JAKARTA, KOMPAS - Setelah melalui serangkaian tes persinyalan dan kereta, PT MRT Jakarta memastikan di akhir Desember 2018 akan dilakukan ujicoba operasi terbatas (partial trial run). Masyarakat secara terbatas bisa mengikuti ujicoba yang akan berlangsung hingga Februari 2019.
William P. Sabandar, Direktur Utama PT MRT Jakarta, Senin (10/12/2018) usai agenda menjajal kereta moda raya terpadu (MRT) Jakarta bersama Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan wartawan, di depo kereta Lebak Bulus, menjelaskan, menjelang operasi MRT Jakarta di Maret 2019, pihak perusahaan bersama kontraktor melakukan serangkaian ujicoba.
Dalam timeline atau jadwal MRT dan juga yang sudah diberitakan Kompas, pada Juni - Juli 2018 dilakukan tes integrasi persinyalan di depo menggunakan rangkaian kereta pertama. Lalu di 23 Juli 2018 dimulai tes sistem persinyalan di jalur utama tanpa kereta.
Pada 9 Agustus dimulai tes integrasi persinyalan di jalur utama dengan kereta pertama. Pada 10 September 2018 dimulai tes uji pergerakan kereta atau dynamic test di jalur utama. Lalu mulai 12 November 2018 dilakukan ujicoba operasi sistem perkeretaapian secara terintegrasi oleh kontraktor. Ujicoba itu diikuti dengan pengetesan kereta rangkaian 2 - 16 di jalur utama.
"Dari semua rangkaian ujicoba itu, mulai akhir Desember 2018 akan dilakukan ujicoba operasi terbatas yang bisa siikuti masyarakat," ujar William di depo.
Untuk bisa mengikuti ujicoba, masyarakat bisa mendaftar di sekretaris perusahaan. PT MRT Jakarta. "Akan ada pengumuman di laman resmi perusahaan," ujar William.
Tubagus Hikmatullah, Kepala Divisi Sekretaris Perusahaan PT MRT Jakarta menjelaskan terkait ujicoba operasi terbatas itu ia tengah menyusun standar operasi standar (SOP) yang mesti diikuti masyarakat apabila mengikuti ujicoba operasi.
Sebagai bagian dari ujicoba operasi perkeretaapian (testing and commisionning test) pada Senin kemarin Kompas mengikuti ujicoba dengan menaiki kereta MRT. Ujicoba itu bersama-sama jajaran direksi MRT Jakart dan Anies Baswedan, Gubernur DKI Jakarta.
Kereta berangkat dari Stasiun Bundaran Hotel Indonesia pukul 16.30 menuju Stasiun Lebak Bulus. Rangkaian kereta yang terdiri atas enam kereta itu dikemudikan Hitoshi Tezuka, Kepala Masinis dari Nippon Sharyo selaku produsen kereta MRT Jakarta.
Tezuka menerangkan kereta dikemudikan dengan kecepatan penuh hingga maksimal 80 km per jam di lintasan datar bawah tanah (underground). Di lintasan transisi menuju lintasan naik, kecepatan turun ke 70 km per jam, lalu di lintasan atas (elevated track), Tezuka menjalankan kereta dengan kecepatan 90 km per jam.
Sesuai estimasi, jarak fase 1 koridor Bundaran Hotel Indonesia - Lebak Bulus sejauh 16 km ditempuh dalam waktu 15 menit. Pukul 16.45 kereta tiba di stasiun Lebak Bulus dan lalu bergerak pelan ke arah depo. Kereta berhenti di depo sekitar pukul 17.00 dan penumpang turun.
Kereta MRT dinamai Ratangga oleh Anies Baswedan, Gubernur DKI Jakarta. Anies membaptis kereta moda raya terpadu (MRT) Jakarta dengan nama yang diambil dari puisi di kitab Arjuna Wijaya dan di kitab Sutasoma yang dikarang Mpu Tantular. Dalam bahasa Jawa Kuno, Ratangga artinya kereta perang. Kereta perang identik dengan kekuatan dan pejuang.
Dijelaskan Anies, Ratangga akan tangguh dan kuat mengangkut para pejuang Jakarta yang sedang berikhtiar untuk kehidupan yang lebih baik. Selanjutnya, semua rangkaian kereta MRT yang sudah datang yang berjumlah 16 rangkaian akan bernama Ratangga. Yang membedakan adalah nomor set atau rangkaian yang berbeda di setiap setnya.