Waspadai Longsor dan Cuaca Ekstrem
Masyarakat diminta mewaspadai bencana terkait hujan lebat dan angin kencang. Di dua daerah, longsor menyebabkan delapan korban jiwa.
GIANYAR, KOMPAS Ancaman bencana hidrometeorologi telah nyata serta harus diwaspadai, diatasi, dan diantisipasi. Pada Sabtu (8/12/2018), tercatat dua kejadian longsor yang menyebabkan delapan korban jiwa.
Satu keluarga yang terdiri atas lima orang terseret longsor saat rumah mereka di kompleks perumahan Gang Taman Beji, Banjar Sasih, Desa Batubulan, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar, Bali, runtuh ke sungai, Sabtu pagi.
Made Oktara Dwi Paguna (30) dapat dievakuasi dan selamat meski luka. Empat korban lain meninggal, yakni istri Dwi, Ni Made Lintang Ayu (31), serta anaknya, Putu Dewi (6), Made Adin (4), dan Nyoman Adi (2).
Anggota keluarga yang lolos dari musibah adalah Ni Nyoman Martani (53), mertua Dwi. Martani menuturkan, dirinya selamat karena berada di pekarangan untuk persembahyangan pagi.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Gianyar Anak Agung Oka Digjaya menjelaskan, Dwi ditemukan tertimpa reruntuhan besi. Empat korban lain tertimbun reruntuhan bangunan dan tanah.
Tim gabungan dari Kantor Pencarian dan Pertolongan (SAR) Denpasar, BPBD Kabupaten Gianyar, dan Dinas Pemadam Kebakaran Kabupaten Gianyar bekerja sama dengan Kepolisian Daerah Bali, Kepolisian Resor Gianyar, dan Komando Distrik Militer 1616/Gianyar menyisir timbunan di tebing sungai. Pukul 13.30 Wita, semua korban ditemukan.
Pada hari yang sama, satu keluarga terdiri atas empat orang tewas tertimbun tanah longsor di Dusun Jambu, Desa Sidomulyo, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur.
Kepala Pelaksana BPBD Pacitan Didik Alih Widodo mengatakan, empat korban dievakuasi, Sabtu siang. Mereka adalah Sogirah (46), Katminem (58), Misgiman (62), dan Bogiyem (72).
Jumat malam sampai Sabtu pagi, hujan dengan intensitas tinggi mengguyur Pacitan. Dua kecamatan, Pacitan dan Kebonagung, dilanda banjir serta tanah longsor. Sebanyak 233 warga Desa Karen, Desa Purwosari, dan Desa Sidomulyo mengungsi. Tiga warga Desa Sirnoboyo mengungsi akibat banjir.
Warga yang mengungsi akibat tanah longsor belum berani pulang. Mereka bertahan di balai desa atau rumah saudara. Ancaman longsor susulan terkait musim hujan masih ada.
Waspada
Wakil Bupati Pacitan Yudi Sumbogo, saat dihubungi, mengatakan, kewaspadaan menghadapi ancaman bencana hidrometeorologi, yakni puting beliung, banjir, dan tanah longsor, segera ditingkatkan. Aparatur kabupaten sampai rukun tetangga diingatkan untuk waspada saat
hujan turun. Mereka harus mengingatkan warga, terutama yang tinggal di wilayah rawan longsor.
Kepala Polres Pacitan Ajun Komisaris Besar Sugandi mengatakan, anggota Babinkamtibmas didorong giat membantu patroli di tingkat desa/kelurahan.
Sepekan sebelumnya, banjir dan tanah longsor menghantam Pacitan, Trenggalek, dan Tulungagung di pesisir barat daya Jatim. Lima rumah rusak diterjang tanah longsor di Pacitan, yakni di Kecamatan Donorojo dan Kecamatan Argosari. Tanah longsor juga merusak lima rumah di Kecamatan Pagerwojo, Tulungagung. Di Trenggalek, banjir merendam 230 rumah di Kecamatan Gandusari.
Gubernur Jatim Soekarwo meminta para bupati dan wali kota meningkatkan kewaspadaan. Peringatan dan notifikasi potensi bencana alam dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) tidak boleh diabaikan. Penanganan dan antisipasi menjadi penting untuk mencegah bencana alam merenggut banyak korban jiwa.
Tahun lalu, awal April, 28 warga Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Ponorogo, tewas tertimbun tanah longsor. Akhir November 2017, banjir menewaskan enam orang dan tanah longsor merenggut nyawa 19 warga Pacitan.
Sementara itu, warga yang rumahnya terdampak angin puting beliung di Kota Bogor, Jawa Barat, kini tinggal di pengungsian. Mereka menunggu kepastian bantuan perbaikan rumah yang rusak. Hingga Sabtu sore, listrik di Kelurahan Batutulis belum bisa beroperasi kembali.
Berdasarkan data terbaru dari posko darurat, Sabtu sore, jumlah rumah yang rusak 1.348 unit. Rumah yang rusak berada di Kelurahan Lawang Gintung, Cipaku, Batutulis, Rangga Mekar, dan Pamoyanan.
Menurut Camat Bogor Selatan Sujatmiko Baliarto, saat ini baru selesai pendataan bantuan perbaikan.
Cuaca ekstrem
Menurut Kepala Subbidang Prediksi Cuaca BMKG Agie Wandala Putra, Jumat, hujan lebat disertai angin kencang masih akan terjadi di sejumlah wilayah di Indonesia hingga seminggu ke depan.
Cuaca panas di pagi hari diiringi kenaikan suhu udara mengakibatkan pertumbuhan energi yang besar, dihitung sebagai convective available potential energy (CAPE). Masyarakat disarankan mewaspadai kenaikan suhu hingga 5 derajat celsius antara pukul 07.00 dan 10.00.
Kondisi tersebut memicu pertumbuhan awan vertikal yang umumnya berjenis kumulonimbus. Awan ini berbentuk bunga kol menjulang dengan warna gelap keabu-abuan. Awan tersebut akan menurunkan hujan deras secara tiba-tiba dan bisa diikuti angin kencang, seperti yang terjadi di Bogor, Kamis lalu.
Menurut Agie, fenomena di Bogor terjadi karena benturan antara cuaca lokal dengan gelombang tropis Rossby dan Kelvin yang bergerak lamban menuju ekuator. Saat ini, gelombang Rossby di sekitar Jawa menjalar ke barat daya dan meluruh saat menjauhi ekuator. Adapun
gelombang Kelvin saat ini bergerak ke tenggara (Kompas, 7/12/2018).
Gelombang-gelombang tersebut sampai akhir pekan ini masih akan bergerak ke wilayah selatan Jawa, khususnya Jawa Tengah dan Jawa Timur. Fenomena cuaca ekstrem diramalkan akan muncul di akhir pekan ini.
Faktor monsun dingin Asia yang bergerak dari arah utara Benua Asia menuju selatan juga bisa berbenturan dengan cuaca lokal di Kalimantan Barat, Kepulauan Riau, dan Bangka Belitung. Fenomena cuaca ekstrem bisa terjadi pada minggu depan.
(BRO/COK/E16/E02)