangi yang telah dialihbahasakan dalam berbagai edisi internasional.
Sandi, Kepala Pengelola Museum Kata, mengatakan, Museum Kata dibangun di atas tanah seluas 800 meter persegi. Bagian utama museum ini memanfaatkan rumah tua bekas kepala perusahaan timah masa kolonial. Tempat favorit yang paling disukai wisatawan adalah bagian dapurnya yang antik dengan hidangan kupi (kopi) kuli serta makanan kecil khas Belitung yang nikmat.
”Orang Belitung kalau bertamu langsung menuju dapur. Dapur menjadi tempat pertemuan dan diskusi yang menyenangkan,” kata Sandi.
Museum Kata Andrea Hirata terdiri atas beberapa ruangan. Rumah utama atau rumah tua museum ini ditutup dengan gerbang warna-warni di bagian muka. Begitu masuk ke rumah utama, pengunjung akan masuk ke ruang Laskar Pelangi dengan tempelan-tempelan kata-kata mutiara dari berbagai macam buku, foto-foto potongan film Laskar Pelangi, lukisan, serta pernak-pernik kuno. Tempat ini menjadi titik favorit untuk berfoto ria.
Di bagian ruang ini juga terdapat etalase khusus kumpulan novel Laskar Pelangi Andrea Hirata yang telah diterjemahkan dalam berbagai macam bahasa. Begitu masuk ke ruang paling belakang, pengunjung akan masuk ke dapur yang menyediakan kupi kuli, seduhan kopi khas Belitung, makanan kecil, dan aneka macam merchandise Museum Kata.
Di samping kiri rumah utama terdapat bangunan baru yang digagas Andrea Hirata bersama penulis Matteo Pericoli, yaitu ruang Jendela Dunia. Di ruangan ini terdapat banyak jendela, juga di bagian atap plafonnya dipasang jendela serta pintu-pintu kayu. Sementara itu, di bagian dindingnya tertempel ratusan kutipan kata dari berbagai buku legendaris dari berbagai belahan dunia.
”Buku adalah jendela dunia. Ruangan ini ingin mengatakan demikian,” kata Sandi.
Untuk mengobati rindu para pencinta film Laskar Pelangi, Museum Kata juga menyediakan replika sekolah Laskar Pelangi di tanah paling belakang kompleks mereka. Di tempat ini, murid-murid SD biasa singgah dan merasakan secara langsung bagaimana suasana sekolah pada masa lalu seperti diperagakan dalam film Laskar Pelangi.
Museum Kata juga berulang kali menggelar lokakarya dan diskusi menghadirkan Andrea Hirata serta beberapa tokoh yang masuk dalam novel Laskar Pelangi, salah satunya ibu Muslimah, guru SD Muhammadiyah Gantong yang diperankan Cut Mini dalam film tersebut.
Sejak film Laskar Pelangi meledak 10 tahun lalu, Belitung langsung ramai dikunjungi wisatawan, hotel-hotel bertumbuhan, dan tempat-tempat wisata baru bermunculan. Semua itu terwujud salah satunya karena tekad masyarakat setempat untuk tetap menjaga ”roh” Laskar Pelangi hidup di Belitung.