Usulan Nomor Dinanti
Komite Olimpiade Indonesia meminta pengurus cabang olahraga merespons draf sementara nomor-nomor yang akan dilombakan pada SEA Games 2019 di Filipina.
JAKARTA, KOMPAS Komite Olimpiade Indonesia telah mengirimkan draf sementara daftar nomor lomba SEA Games 2019 di Manila ke semua pengurus cabang olahraga. Cabang diberikan tenggat satu minggu untuk memberi masukan atau menanggapi ketidakpuasan pada draf nomor lomba.
Setelah menentukan jumlah 56 cabang, Panitia Penyelenggara SEA Games Filipina (Phisgoc) mengirimkan draf sementara nomor lomba ke perwakilan setiap negara. Draf ini akan dibahas pada rapat dengan 11 negara peserta dalam waktu dekat.
”Nomor yang dilombakan, kan, belum final. Karena itu, kami meminta masukan ke cabang, apakah sudah ada semua nomor-nomor unggulannya. Kalau belum, akan kami ajukan ulang saat finalisasi,” kata Harry Warganegara dari Komisi Pengembangan Olahraga Komite Olimpiade Indonesia (KOI), Rabu (5/12/2018), di Jakarta.
Dalam pengajuan itu, KOI akan memprioritaskan nomor- nomor Olimpiade yang lebih memiliki dasar yang kuat untuk dipertimbangkan oleh Federasi SEA Games (SAGF) dan Phisgoc. Meski demikian, KOI juga tidak tertutup kemungkinan untuk memperjuangkan nomor-nomor unggulan Indonesia dari cabang non-Olimpiade.
”Bisa saja (nomor unggulan pada cabang non-Olimpiade diajukan), tetapi lebih berat. Diajukan dulu saja tidak apa-apa,” ujar Harry.
Meski begitu, ia tak menjamin pengajuan nomor unggulan Indonesia bisa berhasil mengingat SEA Games merupakan ajang yang identik dengan kepentingan tuan rumah untuk berprestasi, termasuk Indonesia saat 2011.
Dalam peraturan SAGF, tuan rumah bebas menentukan nomor lomba. Mereka hanya diatur memasukkan dua cabang wajib, atletik dan renang, 18 dari 30 cabang Olimpiade, dan 8 cabang non-Olimpiade. Hal itu berbeda dengan Asian Games yang diawasi Dewan Olimpiade Asia (OCA). Nomor di Asian Games harus sama dengan Olimpiade Tokyo 2020.
Jumlah cabang yang akan dilombakan di SEA Games tidak sebanding dengan jumlah 529 nomor lomba sementara. Sebagai perbandingan, Indonesia yang hanya mempertandingkan 44 cabang pada SEA Games 2011 memiliki nomor lomba lebih banyak, yakni 545 nomor lomba. Hal ini memunculkan kekhawatiran berkurangnya nomor-nomor lomba di cabang Olimpiade.
Seperti terjadi di senam. Dalam draf sementara, senam artistik putri hanya diberikan jatah satu nomor, all around. Padahal, menurut Federasi Senam Internasional, standar lomba artistik putri adalah enam nomor, yaitu tim, all around, dan empat alat.
Manajer senam, Dian Persani, mengaku bingung terkait dengan draf tersebut karena hanya artistik putri yang berbeda. ”Nomor aerobik saja ada tiga, yang biasa tidak dimainkan. Begitu juga dengan nomor artistik putra dan ritmik putri yang lengkap semua,” katanya.
Dian berharap KOI bisa memperjuangkan enam nomor dari artistik. Adapun artistik putri merupakan penyumbang medali terbanyak Indonesia dari cabang senam pada SEA Games Kuala Lumpur 2017, dengan 1 emas,
1 perak, dan 3 perunggu.
Anggaran pelatnas
Terkait dengan anggaran pemusatan latihan nasional, tim angkat besi Indonesia mengajukan anggaran pelatnas 2019 yang lebih besar dari Asian Games 2018. Anggaran besar dibutuhkan karena atlet harus menjalani rangkaian seri kualifikasi menuju Olimpiade Tokyo 2020.
Manajer tim angkat besi Indonesia, Sonny Kasiran, mengatakan, pelatnas 2019 tidak hanya untuk kepentingan SEA Games. ”Kita harus memikirkan kebutuhan jangka panjang, yaitu Olimpiade 2020. Saya tidak bisa sebut berapa jumlahnya (anggaran), yang jelas lebih besar dari Asian Games,” kata Sonny di Jakarta, Rabu (5/12).
Untuk Asian Games 2018, tim angkat besi Indonesia menerima bantuan anggaran pelatnas sebesar Rp 11 miliar. Anggaran itu dipakai untuk kebutuhan 11 atlet dan 4 pelatih utama, serta 5 atlet dan 1 pelatih pelapis.
Sonny mengatakan, idealnya dibutuhkan anggaran hingga
Rp 20 miliar untuk pelatnas, termasuk untuk membiayai minimal delapan atlet yang disiapkan untuk ikut kualifikasi Olimpiade. (KEL/DNA)