JAKARTA, KOMPAS — Pawai Budaya Kongres Kebudayaan Indonesia 2018 digelar di kawasan Senayan, Jakarta, Minggu (9/12/2018) pagi. Tampilan kostum khas 34 provinsi membuat car free day di Jalan Jenderal Sudirman pagi itu terlihat beragam.
Pawai Budaya Kongres Kebudayaan Indonesia merupakan salah satu penutup dari serangkaian acara Kongres Kebudayaan Indonesia 2018 yang dilaksanakan pada 5-9 Desember 2018.
Direktur Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), Hilmar Farid mengatakan, semua perwakilan dari 34 provinsi hadir untuk menyemarakkan pawai tersebut secara swadaya.
”Ada juga perwakilan siswa dari beberapa sekolah di Jakarta yang juga ikut meramaikan,” katanya.
Sejak pukul 06.30, sejumlah peserta bersiap berkumpul di depan FX Sudirman untuk melakukan arak-arakan. Selang 30 menit kemudian, mereka mulai berjalan menuju panggung utama berukuran sekitar 20 meter x 15 meter di depan Pintu 6 GBK.
Di sana, peserta menampilkan atraksi dari setiap provinsi di hadapan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy beserta jajaran petinggi Kemdikbud.
Performa pertama dibawakan Marching Band Gita Bahana Nusantara. DKI Jakarta sebagai tuan rumah berada di belakangnya dengan menampilkan tarian dengan kostum Batavia tempo dulu dan ondel-ondelnya.
Tepuk tangan warga semakin meriah saat Jawa Timur menampilkan simbol kebudayaannya. Mereka berjalan mengenakan kostum kebesaran kerajaan Mataram diiringi tabuhan gendang. Kostum keemasan terlihat mendominasi. Tarian dan baju adat khas Bali, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, dan Sumatera Utara berada di urutan setelahnya.
Kemudian, baju adat, tarian, dan musik daerah khas tiap provinsi ditampilkan secara kolaboratif. Musik orkestra etnik karya Denny Malik dan Ronald Steven mengiringi sekitar 2.500 penari dengan bermacam baju adat daerah, seperti Jawa Tengah dan Papua.
Antusiasme warga terlihat saat berkali-kali mereka mempersempit area atraksi. Tak jarang panitia mengarahkan warga yang menonton mundur. Mereka juga berkali-kali mengajak peserta berswafoto.
Bentuk nyata
Hilmar berharap, melalui unjuk ekspresi dalam pawai ini, bentuk nyata dari Bhinneka Tunggal Ika bisa terlihat. Tak hanya kostum, tetapi juga unsur lain bisa dipadukan.
”Saat keberagaman tersebut dikoreografikan ternyata bisa berhubungan secara harmonis,” katanya.
Hilmar menambahkan, seluruh penampilan akan menjadi salah satu interpretasi dari 10 obyek pemajuan kebudayaan. Obyek tersebut adalah seni, adat istiadat, bahasa, ritus, pengetahuan tradisional, permainan tradisional, olahraga tradisional, teknologi tradisional, tradisi lisan, dan manuskrip.
Muhadjir mengatakan, inti kebudayaan nasional Indonesia adalah keberagaman dan kebinekaan. Ia berharap masyarakat bisa melestarikan, dikembangkan dan dimanfaatkan keberagaman tersebut sebagai kekayaan bangsa.
”Kearifan lokal secara kolektif akan menjadi wujud dari kebudayaan nasional itu,” ujarnya.
Wakil Rektor Bidang Perencanaan dan Kerja Sama Institut Seni Indonesia Denpasar I Ketut Garwa mengatakan, 100 pegiat seni dari Bali ia ikut sertakan ke Jakarta. Hal tersebut khusus untuk menyemarakkan Pawai Kongres Kebudayaan Indonesia ini.
”Budaya Bali juga menjadi budaya Indonesia,” katanya. (FAJAR RAMADHAN)