JAKARTA, KOMPAS -- Dalam sepekan terakhir, harga daging ayam merangkak naik menjauhi harga acuan yang ada di peraturan. Meskipun demikian, peternak mengharapkan pemerintah tidak tergesa-gesa mengadakan operasi pasar karena tengah menikmati untung setelah rugi tiga bulan terakhir.
Berdasarkan situs Info Pangan Jakarta, harga daging ayam telah mencapai Rp 35.400 per kilogram (kg). Padahal, mengacu pada Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 96 Tahun 2018, harga acuan penjualan daging ayam Rp 34.000 per kg di tingkat konsumen dan Rp 18.000 - Rp 20.000 per kg di tingkat peternak.
Ketua Umum Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (Pinsar), Singgih Januratmoko menyebutkan, harga produksi daging ayam di tingkat peternak saat ini berkisar Rp 20.000 - Rp 22.000 per kg. "Secara kuantitatif, stoknya aman. Namun, kami harap pemerintah tidak tergesa-gesa operasi pasar daging ayam karena kami tengah menikmati kondisi harga yang baru pulih ini," tuturnya saat dihubungi dari Yogyakarta, Jumat (7/12/2018).
Singgih menuturkan, sepanjang September - November lalu, peternak merugi Rp 1.000 - Rp 3.000 per kg. Kerugian tersebut merupakan dampak tingginya harga pakan ternak yang dibarengi penurunan permintaan pasar.
Menjelang akhir tahun, permintaan pasar mulai meningkat. Meskipun demikian, Singgih mengatakan, harga pakan masih tinggi dan telah meningkat Rp 650 - Rp 800 per kg sejak tiga bulan lalu.
Komponen pakan memiliki andil 60 - 70 persen terhadap harga produksi. Sementara, proporsi jagung terhadap pakan sekitar 50 persen. "Jagung mahal menyebabkan pakan ternak pakan mahal. Akibatnya, biaya pokok produksinya juga mahal," ujar Singgih.
Untuk mengantisipasi kenaikan harga daging ayam di hilir, Direktur Pakan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian Sri Widayati menyarankan, komponen jagung pada pakan ternak diganti. Adapun alternatifnya dapat berupa sorgum yang dapat diambil dari Demak dan Purwodadi, Jawa Tengah.
Bungkil inti sawit juga dinilai Sri dapat menggantikan komponen jagung. Bahan tersebut dapat ditemui di Sumatera dan Kalimantan.
Sebelumnya, pemerintah menyatakan dapat melakukan operasi pasar daging ayam jika harganya tak terkendali dengan stok yang berasal dari integrator. "Kalau suplainya ada, harga tidak akan melampaui harga acuan sesuai aturan," ucap Ketua Bidang Peternakan dan Perikanan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Anton J Supit.
Secara jangka menengah dan panjang, Anton menyoroti keberadaan sistem rantai beku (cold chain) untuk logistik dan penyimpanan daging ayam. Menurutnya, sistem tersebut dapat menjaga suplai daging ayam sepanjang tahun.
Terjaganya suplai daging ayam lewat mekanisme rantai beku itu disebabkan oleh angka produksi yang relatif stabil dan dapat diprediksi. Jika produksi berlebih, surplusnya dapat disimpan beku dan dikeluarkan saat permintaannya meningkat.
Menurut Ketua Umum Gabungan Perusahaan Pembibitan Unggas (GPPU) Achmad Dawami, pada 2019 harga daging ayam di tingkat peternak menjadi Rp 20.000 - Rp 22.000 per kg. "Angka ini adalah harga normal baru yang mesti dipahami konsumen," katanya.