Misteri Tragedi Kapal TKI Tenggelam di Selat Malaka
Pada Sabtu (24/11/2018) sesosok mayat mengambang di Selat Malaka, tepatnya di perbatasan perairan Pulau Rupat, Bengkalis, Riau, dengan Malaysia. Jenis kelaminnya laki-laki. Jasad itu berpakaian lengkap dan cukup rapi, tetapi tidak ada identitas apa pun di kantong baju atau celananya.
Tampilan jasad itu tidak seperti pakaian nelayan lokal. Apalagi di kantongnya terdapat uang Malaysia sebanyak 2.600 ringgit atau sekitar Rp 9 juta. Siapakah dia?
Ada asumsi, laki-laki itu merupakan warga Malaysia yang jatuh dari kapal. Muncul pula pikiran bahwa jasad itu adalah kurir narkoba atau penyelundup yang tenggelam saat membawa barang haram dari Malaysia.
Mayat itu kemudian dibawa ke RSUD Dumai yang lebih dekat dengan lokasi penemuan. Dari hasil otopsi, ternyata tidak ada tanda-tanda kekerasan di tubuhnya. Polisi kemudian mengungkap ciri-ciri mayat tidak dikenal itu, dengan harapan keluarga korban dapat mengidentifikasi. Berita penemuan jasad itu pun dimuat dalam berita media lokal, baik yang cetak maupun daring.
Setelah empat hari tidak ada keluarga korban yang datang ke RSUD Dumai, polisi akhirnya memakamkan mayat tanpa identitas yang biasa disebut Mr-X itu.
Kisah penemuan mayat di Selat Malaka ternyata berlanjut. Pada Kamis (29/11/2018), nelayan Bantan, Bengkalis, menemukan tiga sosok mayat. Dua berjenis kelamin laki-laki dan satu perempuan. Jarak penemuan sosok tuan X di Rupat, dengan tiga mayat terbaru di Bantan, mencapai 80 kilometer.
Kesamaan dari mayat-mayat mengambang itu, seluruh pakaian yang dikenakan masih lengkap. Untungnya lagi, dua dari tiga mayat temuan terbaru itu menyimpan kartu identitas. Satu di antaranya laki-laki bernama Ujang Chaniago (48), warga Padang, Sumatera Barat. Satunya lagi perempuan bernama Mimi Dewi (32) berasal dari Painan, Sumatera Barat.
Kepala Polsek Bantan Ajun Komisaris Johari tidak menampik bahwa mayat Mr X di Rupat dan tiga mayat di Bantan merupakan korban dalam satu kejadian yang sama. Hal itu diperkuat dengan kondisi tiga mayat sudah menggembung, pertanda sudah mengalami kematian lebih dari tiga hari.
”Bisa saja mayat-mayat ini tersebar karena ombak yang kencang. Mayat yang di Rupat ditemukan lebih dahulu,” kata Johari.
Dari identitas yang dikantongi mayat, polisi segera menghubungi keluarga Mimi Dewi di Sumatera Barat. Ternyata, keluarga mengidentifikasi jasad itu memang benar Mimi.
Ade Andri, anggota keluarga Mimi, mengungkapkan, ia melakukan kontak terakhir dengan Mimi pada Rabu (21/11/2018) sore. Saat itu Mimi tengah berada di Malaka untuk bersiap pulang ke Tanah Air. Mimi mengatakan, ia akan menumpang kapal kayu tradisional bermesin yang biasa disebut kapal pancung. Kapal itu, menurut rencana, berlayar pada Kamis (22/11/2018) dini hari dengan penumpang sekitar 20 orang.
Kapal pancung itu adalah kapal gelap atau tidak terdaftar di pelabuhan resmi Malaysia. Tidak ada manifes penumpangnya. Kapal itu biasa dipakai sebagai sarana transportasi TKI ilegal yang mau masuk atau keluar dari Malaysia, tanpa pemeriksaan imigrasi.
