JAKARTA, KOMPAS — Wisata halal yang mulai dikembangkan tahun 2016 kini mulai menunjukkan hasil. Wisata halal telah berkontribusi 20 persen dari jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia.
”Kami menargetkan wisata halal menyumbangkan 25 persen dari total kunjungan wisman (wisata mancanegara). Pertumbuhannya juga sudah mencapai 18 persen,” kata Menteri Pariwisata Arief Yahya saat mengumumkan Indonesia Muslim Travel Index (IMTI) 2018 di Jakarta, Jumat (7/12/2018).
Dalam acara itu, Lombok, Aceh, dan Jakarta menjadi tiga besar destinasi halal terbaik dalam IMTI yang baru pertama kali dilakukan ini.
IMTI merupakan kerja sama antara Kementerian Pariwisata dan Mastercard-Crescentrating untuk menentukan peringkat destinasi wisata halal di Indonesia yang paling ramah terhadap wisatawan Muslim.
Kriteria yang digunakan Mastercard-CrescentRating adalah kriteria Global Muslim Travel Index (GMTI) yang meliputi empat area strategis, yakni akses, komunikasi, lingkungan, dan layanan.
Menurut Arief, kriteria global harus digunakan untuk meningkatkan standar layanan sehingga wisata halal Indonesia bisa bersaing dengan wisata halal dari negara lain. ”Kita menargetkan tahun depan (2019) Indonesia berada di peringkat pertama sebagai destinasi wisata halal terbaik dunia,” lanjutnya.
Pada tahun 2015, Indonesia berada di peringkat ke-6 dunia dalam wisata halal. Tahun 2016, Indonesia naik menjadi peringkat ke-4, tahun 2017 peringkat ke-3, dan tahun 2018 di peringkat ke-2 dunia.
CEO CrescentRating & HalalTrip Fazal Bahardeen mengatakan, potensi pasar wisata halal sangat besar. ”Ada tiga pasar wisata yang jumlahnya lebih dari 1 miliar wisatawan, yakni pasar China, India, dan Muslim. Sebagai negara Muslim terbesar di dunia, Indonesia bisa menggarap ketiga pasar itu,” ujar Bahardeen.
Ia menyebutkan, jika tahun 2017 jumlah wisatawan Muslim dunia mencapai 131 juta, tahun 2020 ada 158 juta wisatawan mancanegara dengan nilai belanja mencapai 300 miliar dollar AS.
Kendala
Keberadaan wisata halal itu akan menciptakan lapangan kerja, menghidupkan UMKM, dan menumbuhkan inovasi. Direktur Mastercard Indonesia Tommy Singgih mengatakan, perkembangan wisata halal seiring dengan perkembangan ekonomi syariah di Indonesia.
”Namun, saat ini salah satu kendala yang masih dihadapi adalah layanan syariah di daerah. Selama ini layanan syariah hanya ada di kota-kota besar. Padahal, wisata halal tidak hanya di kota besar, tetapi juga di daerah,” kata Tommy.
Sementara itu, Indonesia Travel & Tourism Award Foundation memberikan penghargaan kepada pelaku bisnis pariwisata yang telah memberikan layanan terbaik. Pelaku bisnis itu adalah hotel, maskapai, operator, dan sebagainya.
”Ada 225 peserta yang dinilai, dan pemenangnya ada 74 dengan berbagai kategori. Yang memilihnya adalah masyarakat umum yang memilih melalui Facebook, tim juri, dan validasi dilakukan oleh Binus Business School,” ucap Presiden ITTA Foundation Benny Nainggolan.