Citarum Butuh Kolaborasi
Pemerintah siap kucurkan dana APBN Rp 640 miliar pada tahun 2019 untuk revitalisasi Sungai CItarum. Tambahan Rp 100 miliar dianggarkan oleh Pemprov Jawa Barat.
BANDUNG, KOMPAS Revitalisasi Sungai Citarum, sungai terpanjang di Jawa Barat, mensyaratkan kolaborasi lebih baik, bukan sikap saling menyalahkan. Perbaikan sungai ini jadi prioritas pemerintah tahun 2019.
Presiden Joko Widodo telah memerintahkan agar semua pihak terus bekerja keras memulihkan Sungai Citarum agar tidak lagi berpredikat buruk. Kepentingan nasional menjadi kata kunci pemulihan Citarum.
”Oleh karena itu, kita harus berkolaborasi, baik pemerintah pusat maupun daerah. Jangan ada egosektoral. Tidak ada waktu lagi saling menyalahkan,” kata Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan saat memimpin rapat koordinasi implementasi Program Citarum Harum di Kampung Cicukang, Desa Mekar Rahayu, Kecamatan Margaasih, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Rabu (5/12/2018).
Sebelumnya, lewat program Citarum Harum, upaya perbaikan itu diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2018 tentang Percepatan Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Daerah Aliran Sungai Citarum. Dalam perpres itu, Luhut bertugas sebagai Ketua Pengarah Tim DAS Citarum.
Selain memaparkan langkah yang harus dilakukan, Luhut juga mendengarkan pemaparan pencapaian dan kendala sejak Program Citarum Harum dilakukan Februari 2018. Penanganan sampah dan perbaikan kawasan di hulu jadi langkah yang paling banyak dilakukan selama ini.
”Kami berharap, semua hal baik terus dilanjutkan. Perguruan tinggi juga harus dilibatkan karena punya banyak inovasi untuk perbaikan Citarum. Lewat APBN tahun 2019, pemerintah akan mengucurkan Rp 640 miliar. Pencairan dana ditargetkan awal tahun ini,” ucap Luhut.
Untuk mendukung kegiatan ini, pada tahun 2019, Pemerintah Provinsi Jabar juga akan menggelontorkan Rp 100 miliar. Gubernur Jabar Ridwan Kamil mengatakan, dana itu akan dialokasikan untuk membeli tongkang pengumpul sampah buatan PT Pindad 10 unit, penampungan sampah, pembebasan lahan untuk penambahan kolam retensi, dan insinerator yang dipasang di 50 titik.
Kamil optimistis Program Citarum Harum akan rampung dalam lima tahun ke depan. ”Selain menangani sampah, kami akan merampungkan revitalisasi 14 oxbow atau sungai mati yang dimulai sejak 2017. Harapannya, oxbow itu akan membantu meringankan potensi banjir di Citarum,” ujarnya.
Direktur Operasi dan Pengembangan Perum Jasa Tirta II Antonius Aris Sudjatmiko mengatakan, hingga kini sudah delapan oxbow direvitalisasi. Tahun 2019, enam oxbow akan diperbaiki di kawasan Daraulin, Mahmud, Cicukang, Haurcucuk I, Haurcucuk II, dan Koyod.
Peringatan dini
Terkait cuaca, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Serang memperpanjang peringatan dini angin kencang dan gelombang tinggi di sejumlah daerah di Banten. Sebelumnya, peringatan dini ditetapkan Selasa (4/12) hingga Rabu (5/12).
Rekomendasi itu berlaku di Kabupaten Pandeglang bagian utara dan barat, Kabupaten Lebak tengah, Kota Tangerang Selatan, serta Kabupaten Tangerang bagian tengah dan selatan.
”Perpanjangan peringatan dini angin kencang dilakukan hingga Kamis (6/12), gelombang tinggi hingga Jumat (7/12). Kami akan terus memperbarui informasi mengenai prakiraan cuaca dan mengeluarkan peringatan dini jika diperlukan,” kata prakirawan BMKG Serang, Trian Asmarahadi.
Cuaca ekstrem diperkirakan kian sering terjadi pada puncak musim hujan di akhir Desember 2018 hingga Januari 2019. Hujan deras dan gelombang tinggi biasanya baru berakhir setiap Februari, tetapi bisa saja lebih lama.
Ketua Bidang Nelayan Kontak Tani Nelayan Andalan Pandeglang Nawawi Nurhadi mengatakan, aktivitas nelayan di Pandeglang sejauh ini normal.
(SEM/BAY)