Informasi dari Ade itu membuka gambaran bahwa setidaknya ada 20 penumpang kapal yang dinaiki Mimi dan Ujang. Kapal itu tenggelam di Selat Malaka. Faktanya, sampai Kamis (29/11/2018), baru empat mayat yang ditemukan. Artinya, masih ada 16 orang lagi yang nasibnya belum diketahui.
Namun, sayangnya informasi Ade itu tidak terlalu berdampak pada proses pencarian korban selanjutnya. Tim Basarnas, polisi perairan, dan TNI AL tidak melakukan operasi pencarian besar-besaran untuk menemukan mayat lain. Tim SAR lebih bersifat pasif. Ketika ada informasi dari nelayan tentang penemuan mayat, tim baru diturunkan ke lokasi.
Polisi memang tidak diam. Setelah penemuan Mr X di perairan Rupat pada Sabtu (24/11/2018), polisi mulai mengaitkan kasus itu dengan laporan dua orang mengapung di perairan Rupat, Selat Malaka, pada Kamis (22/11/2018) siang. Laki-laki itu bernama Jamal dan Hamid, yang berhasil diselamatkan oleh Kapal Indomal 5, trayek Dumai-Malaka.
Pada Minggu (25/11/2018), polisi mendatangi rumah Jamal di Rupat, tetapi yang bersangkutan tidak ada. Ali, abang Jamal, mengatakan, adiknya berangkat ke Malaysia. Namun, Ali tidak dapat mengontak adiknya. Sampai di situ penelurusan polisi tentang Jamal dan Hamid terhenti.
Setelah penemuan tiga mayat di Bantan, polisi kembali melanjutkan penelurusan terhadap sosok Jamal dan Hamid. Polisi mendatangi pelabuhan Dumai. Menurut nakhoda kapal Indomal 5, Yenaldi, ketika diselamatkan, Jamal dan Hamid mengaku sebagai nelayan yang mengalami musibah kapal tenggelam.
Yenaldi mengatakan, keduanya dibawa ke Malaka sesuai tujuan kapal. Namun, dua hari kemudian, pada 24 November 2018, Jamal dan Hamid kembali ke Dumai dengan menumpang kapal Indomal 2. Nama keduanya tercatat dalam manifes kapal. Artinya, Jamal dan Hamid sudah kembali ke Tanah Air.
Polisi pun kembali ke rumah Jamal dan Hamid di Rupat, tetapi keduanya belum pulang. Keluarganya pun tidak ada kontak lagi dengan keduanya.
Mengapa polisi mencari Jamal dan Hamid? Diduga Jamal dan Hamid adalah penumpang atau bahkan operator kapal pancung yang membawa penumpang TKI dari Malaka pada Kamis (22/11/2018) tengah malam yang membawa Mimi, Ujang, dan penumpang lainnya. Keterangan dari Jamal dan Hamid akan membuka misteri kapal TKI yang tenggelam.
Kembali ditemukan
Setelah penemuan tiga mayat di Bantan, nelayan kembali menemukan lima mayat lainnya mengambang di Selat Malaka perairan Bengkalis. Terakhir pada Selasa (4/12/2018) kemarin, sesosok mayat perempuan lainnya ditemukan di perairan Meranti. Jasad mayat itu sudah tinggal tengkorak, dibalut pakaian yang compang-camping. Total mayat seluruhnya berjumlah 10 orang.
Penemuan 10 mayat itu menyiratkan bahwa pernyataan Mimi sewaktu masih hidup hampir mendekati kebenaran. Kalau saja benar ada 20 penumpang kapal pancung berangkat dari Malaka dan tenggelam (termasuk Jamal dan Hamid yang selamat), berarti sedikitnya masih ada delapan mayat yang masih belum ketahuan nasibnya.
Apakah tidak selayaknya pemerintah melakukan operasi untuk mencari jasad-jasad yang masih hilang itu? Apakah karena mereka adalah TKI gelap di negeri jiran, maka pencariannya pun hanya ala kadarnya?