TIMIKA, KOMPAS — Upaya pencarian terhadap tiga jenazah PT Istaka Karya dan dua pekerja yang hilang dalam penyerangan oleh kelompok sipil separatis bersenjata di Kabupaten Nduga, Papua, hingga Sabtu (8/12/2018) belum membuahkan hasil. Tim gabungan TNI dan Polri masih menyisir sejumlah titik di Distrik Mbua, Yall, dan Yigi.
Kepala Penerangan Komando Daerah Militer XVII/Cenderawasih Kolonel (Inf) Muhammad Aidi, saat dihubungi dari Timika, Kabupaten Mimika, Sabtu sore, mengatakan, tim gabungan telah menguasai Mbua hingga Yigi. Namun, jenazah tiga pekerja PT Istaka Karya yang dilaporkan tewas dibunuh kelompok Egianus Kogoya di Bukit Kabo, Yigi, pada 2 Desember lalu belum ditemukan.
Tim juga belum menemukan dua pekerja PT Istaka Karya yang dilaporkan melarikan diri saat peristiwa itu terjadi. Identitas kelima pekerja itu berdasarkan keterangan dari PT Istaka Karya adalah Muhammad Ali Akbar, Petrus Ramli, Hardi Ali, Simon Tandi, dan Riki Simanjuntak.
Sejauh ini, tim gabungan telah mengevakuasi 23 orang dari Nduga, yakni 16 orang meninggal dan 7 orang selamat. Semua jenazah korban juga telah diterbangkan ke daerah asal dan diserahkan kepada pihak keluarga.
”Menurut rencana, salah satu pekerja yang selamat akan menunjukkan lokasi terakhir kelima pekerja tersebut,” kata Aidi.
Aidi pun membantah adanya informasi yang beredar di media sosial bahwa tim gabungan menggunakan bom untuk menyerang kelompok Egianus di tengah permukiman warga saat proses evakuasi berlangsung. Hal itu dinilai sebagai berita bohong atau hoaks dari simpatisan kelompok separatis.
”Para jurnalis sendiri bisa melihat bahwa selama proses evakuasi kami hanya menggunakan helikopter untuk mengangkut korban selamat dan korban yang meninggal. Tim sama sekali tidak menggunakan pesawat untuk menyerang kelompok Egianus,” kata Aidi.
Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Papua Komisaris Besar Ahmad Mustofa Kamal mengatakan, tim gabungan akan melakukan upaya pencarian para korban melalui darat dan udara. ”Tim di lapangan pun mulai mengejar kelompok Egianus,” ujarnya.
Sementara itu, dari pantauan di Timika pada Sabtu siang, tim psikolog dari Biro Sumber Daya Manusia Polda Papua memberikan pendampingan terhadap 11 korban selamat. Para korban ini merupakan warga setempat dan buruh bangunan yang bekerja di sejumlah distrik yang berdekatan dengan lokasi penyerangan terhadap pekerja PT Istaka Karya.
Namun, aparat kepolisian tak memperbolehkan media meliput kegiatan tersebut. Ahmad mengatakan, pendampingan psikologis tersebut bertujuan untuk menghilangkan rasa trauma korban akibat insiden tersebut. ”Kami berharap trauma mereka bisa hilang dan dapat beraktivitas seperti biasa kembali,” ujarnya.
Terkait tiga pekerja PT Istaka Karya yang mengalami luka tembak, Ahmad mengatakan, mereka masih menjalani perawatan secara intensif di Rumah Sakit Caritas di Timika. Mereka adalah Martinus Sampe Pauliling (23), Ayub (21), dan Jefri (20).
Sekretaris Jenderal Dewan Presidium Papua Thaha Al Hamid menilai, pemerintah perlu memprioritaskan pendekatan sosial sebelum pembangunan infrastruktur di seluruh Papua. Hal tersebut untuk mencegah potensi terjadinya konflik antara warga setempat dan para pekerja infrastruktur.
”Jangan hanya fokus dalam pembangunan fisik. Diperlukan pendekatan yang damai dan adanya dialog. Pemerintah daerah pun harus terlibat aktif dalam membina masyarakat. Apabila digunakan pendekatan dengan aparat keamanan, maka akan timbul konflik kekerasan yang baru,” tutur Thaha.