Prof Komaruddin Hidayat: Jaga Kesejukan Masa Kampanye
Oleh
Satrio Pangarso Wisanggeni
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Setiap pasangan calon diminta menjaga iklim politik yang sejuk dalam masa kampanye jelang Pemilihan Presiden 2019. Ketegangan yang ditampilkan di ruang publik berpotensi dapat membelah masyarakat Indonesia.
Masih ada waktu sekitar 4 bulan jelang hari pemungutan suara Pilpres 2019 yang akan diselenggarakan pada 17 April 2019. Meski demikian, iklim kampanye cenderung tidak sejuk; alih-alih adu gagasan, saling serang mengunakan jargon-jargon non-substantif malah yang terjadi. Aduan dan gugatan pun bergantian dilayangkan oleh setiap kubu paslon.
Akibatnya, suasana tegang yang terjadi akhir-akhir ini. Guru besar Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Komaruddin Hidayat, mengatakan, terkadang perlu melihat sedikit humor dari setiap permasalahan yang dihadapi.
”Orang yang dewasa itu cerdas, bisa mengambil jarak dari berbagai celetukan dan menganggapnya sebuah humor. Hasilnya, suasana menjadi sejuk. Humor dapat menjadi katarsis dan malah dapat memberikan insight baru,” kata Komaruddin, Selasa (4/12/2018) di Jakarta.
Komaruddin mengingatkan para elite politik untuk tidak melulu menampilkan panggung politik ketegangan di ruang publik. Masyarakat dapat terpengaruh hal tersebut. ”Meski di balik layar para elite itu lalu ngopi bareng dan bercanda, tetapi sudah terjadi pembelahan di masyarakat,” kata Komaruddin.
Meski di balik layar para elite itu ngopi bareng dan bercanda, tetapi terjadi pembelahan di masyarakat.
Akan tetapi, Komaruddin juga mengingatkan kepada para elite politik untuk tidak mereduksi berbagai permasalahan konkret yang dihadapi masyarakat Indonesia menjadi sekadar kata-kata atau kalimat ”lucu”. Hal ini dikhawatirkan malah terkesan mengurangi urgensi dan menutupi substansi permasalahan tersebut. Elite politik, menurut Komaruddin, harus menjaga keseriusan dalam melakukan tugas dan kewajibannya.
”Ada saatnya rileks dengan humor, tetapi ingat juga ada waktunya untuk kerja keras. Tanggung jawab publik ya harusnya ditunjukkan dengan konsep, program, aksi, dan outcome yang baik,” kata Komaruddin.
Ada saatnya rileks dengan humor, tetapi ingat juga ada waktunya untuk kerja keras. Tanggung jawab publik ya harusnya ditunjukkan dengan konsep, program, aksi, dan outcome yang baik.
Ia menyayangkan kinerja anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang tidak serius dalam menjalankan tugasnya. Seperti yang diketahui, kinerja anggota DPR pada tahun ini tergolong rendah.
Berdasarkan laporan Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi), dari tujuh kali rapat paripurna yang terdeteksi presensinya hanya rapat paripurna pembukaan masa sidang yang memenuhi kuorum selama masa persidangan 2018-2019.
Peneliti Center for Strategic and International Studies (CSIS) J Kristiadi meyakini, untuk memperbaiki suatu bangsa. perlu memperbaiki manusia-manusia yang menjadi bagian dari bangsa tersebut. ”Setiap anggota masyarakat harus dapat mengendalikan nafsu yang dapat merusak kehidupan bersama,” kata Kristiadi.