Pengalaman Jadi Kunci
Para pemain muda belum banyak ”unjuk gigi” pada laga hari pertama Proliga 2019 di Yogyakarta. Banyak di antara mereka masih demam panggung karena kurang pengalaman bertanding.
YOGYAKARTA, KOMPAS Hari pertama Proliga musim 2019 di GOR Amongrogo, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018), belum menjadi panggung bagi pemain-pemain muda berusia 20 tahun ke bawah. Selain belum banyak diturunkan, pemain muda juga belum menunjukkan permainan terbaik.
Hal itu tampak ketika tim putri Bandung Bank BJB Pakuan menghadapi juara bertahan Jakarta Pertamina Energi. Bandung Bank BJB diperkuat tujuh pemain muda. Sisanya, pemain berusia lebih dari 20 tahun. Adapun Jakarta Pertamina hanya diperkuat empat pemain muda dan sisanya berusia 20-29 tahun.
Pada laga itu, pemain muda Bandung Bank BJB belum menunjukkan permainan terbaik. Mereka sering melakukan kesalahan, mulai dari servis, bola pertama, hingga blok. Tak pelak, poin mereka selalu tertinggal.
Sementara Jakarta Pertamina dengan pemain lebih pengalaman bisa bermain konsisten. Para pemainnya sangat tenang. Keuntungan diperkuat tujuh pemain eks Asian Games 2018 atau pemain timnas Indonesia sangat terlihat. Poin mereka tidak pernah tertinggal hingga akhirnya mereka menang 3-0 (25-15, 25-22, 25-23).
Pelatih Bandung Bank BJB Teddy Hidayat mengatakan, pemain mudanya memang masih demam panggung. Akibatnya, mereka sering melakukan kesalahan sendiri saat servis, bola pertama, dan blok. Kondisi itu diperparah dengan pemain asingnya yang belum padu karena baru kali ini tampil di Indonesia. ”Semua itu juga karena faktor persiapan yang singkat, hanya tiga minggu,” ujarnya.
Menghadapi laga selanjutnya, Teddy akan membenahi timnya dalam melakukan servis, menerima bola pertama, dan blok. Tiga hal itu komponen utama untuk meraup poin. ”Saya yakin anak- anak sudah lebih siap pada laga kedua. Pada dua gim terakhir laga itu saja sudah terlihat, mereka bisa cepat menemukan bentuk permainannya sehingga membuat skor ketat,” katanya.
Pelatih Jakarta Pertamina Muhammad Anshori mengutarakan, timnya memang diuntungkan dengan usia dan pengalaman lebih matang. Hal itu membuat pemain percaya diri sejak sebelum pertandingan. Di samping itu, tim disaksikan penonton yang mayoritas pendukungnya karena memang Yogyakarta adalah kandang mereka.
Namun, Anshori mengakui, timnya bukan tanpa celah. Faktor usia, pengalaman lebih matang, dan status pemain nasional justru membuat anak asuhnya terlalu percaya diri. Hal itu dikhawatirkan membuat pemain lengah dan buru-buru ingin menyelesaikan laga. Terbukti, pada dua gim terakhir laga itu, lawan hampir mengejar perolehan poin timnya. ”Ini jadi bahan evaluasi bersama,” ujarnya.
Sebagai juara bertahan, Jakarta Pertamina ditargetkan mengulang kesuksesan musim lalu. Apalagi, mereka diperkuat banyak pemain timnas.
”Selain keuntungan, itu juga bisa menjadi beban karena tanggung jawab untuk juara menjadi lebih besar,” kata Anshori.
Proliga 2019 diikuti 11 tim, terdiri dari enam tim putra dan lima tim putri. Setiap tim diperkuat 14-15 pemain. Secara keseluruhan, partisipasi pemain muda hanya 20-30 persen per tim atau rata-rata hanya ada 2-3 pemain muda per tim.
Minimnya tim menggunakan pemain muda bukan karena kualitas pemain muda yang buruk, melainkan karena mental belum siap. ”Mau main di Proliga rasanya deg-degan. Gugup melihat penonton yang ramai dan gugup menghadapi pemain-pemain yang lebih senior,” kata pemain Jakarta Elektrik PLN, Sinta Adila (17), yang menjalani debut Proliga pada musim ini.
Persaingan tim putra
Di tim putra, juara bertahan Surabaya Bhayangkara Samator juga meraih kemenangan. Mereka menundukkan peringkat kedua musim lalu, Palembang Bank SumselBabel, dengan skor 3-0 (25-22, 25-16, 25-17).
Pertandingan kedua tim berlangsung sengit dengan ”jual beli” smes di antara keduanya. Namun, Surabaya Bhayangkara lebih unggul dengan smes yang lebih agresif, akurat, dan tajam. Mereka pun mampu melakukan blok lebih baik.
”Tadi kami diuntungkan permainan Palembang Bank SumselBabel yang kurang agresif. Jadi, kami bisa mengembalikan setiap servis, bola pertama, dan blok mereka,” ujar Pelatih Surabaya Bhayangkara Samator Ibarsjah Djanu Tjahjono.
Pelatih Palembang Bank SumselBabel Pascal Wilmar mengakui, para pemainnya demam panggung dan kurang fokus. Mereka banyak melakukan kesalahan saat servis, bola pertama, smes, dan blok. ”Saya berusaha membenahi agar tak terulang pada laga kedua,” katanya. (DRI)