Pasar Menunggu Konfirmasi Beijing
Pernyataan Presiden China Xi Jinping soal kesepakatan dengan AS ditunggu publik. Di tengah ketidakpastian, muncul kekhawatiran baru.
BEIJING, SELASA Pernyataan dari pihak China ditunggu publik dan para investor sebagai bagian dari konfirmasi atas pernyataan Washington soal kesepakatan kedua pihak untuk meredakan perang dagang. Media China yang dikelola pemerintah menggambarkan perjanjian itu sangat berbeda dari penjelasan pemerintahan Donald Trump.
Dalam pemberitaan sejak awal pekan ini, media-media China justru tidak menyebutkan adanya perubahan pada tarif otomotif. Bahkan, tidak disebutkan apa pun perihal waktu jeda atau batas waktu 90 hari yang, menurut Washington, disepakati untuk melanjutkan pembicaraan lebih lanjut bagi kedua pemerintah.
Melalui akun Twitternya, seusai pertemuan dengan Presiden China Xi Jinping di Argentina, Trump menyatakan, Beijing akan mengurangi dan menghapus tarif 40 persen atas mobil-mobil yang diimpor dari AS ke China.
Kepala Ekonom Manulife, Megan Greene, mengatakan bahwa hal itu mungkin hanya mencerminkan strategi komunikasi China. Namun, di sisi lain, hal itu mungkin juga mengilustrasikan komitmen China yang lemah terhadap kesepakatan dengan AS.
Dikatakan, penurunan pasar keuangan beberapa waktu belakangan turut mendukung langkah dan keinginan Trump untuk mencapai kesepakatan itu—sekalipun sifatnya sementara—dengan China. ”Kita tidak lagi berada di lingkungan ekonomi atau pasar yang sama yang kita nikmati pada awal tahun ini saat ancaman tarif terhadap China pertama kali dibuat,” kata Greene.
Kekhawatiran baru
Sebagian besar pasar saham di Asia turun pada perdagangan Selasa (4/12/2018) setelah euforia sehari sebelumnya terkait ”gencatan senjata” perdagangan China-AS beralih pada pertanyaan apakah kedua negara itu akhirnya bisa menyelesaikan perbedaan mereka. Pada hari yang sama, harga minyak terus naik didorong oleh perjanjian dan berita dari pakta Rusia-Arab Saudi untuk membatasi produksi.
Indeks saham Tokyo jatuh 2,4 persen karena aksi ambil untung dan penguatan yen, sementara pasar saham di Sydney (Australia) dan Singapura merosot masing-masing 1 persen. Indeks saham Seoul turun 0,8 persen, sementara pasar saham Taipei turun 0,5 persen dan Wellington naik tipis 0,1 persen.
Investor global diberi keceriaan yang sangat dibutuhkan menjelang Natal pada awal pekan setelah Trump dan Xi menyerukan penangguhan rencana penerapan kenaikan tarif selama 90 hari. Berita itu sempat mengikis kekhawatiran para pelaku pasar atas ancaman tergerusnya pertumbuhan global jika terjadi eskalasi perang dagang.
Namun, kini muncul kekhawatiran baru bahwa masa tenggang tiga bulan tidak akan cukup bagi AS-China untuk menuntaskan kesepakatan tentang isu-isu kunci, terutama pada perlindungan kekayaan intelektual. ”Bisakah AS dan China benar-benar menyelesaikan perbedaan mereka dalam 90 hari?” tanya Rodrigo Catril, ahli strategi senior di National Australia Bank.
”Tampaknya lebih banyak rincian dan tanda-tanda kemajuan akan diperlukan jika awal gencatan senjata yang hangat itu akan dipertahankan.”
Sikap petani AS
Sebagaimana dikatakan Gedung Putih, Pemerintah China setuju menghapuskan pembalasan tarif atas kedelai AS. Washington juga mengatakan, Beijing telah setuju membeli sejumlah produk pertanian dan lainnya yang tidak ditentukan, tetapi ”sangat substansial”.
Pernyataan itu ditanggapi secara hati-hati oleh para petani di AS. Sambil menunggu kejelasan, mereka tetap berharap agar hal itu benar adanya sehingga menguntungkan para petani secara umum.
”Ini berita positif pertama yang kami saksikan setelah berbulan-bulan harga turun dan menghentikan pengiriman,” kata John Heisdorffer, petani di Keota, Iowa, yang juga Presiden Asosiasi Kedelai AS. ”Jika penangguhan kenaikan tarif ini mengarah ke perjanjian jangka panjang, hal itu akan sangat positif bagi industri kedelai.”
Kevin Scott, salah satu petani di dekat Valley Springs, South Dakota, dan juga bekerja di Asosiasi Kedelai AS, mengatakan bahwa berita itu memberi harapan bagi petani yang menyimpan hasil panen mereka sambil menunggu harga lebih baik. Namun, dia memperingatkan, mungkin keuntungan yang akan dicapai relatif kecil di tengah ketidakpastian kondisi saat ini.
Di antara orang-orang yang skeptis adalah Scott Gauslow, yang menanam kedelai dan jagung di dekat Colfax di Lembah Sungai Merah, North Dakota sebelah timur. Dia mencatat, Gedung Putih kurang spesifik dalam pernyataannya terkait kesepakatan dengan Beijing.
China adalah pasar teratas untuk kedelai North Dakota. Para petani negara bagian itu menjual sekitar 1,4 miliar dollar AS ke China per tahun. (AP/AFP/BEN)