Para Migran Ternyata Lebih Sehat Dibandingkan Warga Negara-negara Kaya
Oleh
Elok Dyah Messwati
·2 menit baca
Para migran cenderung lebih sehat daripada penduduk negara-negara kaya yang mereka datangi, seperti Amerika Serikat. Tidak hanya fisik mereka yang lebih sehat, para migran pun sering membantu upaya memerangi penyakit dengan menjadi pekerja perawat kesehatan di negara-negara tersebut.
Demikian hasil studi atau laporan penelitian yang diterbitkan University College London (UCL) dan jurnal kesehatan The Lancet di London, Inggris, Rabu (5/12/2018).
Argumen kelompok populis yang menyatakan bahwa para migran menimbulkan risiko kesehatan dan beban bagi sistem kesehatan adalah mitos yang digunakan untuk mendorong sentimen anti-imigran. Demikian kesimpulan laporan yang diterbitkan UCL dan jurnal kesehatan The Lancet.
Studi atau penelitian yang berlangsung selama 2 tahun tersebut menemukan bahwa para migran secara umum memiliki harapan hidup yang lebih besar daripada penduduk negara tuan rumah. Para migran pun sangat kecil kemungkinan meninggal karena penyakit, seperti kanker dan penyakit jantung.
Argumen kelompok populis yang menyatakan para migran menimbulkan risiko kesehatan dan beban bagi sistem kesehatan adalah mitos untuk mendorong sentimen anti-imigran.
Meski demikian, para migran lebih rentan terhadap penyakit, seperti hepatitis, HIV, dan tuberkulosis. Namun, studi itu menemukan bahwa para migran cenderung menyebarkan infeksi tersebut di kalangan komunitas imigran daripada masyarakat umum.
”Analisis kami menunjukkan bahwa para migran lebih sehat, para migran berkontribusi positif terhadap ekonomi negara-negara tuan rumah. Di negara-negara kaya, seperti Inggris dan Amerika Serikat, para migran justru merupakan bagian besar dari tenaga kerja kesehatan,” kata Ibrahim Abubakar, Ketua Komisi Migrasi dan Kesesehatan UCL-Lancet, yang melakukan penelitian tersebut.
Agenda populis
Laporan yang mengamati 96 penelitian dan 5.464 estimasi kematian pada lebih dari 15 juta migran menemukan ketidakkonsistenan di antara kelompok-kelompok migran. Mortalitas atau angka kematian lebih rendah terjadi pada para migran dari Asia Timur dan Amerika Latin daripada populasi umum enam negara tuan rumah Eropa yang diteliti. Namun, mortalitas lebih tinggi terjadi pada para migran dari Afrika Utara dan Eropa Timur.
”Di banyak negara, masalah migrasi digunakan untuk membelah masyarakat dan mendorong agenda-agenda populis,” kata Richard Horton, editor jurnal kesehatan The Lancet.
Menurut Horton, dari hasil studi menunjukkan bahwa para migran umumnya lebih banyak berkontribusi terhadap ekonomi negara tuan rumah daripada menjadi beban negara itu.
Hasil penelitian tersebut didasarkan terutama pada studi kesehatan migran di negara-negara kaya lantaran kurangnya data yang tersedia tentang negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. Sebagai akibatnya, penelitian ini mungkin tidak mencerminkan kesehatan imigran di negara-negara miskin yang menjadi tujuan paling populer secara global bagi para migran. (REUTERS)