16 Jam yang Tak Terlupakan
Senin (3/12/2018), takkan terlupakan bagi Irawan Maulana (22). Penyerangan kelompok Kriminal Bersenjata atas Pos Yonif 755/Yalet di Mbua, Nduga, Papua, sulit dilupakan. .
Irawan tengah berada di salah satu menara telekomunikasi di sekitar Distrik Mbua, Kabupaten Nduga, Papua, Minggu (2/12/2018). Ia sedang menjalankan tugasnya, memasang jaringan komunikasi di salah satu wilayah di jalur Trans-Papua.
Namun, belum selesai ia menyelesaikan pekerjaannya, seorang anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang memintanya segera turun. “Cepat turun. Situasi tak kondusif, ada serangan dari kelompok separatis,” ujar Irawan menirukan instruksi anggota TNI tersebut, saat tiba dengan pesawat TNI di Bandara Mozes Kilangin, Timika, Kamis (6/12/2018).
Irawan menceritakan, anggota TNI itu memintanya turun karena ada laporan bahwa kamp pekerja PT Istaka Karya (Persero) diserang kelompok kriminal bersenjata (KKB)
Bersama anggota TNI, Irawan menuju Pos Yonif 755/Yalet di Mbua. Di situ, ia melihat empat warga sipil lainnya yang diketahui pekerja PT Istaka Karya, telah bergabung.
Ketika fajar menyingsing Senin pagi, sekitar pukul 05.00, situasi mencekam terasa di pos TNI itu. Tiba-tiba terdengar suara tembakan bertubi-tubi dari segala arah. Tembakan awal itu menyebabkan Wakil Komandan Pos Mbua Yonif 755/Yalet Sersan Dua Handoko gugur.
Baku tembak kemudian berlangsung selama 16 jam hingga sekitar pukul 21.00. KKB melakukan tembakan tanpa henti ketika pasukan TNI tidak menembak ke arah mereka. Jika ada serangan balasan dari TNI, kata Irawan, tembakan dari KKB akan jeda selama 5 menit. “Kami di dalam pos merasakan suasana mencekam. Kami tidak makan,” kata pria kelahiran Garut, Jawa Barat, ini.
Di dalam pos, Irawan bersama empat pekerja PT Istaka Karya dan 21 personel TNI yang ada berupaya melindungi diri di sudut-sudut bangunan pos. Tidak hanya peluru yang menghujani pos itu, namun juga panah dan tombak.
Ketika baku tembak mereda, sekitar pukul 01.00, pada Selasa (4/12/2018), personel TNI memutuskan meninggalkan pos dan mencari tempat perlindungan.
Irawan menyatakan, mereka beruntung karena mampu keluar dari jangkauan KKB dan bertemu tim gabungan TNI-Polri yang berusaha menuju Bukit Kabo, Distrik Yigi. Tim gabungan TNI-Polri ini lalu membantu evakuasi Irawan dan empat pekerja PT Istaka Karya lainnya. Mereka adalah Jimmy Aritonang, Martinus Sampe, Ayub, dan Jeprianto.
Dengan helikopter mereka lalu diterbangkan ke Wamena untuk mendapat perawatan medis. “Keinginan saya satu-satunya, secepatnya pulang ke Garut,” ujar Irawan, yang kini bisa tersenyum.
Tantangan pembangunan
Keberadaan KKB menjadi tantangan bagi pembangunan infrastruktur di tanah Papua. KKB itu tersebar di sejumlah rute pembangunan jalan Trans-Papua, seperti Puncak, Puncak Jaya, dan Nduga. Di ketiga wilayah itu ada tiga KKB, yakni Kelompok Goliath Tabuni di wilayah Puncak Jaya, Kelompok Militer Murib di Puncak, serta Kelompok Egianus Kogoya di Nduga.
Catatan Kompas, KKB telah beberapa kali menyerang pekerja infrastruktur di beberapa kabupaten di pegunungan Papua selama beberapa tahun terakhir.
Pertama, penyerangan tujuh pekerja PT Modern yang sedang mengerjakan proyek pembangunan jalan Trans-Papua di Desa Agenggen, Sinak, Kabupaten Puncak, 15 Maret 2016. Empat pekerja tewas dalam insiden ini.
Kemudian, penganiayaan terhadap hingga membuat dua tenaga konsultan Trans-Papua dari PT Seakan Bumi Persada, meninggal dunia di Kampung Puncak Albu, Kabupaten Nduga, Papua. Jenazah keduanya ditemukan pada 5 September 2016.
Terakhir, KKB menyerang pekerja dan aparat yang bertugas membangun jalan Trans-Papua di Distrik Mugi, Kabupaten Nduga, pada 12 Desember 2017. Korban luka dari peristiwa itu adalah Prajurit Dua Didimus Abindodifu, anggota Zeni Tempur yang mengerjakan jalan Trans-Papua ruas Mamugu-Wamena di Mugi. Pekerja yang meninggal bernama Yovicko Sondak.
Murni kriminal
Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto menegaskan, TNI-Polri tidak akan menolerir berbagai kekerasan kepada masyarakat sipil yang dilakukan KKB. Setelah operasi evakuasi usai, utamanya mengidentifikasi 21 pekerja PT Istaka Karya yang tewas, aparat keamanan akan menindak seluruh anggota KKB.
“Kami akan tangkap seluruh yang terlibat dengan KKB. Harapannya, untuk memberikan rasa aman dan menjamin program pemerintah terus berjalan di Papua,” kata Hadi yang memimpin langsung operasi evakuasi di Timika, sejak Rabu lalu.
Pelaksana tugas Kepala Sekretariat Perwakilan Komnas HAM Wilayah Papua Frits Ramandey menegaskan, perbuatan KKB bukanlah untuk memperjuangkan gerakan Papua merdeka. Ini karena tindakan penyerangan warga sipil adalah murni aksi kriminalitas.
Menurut dia, Nduga termasuk salah satu daerah di Papua dengan konflik yang paling tinggi pada tahun ini. Tercatat sebanyak enam insiden kekerasan yang dilakukan KKB di wilayah itu.
Asisten Bidang pemerintahan, hukum dan HAM Sekretaris Daerah Papua Doren Wakerkwa mengakui, pembangunan di Papua akan terganggu apabila terus mendapatkan teror dari kelompok kriminal bersenjata.
"Pemprov Papua sungguh menyesalkan insiden yang terjadi di Nduga. Kami berharap masyarakat setempat dapat membantu aparat keamanan agar para pelaku segera ditangkap dan diadili," tutur Doren.