JAKARTA, KOMPAS—Sebagian area pemakaman di Tempat Pemakaman Umum Semper, Kelurahan Semper Timur, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara, terendam genangan dan banjir setidaknya sepekan terakhir. Menurut warga, kejadian semacam itu rutin terjadi setiap tahun dalam musim penghujan.
“Banjir di makam terjadi setahun sekali. Sejak awal saya di sini, sudah begitu,” tutur salah satu pembersih makam, Gatot (60), Selasa (4/12/2018), di TPU Semper. Ia sudah mencari nafkah di TPU itu 17 tahun, dan genangan serta banjir tidak pernah absen setiap tahun.
Menurut Gatot, faktor utama banjir di TPU Semper adalah hujan. Tidak ada air dari kali ataupun saluran air yang melimpas ke sana. Air hujan seperti terjebak, tidak bisa mengalir keluar pemakaman.
Pantauan pada Selasa pagi, makam-makam yang terendam parah berlokasi di A II Blad 41-49 serta AA II Blad 50-58. Terdapat makam yang hanya terlihat papan atau batu nisannya, tetapi ada juga yang seluruhnya terendam. Namun, terdapat sejumlah makam di area-area itu yang tidak terendam karena berposisi lebih tinggi dibanding sekelilingnya. Air bisa setinggi 50 centimeter.
Gatot mengatakan, ketinggian air semacam itu tergolong biasa. Saat banjir besar melanda Jakarta tahun 2007, banjir di TPU Semper pernah mencapai jalan akses pemakaman, bukan hanya makam-makam yang terendam air.
Salah satu peziarah, Salman (64), berhenti setiap beberapa langkah untuk menuju makam ayahnya, Samsudin. Ia mencari-cari pijakan yang tidak tergenang air. Untungnya, makam ayahnya lebih tinggi sehingga tidak terendam. Namun, menurut dia, jika hujan sedang deras, makam ayahnya yang meninggal tahun 1990 itu juga akan ikut terendam.
Kepala Seksi Pemakaman Suku Dinas Kehutanan Jakarta Utara, Syafdarifal, menyebutkan, luas total TPU Semper 57 hektar, terdiri dari sekitar 90.000 makam. Area yang terdampak banjir sekitar seperempat dari luas total TPU.
Syafdarifal berpendapat, posisi muka tanah sebagian wilayah Jakarta, termasuk lahan TPU Semper, memang di bawah permukaan laut sehingga sulit menghindari banjir. Pada sisi lain, pihaknya mendapati adanya saluran yang mengalirkan air ke dalam kompleks pemakaman. “Kami mau mempelajari dulu itu saluran dari mana,” ujarnya.
Sudin Kehutananan Jakarta Utara beberapa kali menggunakan cara penyedotan dengan pompa air alkon guna mengatasi banjir di TPU, tetapi hasilnya kurang signifikan. Sebab, menurut Syafdarifal, debit air yang masuk terutama di musim hujan lebih banyak dibanding air yang mampu dikeluarkan dari pemakaman.
Untuk itu, Sudin Kehutanan sekarang secara bertahap meninggikan lahan pemakaman sekitar 80 centimeter. Tanah urukan didatangkan oleh Dinas Sumber Daya Alam DKI Jakarta, beserta sejumlah alat berat. Jadi, makam dan nisan di permukaan tanah ditinggikan, tetapi posisi jenazah di dalam tanah tidak diubah.
Jika ahli waris menghendaki, makam bisa dipindah ke lokasi yang sudah lebih tinggi. Pemindahan tanpa biaya. Ahli waris tinggal datang mengajukan permohonan melalui pelayanan terpadu satu pintu (PTSP).
Syafdarifal belum bisa memastikan kapan peninggian lahan pemakaman di TPU Semper selesai. Sebab, pihaknya mesti berkomunikasi terlebih dulu dengan para ahli waris, tidak bisa langsung menguruk dan meninggikan makam.