Dunia Pendidikan dan Industri Perlu Saling Terhubung
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Keterhubungan dunia pendidikan dengan dunia usaha dan industri semakin dibutuhkan. Untuk itu, dunia pendidikan perlu terbuka untuk mengubah sistem pembelajaran dan kurikulum.
Di pendidikan vokasi, utamanya SMK dan perguruan tinggi, keterhubungan atau link and match dengan industri menjadi keharusan. Pengembangan pendidikan vokasi harus berbasis permintaan atau demand serta melihat potensi daerah.
Sekretaris Jenderal Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Ainun Naím di Simposium Aktuaria di Era Industri 4.0, di Jakarta, Kamis (6/12/2018), mengatakan, perguruan tinggi didorong untuk menguatkan kerja sama dengan industri, baik dalam memberikan kesempatan magang bagi mahasiswa maupun penelitian yang potensial untuk digunakan industri.
”Kemristek dan Dikti mendorong perguruan tinggi di Indonesia mulai menerapkan co-operative education atau co-op. Mahasiswa punya kesempatan untuk semakin berkembang dalam kompetensi dan soft skill-nya dengan praktik di industri,” kata Ainun.
Menurut Ainun, implementasi co-op sudah berhasil dijalankan di perguruan tinggi Kanada, yang sudah dikembangkan selama 75 tahun. Indonesia punya kesempatan untuk mengimplementasikan co-op di perguruan tinggi dengan dukungan Pemerintah Kanada melalui Universitas Waterloo dalam Proyek READI Project (Risk Management, Economic Sustainability, and Actuarial Science Development), yang berlangsung sejak 2015 sampai 2020.
Implementasi co-op sudah dijalankan di sejumlah perguruan tinggi yang membuka program studi aktuaria yang semakin dibutuhkan industri.
Direktur Pembelajaran Kemristek dan Dikti Paristiyanti Nurwardani mengatakan di politeknik, pendidikan dijalankan dengan sitem 3:2:1, yakni tiga semester untuk pembelajaran, dua semester praktik industri, dan satu tahun pembelajaran/kembali praktik industri.
”Di perguruan tinggi akademik pun, keterhubungan dengan industri tetap penting. Lewat co-op education, penyiapan mahasiswa untuk memasuki dunia kerja bisa dilakukan sejak tingkat awal,” kata Paristiyanti.
Pada 2019, kata Paristiyanti, 90 badan usaha milik negara siap menerima mahasiswa magang. Pesertanya yang ditargetkan sekitar 10.000 orang akan magang selama enam bulan dan mendapatkan sertifikat.
Ainun mengatakan, ada kebijakan Kemristek dan Dikti tentang rekognisi pembelajaran lampau untuk mendorong hadirnya dosen-dosen dari industri di kampus. Kehadiran praktisi di industri ini akan memperkuat sinergi perguruan tinggi dan industri yang semakin strategis.
”Kesenjangan pembelajaran di perguruan tinggi dan perkembangan industri bisa semakin diperkecil,” kata Ainun.