JPM Perlu Pembenahan
Jembatan Penyeberangan Multiguna Tanah Abang perlu dilengkapi dengan sejumlah kelengkapan. Tujuannya untuk membuat pengguna nyaman dan aman sampai tujuan.
JAKARTA, KOMPAS Jembatan Penyeberangan Multiguna Tanah Abang masih perlu banyak pembenahan sebelum mulai dioperasikan. Bersamaan dengan simulasi arus pejalan kaki, para pedagang kaki lima dijadwalkan mulai naik dan berjualan di jembatan ini, Senin (10/12/2018).
Dari pemantauan Kompas, Jumat (7/12), tembok pemisah antara Stasiun Tanah Abang dan area jembatan penyeberangan multiguna (JPM) sudah dibuka. Hanya saja jalan penghubung belum dilengkapi ubin kuning untuk warga tunanetra.
Sebagian penumpang kereta mulai menggunakan JPM menuju pasar. Namun, kebanyakan pejalan kaki yang menggunakan JPM masih bingung harus melangkah ke arah mana kalau hendak ke Blok F atau Blok G karena rambu petunjuk yang minim. Para pengguna JPM banyak yang bertanya kepada sekuriti atau petugas pembersih JPM.
”Letak penanda itu memang harus diubah. Penanda harus diletakkan lebih dekat ke ramp (jalan penghubung stasiun
dan JPM) supaya penumpang jelas hendak lewat mana. Sekarang masih agak ke dalam,” kata Yoory C Pinontoan, Direktur Utama PD Pembangunan Sarana Jaya.
Ia menambahkan, sesuai kesepakatan PD Pembangunan Sarana Jaya, PT KAI, dan Ombudsman RI saat peninjauan bersama pada 30 November, disebutkan bahwa JPM bisa mulai difungsikan pada Jumat.
Adapun 13 gerbang pemindai tiket kereta komuter sudah disiapkan untuk dipindah lebih maju sekitar 7 meter ke arah loket tiket.
Teguh P Nugroho, Kepala Ombudsman RI Perwakilan Jakarta Raya, mengatakan, masih banyak pembenahan yang mesti dilakukan sebelum peresmian JPM. Tanda-tanda di JPM dan stasiun harus diperbanyak dan diletakkan di tempat yang mudah terlihat oleh pengguna JPM.
Penumpang difabel juga harus dimudahkan dengan penanda untuk difabel di JPM. Saat ini, penanda itu belum ada.
Ombudsman menyarankan PD Sarana Jaya melengkapi JPM dan trotoar bawah di halte dengan kursi untuk mengakomodasi lansia yang butuh istirahat. ”Jumlah toilet di JPM juga masih kurang,” kata Teguh.
PKL yang sudah mendapat tempat sesuai undian diperbolehkan bersiap-siap pada Sabtu dan Minggu. Harapannya, paling lambat Senin depan para pedagang kaki lima bisa naik ke JPM dan berjualan.
Simulasi
Kemarin, PD Sarana Jaya dan PT KAI juga melakukan simulasi arus penumpang dan pejalan kaki selama jam sibuk. ”Simulasi ini untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan dari pengoperasian JPM. Apa saja yang harus dibenahi,” jelas Yoory.
Menurut Yoory, simulasi itu akan dilakukan hingga sepekan ke depan sampai yakin betul sebelum diresmikan.
Irwandi, Wakil Wali Kota Jakarta Pusat, menambahkan, selama uji coba pada Jumat pagi, diketahui 60-70 persen pejalan kaki mengarah ke Blok F dan Blok G. Saat pengoperasian penuh, masyarakat juga akan dilayani dengan JakLingko.
Teguh juga mengatakan, begitu PKL mengisi JPM, Ombudsman menyarankan dilakukan simulasi lagi. Tujuannya agar arus penumpang, keamanan, serta aspek lain bisa dicermati lagi.
”Jadi akan ada perbandingan arus penumpang saat jam sibuk pagi dan sore serta saat tidak jam sibuk. Juga perbandingan saat sudah ada pedagang dan sebelum pedagang mengisi kios. Apalagi gate kereta akan digeser maju di hari Minggu,” kata Teguh.
Untuk pengamanan, kata Teguh, PT KAI dan PD Sarana Jaya harus cermat menempatkan petugas supaya JPM atau jalan penghubung tidak menjadi titik kumpul copet.
Yoory menjelaskan, selain 21 petugas keamanan, ada 26 kamera pemantau (CCTV) yang dipasang. CCTV itu dikontrol di ruang pengawas di area stasiun.
Untuk memudahkan pergerakan orang, di ujung jalan penghubung menuju arah Jati Baru Bengkel, PD Sarana Jaya akan membangun halte bus transjakarta. Dengan demikian, begitu turun, penumpang langsung menggunakan bus. (HLN/E04)