”Orang-orang Oetimu” Karya Felix K Nesi Pemenang Sayembara Novel DKJ 2018
Oleh
ADHI KUSUMAPUTRA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — ”Orang-orang Oetimu” karya Felix K Nesi keluar sebagai pemenang pada Malam Anugerah Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta 2018, Selasa (4/12/2018), di Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat. Keberhasilan Felix menyisihkan 245 naskah kembali membuka mata bahwa sastra di kawasan timur Indonesia terlahir kembali.
Felix sebagai juara pertama mendapatkan hadiah Rp 20 juta. Sementara karya Ahmad Mustafa berjudul ”Anak Gembala yang Tertidur Panjang di Akhir Zaman” meraih juara kedua dan mendapatkan hadiah Rp 15 juta. Adapun juara ketiga diraih Mochamad Nasrullah berjudul ”Balada Supri" mendapatkan Rp 10 juta.
Dewan Juri tahun 2018 terdiri dari AS Laksana, Nukila Akmal, dan Martin Suryajaya. Penentuan pemenang sayembara memiliki empat kriteria dalam menilai naskah yang diterima, yaitu kecakapan berbahasa Indonesia, kepengrajinan sastrawi, kebaruan, dan keselarasan bentuk serta isi.
Martin Suryajaya mengatakan, karya Felix berjudul ”Orang-orang Oetimu” memiliki perbendaharaan kata yang kaya, diperkaya oleh khazanah bahasa Tetun, serta didasari dari penggalian khazanah tradisi Timor Leste dan cerita rakyat serta sejarah lokal Nusa Tenggara Timur.
”Pembaca diajak menelusuri latar belakang tiap tokohnya yang sebetulnya merupakan elaborasi dari adegan pada bab pertama sebelum akhirnya novel ditutup dengan kembali ke adegan tersebut. Sebuah contoh fiksi demografis yang digarap dengan baik,” kata Martin.
Karya Felix berjudul ’Orang-orang Oetimu’ memiliki perbendaharaan kata yang kaya, diperkaya oleh khazanah bahasa Tetun, serta didasari dari penggalian khazanah tradisi Timor Leste dan cerita rakyat serta sejarah lokal Nusa Tenggara Timur.
Ia menambahkan, selera humor Felix baik, cenderung subtil, kritik sosial disampaikan secara natural sebagai bagian dari kebutuhan pengisah.
Felix saat ditemui setelah acara malam penganugerahan menceritakan, butuh dua tahun untuk menyelesaikan naskah ”Orang-orang Oetimu”.
”Naskah ini saya tulis dengan tangan dengan banyak revisi. Setelah selesai, baru saya ketik dan banyak juga yang harus direvisi,” kata Felix.
Ia mengaku, mau menangis dan terbebani mengerjakan naskah tersebut. Namun, ia terus meneguhkan hati untuk terus menulis dan mengirim naskah ke DKJ.
Sekarang Felix merasa bebas dan tidak harus memikirkan naskahnya lagi. ”Sekarang biarkan pembaca yang mikir, saya mau mikir karya selanjutnya,” tutur Felix sembari tertawa.
Felix berharap, dengan munculnya karya sastra dari kawasan timur, semakin membuka mata orang di seluruh Indonesia, khususnya bagi masyarakat di timur Indonesia.
Ia mengatakan, buku belum penting seperti bensin yang harganya setara seluruh Indonesia. Hal tersebut menyebabkan masyarakat belum memilih buku karena mahal. Selain itu, tidak banyak buku yang bagus yang dapat menambah pengetahuan khususnya kesusastraan.
AS Laksana mengatakan, kemenangan Felix adalah kemenangan sastra Indonesia terutama untuk di kawasan timur yang sudah lama tidak melahirkan para pemikir dan sastrawan atau penulis.
Kemenangan Felix adalah kemenangan sastra Indonesia terutama untuk di kawasan timur yang sudah lama tidak melahirkan para pemikir dan sastrawan atau penulis.
”NTT sedang membangkitkan semangat kesusastraan. Ini kabar menggembirakan bahwa ada keluasan kecakapan beserta. Ini membuktikan mereka bertekun dengan kesusastraan sehingga membuahkan hasil,” katanya.
Selain itu, AS Laksana mengatakan, salah satu poin tinggi dari sayembara DKJ adalah mencari penulis dengan fair tanpa melihat nama dan asal penulis.
Ketua Komite Sastra Dewan Kesenian Jakarta Yudi Avianto mengatakan, naskah-naskah pemenang ini bisa menjadi acuan kualitas kekaryaan di Indonesia sehingga sayembara tidak berhenti menjadi sekadar tradisi tahunan.
Ketua Pengurus Harian Dewan Kesenian Jakarta Irawan Karsono mengharapkan, sayembara ini terus berlanjut sehingga menciptakan sirkulasi dan ekosistem yang sehat bagi dunia seni (sastra) sebagai metronome atau penyeimbang fenomena hoaks, industri, dan dunia politik ekonomi di Indonesia. (AGUIDO ADRI)