Pascabencana Puting Beliung, Proses Evakuasi Masih Berlanjut
Oleh
Andy Riza Hidayat
·3 menit baca
BOGOR, KOMPAS — Pascahujan deras disertai angin kencang melanda Kota Bogor, Jawa Barat, sejumlah prasarana kota masih tampak belum pulih. Pepohonan yang tumbang masih tergeletak di tepi jalan. Sejumlah tempat penyedia layanan publik juga belum selesai diperbaiki dari amukan angin kencang.
Jumat (7/12/2018) siang, keadaan lalu lintas di sepanjang Jalan Lawang Gintung, Bogor Selatan, pascabencana puting beliung kemarin sore terpantau padat merayap. Kepadatan disebabkan oleh pohon-pohon tumbang yang menghalangi jalan raya.
”Kondisi saat ini sudah masuk tahap pascabencana. Sejak pukul 07.00, kami mengevakuasi pohon-pohon tumbang agar tidak mengganggu arus lalu lintas,” kata Letnan Kolonel Artileri Medan (Arm) Doddy Suhadiman.
Sambil memantau proses evakuasi, Doddy menyampaikan, ada 30 pohon dengan berbagai ukuran yang tumbang akibat angin puting beliung kemarin. Pohon-pohon yang tumbang masih terus diangkut oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor.
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), total rumah yang rusak mencapai 572 rumah. Kejadian itu tersebar di Kelurahan Lawanggintung, Cipaku, Pamoyanan, Batu Tulis, serta di Kecamatan Bogor Utara, Timur, dan Tengah. Rumah yang paling banyak rusak terdapat di Kelurahan Pamoyanan, mencapai 439 rumah.
Dalam evakuasi hari ini, Doddy mengatakan, ada lebih dari 200 personel yang dikerahkan. Mereka adalah anggota Batalyon Infanteri 315, Komando Distrik Militer, Kepolisian Sektor Bogor Selatan, dan Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor.
Selain rumah warga, angin puting beliung juga merusak makam Embah Dalem Batu Tulis. Embah Dalem adalah tokoh penyebar agama Islam yang pernah hidup di Bogor. Sisi kanan atap bangunan berwarna hijau itu tertimpa pohon besar yang membuat atap menjadi berlubang.
Tak hanya itu, di bagian dalam makam, khususnya di toilet, tembok dan atapnya roboh. Acep, pengurus Makam Mbah Dalem, sungguh menyayangkan kejadian ini. ”Tapi, yang namanya bencana, ya, Neng, kita, kan, enggak tahu,” katanya.
Mengarah ke Jalan Raya Cipaku, sinar matahari terlihat masuk melalui lubang pada atap-atap rumah warga. Angin yang mengangkat atap-atap tersebut membuat warga saling bergotong royong membetulkan atap.
Stasiun Batu Tulis yang juga terletak di Jalan Raya Cipaku ikut terdampak. Kepala Regu Polisi Khusus Kereta Api Stasiun Cicurug (jalur dari Batu Tulis hingga Parung Kuda) Sumarjoko mengemukakan, angin puting beliung kemarin merusak atap bagian ruang tunggu stasiun.
”Pembenahan dan pembetulan atap sudah kami lakukan sejak kemarin malam setelah hujan reda. Aliran listrik yang kemarin sempat mati juga sudah kembali normal,” kata Sumarjoko.
Di sepanjang rel kereta api tampak barang-barang warga seperti bantal, kasur, pakaian, boneka, karpet, dan selimut sedang dijemur. Yuliana (33), warga RT 003 RW 008 Kelurahan Lawanggintung, Bogor Selatan, mengatakan, barang-barangnya basah semua akibat angin dan hujan kemarin.
”Kemarin, kan, setelah angin puting beliung hujan turun besar banget. Keadaan rumah, kan, atapnya hilang, jadi barang-barang di rumah pada basah semua,” ujar Yuliana.
Meski demikian, Sumarjoko tetap mengimbau warga agar segera membereskan barang-barangnya karena kereta api dari Sukabumi akan tiba siang ini. ”Kami mengimbau warga mengamankan barangnya masing-masing demi keamanan warga dan kelancaran perjalanan kereta api,” kata Sumarjoko.
Secara terpisah, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, saat ini Posko Darurat Pengungsian telah didirikan. Posko didirikan bagi warga yang terdampak kejadian angin puting beliung di Kelurahan Pamoyanan.
”Meski telah ada posko, saat ini sebagian warga masih mengungsi di Masjid Al Mutadin. Hingga saat ini, kerugian materi belum bisa diperkirakan,” kata Sutopo. (SHARON PATRICIA)