Problem Rantai Suplai Dinilai Picu Kenaikan Harga
JAKARTA, KOMPAS -- Harga pangan sepekan terakhir terus merangkak naik.
Perbaikan distribusi pangan diperlukan untuk meminimalisasi kemungkinan inflasi pangan pada bulan Desember 2018.
Sekretaris Jendral Kementerian Pertanian, Syukur Iwantoro, Jumat (7/12/2018) di Jakarta mengatakan, kenaikan sejumlah harga pangan disebabkan oleh proses distribusi. Sebab, Syukur mengklaim persediaan bahan pangan nasional aman hingga pertengahan tahun 2019.
"Kalau persediaan aman artinya produksi tidak ada masalah. Kemungkinan masalahnya ada pada proses distribusi barang," tutur Syukur.
Syukur menambahkan, harga di tingkat peternak masih berada di bawah harga acuan. Namun, panjangnya rantai suplai dan meningkatnya jumlah permintaan barang membuat harga melambung. Ia menyarankan agar ratai suplai dipangkas untuk mempersingkat perjalanan barang dari produsen ke konsumen.
Salah satu cara memangkas rantai suplai adalah dengan memanfaatkan platform e-dagang. "E-dagang dapat mempersingkat alur distribusi dari produsen ke konsumen," tutur Syukur.
Data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional, rata-rata harga telur dan daging ayam di semua provinsi bergerak naik menjauhi harga acuan. Pemerintah melalui Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 96 tahun 2018 menyebutkan harga acuan di tingkat konsumen untuk telur ayam adalah Rp 23.000 per kilogram. Sementara daging ayam adalah Rp 34.000 per kilogram.
Pada Jumat sore, tercatat harga rata-rata seluruh provinsi untuk telur ayam mencapai Rp 25.550 per kilogram. Adapun untuk harga daging ayam mencapai Rp 35.750 per kilogram.
Sementara itu, Informasi Pangan Jakarta mencatat harga rata-rata telur ayam tertinggi di pekan pertama Desember mencapai Rp 26.571 per kilogram. Sementara harga rata-rata telur terendah di pekan pertama Desember adalah Rp 21.857. Harga tertinggi di Pasar Gondangdia, Jakarta Pusat dan harga terendah di Pasar Kelapa Gading, Jakarta Utara.
Kepala Bidang Harga Pangan Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian, Maino Dwi Hartono mengatakan kenaikan harga yang terjadi masih dalam kondisi wajar. "Biasanya akhir tahun memang harga telur dan daging ayam fluktuatif begini. (Sekarang) ini naik, nanti bisa turun juga. Bahkan, pedagang di pasar yang sama bisa menjual barang yang sama dengan harga yang berbeda," kata Maino.
Dalam pemberitaan Kompas (7/12/2018) disebutkan harga sejumlah komoditas pangan bergerak naik menjauhi harga acuan pemerintah. Tanpa intervensi, kenaikannya berpotensi mendorong inflasi bulan ini.
Maino optimis kenaikan harga ini tidak akan berlangsung lama. Namun, apabila kenaikan ini terjadi berlarut-larut dan semakin tinggi pemerintah akan turun tangan.
"Seluruh pemangku kepentingan yang ada, baik swasta, peternak, dan pemerintah dari berbagai kementerian sudah sepakat untuk bersama-sama menjaga stabilitas harga. Kami akan bekerja sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing untuk itu," tambah Maino.
Syukur menambahkan, jika cara itu tidak berhasil Kementerian Pertanian akan mengonsolidasi pedagang untuk menjual harga pangan sesuai dengan harga acuan.
Sebagai upaya jangka panjang mengatasi lonjakan harga di akhir tahun, Syukur menyarankan untuk memantapkan produksi bahan pangan. Jika ketersediaan barang meningkat, berapapun kebutuhannya pasar tetap akan bisa memenuhi.
"Belajar dari pengalaman tiga tahun terakhir, tingkat inflasi pangan terus turun karena suplai tersedia. Harga barang juga dapat dikatakan stabil. Hal itu karena kami terus fokus pada peningkatan produksi dan perbaikan rantai suplai," imbuh Syukur. (E18)