Produksi Minyak Kemungkinan Dikurangi 1 Juta Barel per Hari
Oleh
BENNY DWI KOESTANTO
·4 menit baca
VIENNA, KAMIS -- Negara-negara anggota Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) berkumpul di Vienna, Austria, Kamis (6/12/2018), untuk menemukan cara menghentikan jatuhnya harga minyak. Kalangan analis memperkirakan, organisasi itu dan beberapa sekutu utama, seperti Rusia, akan setuju untuk mengurangi produksi minyak setidaknya 1 juta barel per hari.
Harga minyak mentah telah turun sejak Oktober karena produsen utama, termasuk Amerika Serikat, memompa minyak pada tingkat tinggi. Selain itu, juga karena ada kekhawatiran bahwa pertumbuhan ekonomi yang lebih lemah dapat mengurangi permintaan energi.
Harga minyak mentah AS, yang menjadi patokan dan standar harga minyak yang diperdagangkan secara internasional, anjlok 22 persen pada bulan November.
Menteri Perminyakan Arab Saudi Khalid al-Falih mengatakan, negaranya mendukung pemangkasan. "Saya pikir satu juta (barel per hari) akan cukup, menurut pendapat pribadi," kata Falih saat tiba di pertemuan di Vienna.
Pemangkasan produksi tersebut bakal mencakup produksi dari negara-negara OPEC dan negara-negara non-OPEC, seperti Rusia, yang dalam beberapa tahun terakhir telah mengoordinasikan batas produksi mereka dengan OPEC. Pandangan itu digemakan oleh negara lain, termasuk Nigeria dan Irak.
"Saya optimistis bahwa perjanjian itu akan menstabilkan pasar, akan menghentikan penurunan harga (minyak)," kata Thamir Ghadhban, Menteri Urusan Perminyakan Irak.
Investor tak yakin
Meskipun demikian, kalangan investor tampaknya tidak yakin. Hal itu terlihat dari berlanjutnya penurunan harga minyak cukup tajam pada perdagangan, Kamis. Muncul kekhawatiran yang lebih luas bahwa perang dagang antara AS dan China dapat meningkat dan melukai proyeksi pertumbuhan global tahun depan.
Patokan internasional untuk harga minyak mentah, Brent, turun 1,52 dollar AS per barel, membuat harga minyak ditetapkan pada level 60,04 dollar AS per barel. Turunnya harga minyak akan menjadi pendorong bagi banyak konsumen dan juga bisnis yang memerlukan energi sebagai bahan bakar, terutama pada saat pertumbuhan global melambat.
Presiden AS Donald Trump di sisi lain telah memberikan tekanan secara terbuka pada OPEC untuk tidak memotong produksi. "Semoga OPEC akan menjaga aliran minyak seperti yang terjadi saat ini dan tidak dibatasi. Dunia tidak ingin melihat, atau perlu, harga minyak yang lebih tinggi!" kata Trump melalui akun Twitter-nya, Rabu (5/12/2018).
Sementara Arab Saudi mengindikasikan akan bersedia memangkas produksi, keputusan negara itu mungkin dipersulit oleh keputusan Trump yang tidak menjatuhkan sanksi kepada Riyadh terkait kasus pembunuhan jurnalis senior Jamal Khashoggi. Senator AS mengatakan, setelah mendapat penjelasan Direktur Badan Pusat Intelijen AS (CIA) Gina Haspel, mereka semakin yakin bahwa penguasa de-facto Arab Saudi, Putra Mahkota Pangeran Mohammed bin Salman, terlibat dalam pembunuhan Khashoggi.
Beberapa ahli mengatakan bahwa AS memberikan semacam tekanan pada Arab Saudi. Namun, hal itu disangkal Falih. Ketika ditanya apakah Arab Saudi memiliki izin dari Trump untuk memangkas produksi, Falih menjawab, "Saya tidak memerlukan izin dari pemerintah asing."
Pengaruhi harga
Sejumlah pengamat mengatakan, pertemuan OPEC pekan ini akan mempengaruhi harga minyak selama beberapa bulan mendatang. Seberapa kuat hal itu bisa bergantung pada kontribusi Rusia, yang akan ditentukan dalam pertemuan pada hari Jumat ini.
Analis di Commerzbank memperkirakan, jika Rusia bersedia memangkas produksi, OPEC dan negara-negara non-OPEC dapat memangkas produksi total 1,3-1,4 juta barel per hari. “Ini akan cukup untuk menyeimbangkan kembali pasar minyak tahun depan," demikian antara lain isi analisa Commberzbank dalam sebuah catatan kepada investor.
Ketergantungan OPEC pada non-anggota OPEC, seperti Rusia, disorot sebagai kondisi berkurangnya pengaruh kartel di pasar minyak yang notabene telah mendominasi selama beberapa dekade. Aliansi OPEC-Rusia dibuat untuk bersaing dengan produksi minyak AS yang meningkat pesat dalam beberapa tahun terakhir, terutama sejak tahun 2016. Dengan beberapa perkiraan, AS tahun ini menjadi produsen minyak mentah terbesar dunia.
Organisasi OPEC juga terbelah oleh konflik internal, terutama antara rival regional Arab Saudi dan Iran. Salah satu pertanyaan kunci dalam pembicaraan Kamis ini, adalah apakah akan ada pembicaraan untuk membebaskan Iran dari keharusan memangkas produksi. Hal itu terutama karena industri energinya sudah tertatih-tatih oleh sanksi AS terhadap ekspor minyak mentahnya.
Sementara itu, Qatar--saingan Arab Saudi dan sekutu Iran--mengatakan pada pekan ini bahwa mereka akan keluar dari OPEC pada Januari. Hal itu murni keputusan praktis Doha karena negara itu lebih banyak menghasilkan gas alam dan sedikit minyak. Namun, langkah itu dipandang sebagai penghinaan simbolis kepada organisasi yang didominasi Arab Saudi itu. (AP/AFP)