Belajar Berwirausaha, Meretas Keterbatasan
Mengenal dunia bisnis dan usaha menjadi pengalaman menyenangkan bagi sejumlah penyandang disabilitas. Kini mereka memiliki bekal untuk menghidupi diri sendiri. Dengan semangat juang dan ketekunan belajar berwirausaha, mereka mampu meretas keterbatasan.
Sebanyak 18 penyandang disabilitas mengikuti pelatihan wirausaha yang diselenggarakan Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Nasional. Mereka berada dalam usia kelompok kerja, yakni 19 - 32 tahun.
Seluruh peserta menampakkan senyum lebar dan mengacungi jempol saat ditanya apakah mereka gembira mengikuti pelatihan. "Senang rasanya karena pelatihan ini menambah pengetahuan," ucap Sartika Purnamasari (27), salah satu peserta, saat ditemui di Jakarta, Kamis (29/11/2018).
Kedelapan belas peserta pelatihan dibagi menjadi enam tim. Menurut Riza Ahmad Fauzi (24), bekerja bersama teman dalam berbisnis itu menyenangkan. Hadyan M Haeza (22) dan Umi Masanti (26) menjadi rekannya di kelompok satu.
Pelatihan yang turut menggandeng excellence.asia dan Tokopedia ini melahirkan enam ide bisnis yang berbeda. Inspirasi usaha mereka beragam, mayoritas bersifat pribadi.
Misalnya kelompok satu. Tim ini menjual burger sebagai salah satu dagangannya. Riza mengatakan, inspirasinya datang dari kartun Spongebob yang dia tonton. Dalam kartun ini, Spongebob bekerja membuat burger bernama \'crabby patty\'.
Meskipun sama-sama menjual pakaian, ide kelompok dua dan lima mengalir dari hulu yang berbeda. "Kami melihat, mencari pakaian yang murah dan keren itu sulit," ucap Bergas N Abdillah (22), anggota kelompok dua.
Kelompok lima yang beranggotakan Heru Hermawan (30), Clara Greta A (24), dan Grenaldi Samuel S (18) memiliki ide berjualan kaos sablon berlabel \'Nagih\'. Heru menuturkan, inspirasinya datang dari pengalaman kelompoknya yang sulit memesan kaos desain sendiri secara satuan.
Proses menghasilkan proposal ide yang dipresentasikan Kamis ini tak sekejap. Keenam kelompok telah berdinamika sejak Oktober 2018.
Rincian teknis ide bisnis yang dipaparkan setiap tim pun beragam. Misalnya kelompok empat yang beranggotakan Sartika, Firda Nurmaulida (20), dan Nadhif Naufal A (20). Mereka menceritakan gagasannya untuk berbisnis jasa dekorasi pesta. Rencananya, mereka butuh investasi Rp 3,5 juta.
Tergerak membuka resto ramah disabilitas, Aria Pahlawan B T (25), Made Dwara A (23), dan Indrayadi (27) memilih bisnis ayam goreng tepung. Modal yang dibutuhkan sekitar Rp 1,5 juta.
Di akhir presentasi, penyelenggara memberikan tim terbaik. Dengan ide bisnis dodol mangrove, kelompok tiga meraih predikat tersebut. Tim ini terdiri dari Riyadi Cahyo U (28), M Ariek Dimas S (23), Lazzaro Charas L (20).
Melihat putranya mempresentasikan ide bisnisnya dan mendapatkan penghargaan, Ine Risianingsih (56) merasa bahagia dan bangga. “Riyadi telah menunjukkan semangat dan kemandiriannya. Untuk mengikuti pelatihan ini, dia selalu berangkat pagi dengan angkutan umum dari Depok, Jawa Barat, ke Kebayoran, Jakarta Selatan. Saya juga senang melihat Riyadi memiliki teman-teman baru,” tuturnya.
Dibatasi
Berdasarkan data yang dihimpunnya, Ketua YPAC Nasional F Ratna Djuita mengatakan, ada 4 juta penyandang disabilitas di Indonesia yang belum mendapatkan pekerjaan. Salah satu penyebabnya ialah, syarat kerja dari perusahaan yang membatasi kesempatan kerja penyandang disabilitas.
Oleh sebab itu, YPAC Nasional menyelenggarakan pelatihan wirausaha dengan harapan memandirikan penyandang disabilitas dalam memperoleh penghasilan. Secara jangka pendek, program ini akan ditindaklanjuti dengan mencari donatur untuk pendampingan dalam mengeksekusi ide bisnis yang telah dirancang.
Ke depannya, Ratna berharap, lulusan pelatihan wirausaha kali ini dapat membentuk badan usaha sendiri untuk mengembangkan bisnisnya. “Kami ingin fasilitasi mereka untuk membuat CV atas nama mereka sendiri,” ucapnya.
Menurut CEO dan Co-founder excellence.asia Viktor Yanuar, berwirausaha memberikan fleksibilitas bagi penyandang disabilitas dalam menghidupi diri sendiri. “Asalkan dibekali pengetahuan, peluang akan terbuka bagi mereka,” ucapnya.
Peluang untuk memasarkan bisnis di pasar dalam jaringan atau daring (marketplace) juga terbuka bagi para peserta pelatihan. Senior Communications Lead PT Tokopedia Siti Fauziah mengapresiasi ide bisnis setiap tim dan siap mendiskusikan tindak lanjutnya dengan YPAC Nasional.
Semangat juang
Di sisi lain, ada sejumlah perusahaan yang memberikan kesempatan kerja bagi penyandang disabilitas. Julian Sulistianto (26) mendapatkan kesempatan bekerja sebagai Agen Mandiri Contact Centre Jakarta Department Customer Care Group PT Bank Mandiri (Persero) Tbk sejak 2015.
Kesempatan ini dimanfaatkan sebaik-baiknya hingga Julian meraih penghargaan The Best Contact Center tingkat nasional dalam kategori penyandang disabilitas. “Kami harus berusaha menyesuaikan diri dengan cara masing-masing. Pilihan untuk meraih keberhasilan ada di tangan kami. Saya pribadi berusaha sekuat tenaga untuk memberikan yang terbaik,” tuturnya saat ditemui, Selasa (4/12/2018).
Awalnya, Julian tidak pernah menyangka dapat bekerja di Bank Mandiri. Semuanya bermula ketika Bank Mandiri mengadakan rekrutmen untuk Balai Besar Rehabilitasi Vokasional Bina Daksa di Cibinong, Jawa Barat, tempat dia mendapatkan pelatihan kerja.
Kini, Julian dipercaya menangani nasabah korporasi prioritas Bank Mandiri. Dengan semangat yang sama, dia bercita-cita mendapatkan peran pemimpin di tempat kerjanya.
Selain fasilitas gedung yang ramah disabilitas, Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri Rohan Hafas mengatakan, tidak ada perlakuan khusus untuk penyandang disabilitas. Penilaian terhadap karyawan dilakukan secara setara.
Namun, Rohan tak menyangkal, dirinya mendapatkan inspirasi semangat juang dari karyawan penyandang disabilitas di sekitarnya. “Secara sikap kerja, mereka mampu menunjukkan ketekunan dan keseriusan,” ucapnya.
Di era digital ini, Bank Mandiri juga berencana membuka peluang kerja lebih lebar lagi untuk penyandang disabilitas. Rohan mengatakan, pekerjaan di era digital yang berkaitan dengan teknologi informasi mempermudah mereka dalam akses dan posisi profesi.
Sama seperti Julian, Iklil Syamsurizal (31) juga mendapatkan kesempatan bekerja sebagai Telesales Funding Officer PT Bank CIMB Niaga Tbk sejak 2013. “Banyak penyandang disabilitas yang berprestasi. Hal ini memacu saya untuk terus berkarya dalam hidup,” katanya.
Direktur Consumer Banking PT Bank CIMB Niaga Tbk Lani Darmawan berpendapat, kehadiran Iklil membawa atmosfer positif bagi suasana kerja perusahaan. Kehadirannya mampu meningkatkan motivasi kerja karyawan di sekitarnya.
Dengan cara masing-masing, mereka telah meretas keterbatasannya dalam bekerja dan menghidupi diri sendiri. Bukankah selayaknya negara turut memperhatikan kesempatan kerja bagi mereka?