JAKARTA, KOMPAS — Indonesia dinilai membutuhkan tiga hal pokok untuk mendorong ekonominya tumbuh lebih baik. Ketiganya ialah penguasaan teknologi, semangat kewirausahaan, serta kecepatan dan kebersihan birokrasinya.
Wakil Presiden Jusuf Kalla menyampaikan hal itu saat memberikan pidato utama CEO Forum: Embracing Industry 4.0 Opportunity di Jakarta, Senin (10/12/2018). ”Kalau punya ketiga hal itu, ekonomi kita akan jauh lebih baik,” ujarnya.
Kalla menyatakan, revolusi industri keempat atau industri 4.0 banyak dibicarakan di Indonesia belakangan ini. Pada saat yang sama, negara lain terus bergerak, bahkan ada yang lebih cepat. ”Osaka dua minggu lalu memenangkan untuk menggelar Osaka Expo 2025. Salah satu temanya adalah mempersiapkan masyarakat untuk revolusi industri 5.0,” kata Wapres.
Selain pembicaraan mengenai industri 4.0, Kalla mengingatkan bahwa sampai saat ini banyak sektor yang masih menggunakan teknologi yang menjadi penanda revolusi industri sebelumnya.
Menurut Kalla, perkembangan teknologi juga dapat meningkatkan atau mengubah pekerjaan. Sebagai contoh, maraknya pemakaian telepon seluler sebagai pengganti telepon menjadikan usaha warung telepon redup dan tutup.
Akan tetapi, perubahan tersebut kemudian memunculkan usaha baru, yakni penjualan pulsa. ”Jadi, justru menambah pekerjaan dan juga menambah hubungan sehingga baik bagi ekonomi,” katanya.
Senior Partner and Leader, Asia, Operations Practice, McKinsey&Company Karel Eloot pada sesi temu media mengatakan, perusahaan perlu melewati tahap percontohan dengan melakukan tiga transformasi agar dapat mengoptimalkan potensi industri 4.0. ”Tiga transformasi itu mencakup proses bisnis, adopsi teknologi, dan struktur organisasi,” kata Karel Eloot.
Optimistis
Partner and Leader, Southeast Asia, Operations Practice McKinsey&Company Vishal Agarwal memaparkan hasil survei perusahaan konsultan manajemen global tersebut. Survei menyebutkan, 79 persen pemimpin bisnis di negara berbasis manufaktur seperti Indonesia, Thailand, dan Vietnam pada umumnya optimistis terhadap prospek industri 4.0.
”Namun, hanya 13 persen perusahaan-perusahaan di ASEAN yang telah menerapkan teknologi industri 4.0,” kata Agarwal.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia Hariyadi B Sukamdani menambahkan, ada harapan dapat mendirikan pusat kapabilitas digital di Indonesia sebagaimana yang terjadi di Singapura.
Perkembangan teknologi, termasuk digitalisasi, bisa memaksimalkan produktivitas ekonomi. ”Kapasitas yang tadinya menganggur pun sekarang bisa dipakai dengan digitalisasi, mulai di sektor telekomunikasi, transportasi, ritel, bahkan akomodasi,” kata Hariyadi.
Senada dengan Hariyadi, Managing Partner Indonesia McKinsey&Company Phillia Wibowo mengatakan manfaat penerapan teknologi terutama di sisi efisiensi dan produksi. Ada harapan produk domestik bruto Indonesia bisa tumbuh 7 persen. ”Akan tetapi, kalau ingin mencapai pertumbuhan 7 persen, produktivitas di Indonesia harus meningkat 60 persen,” kata Phillia.
Terkait dengan hal itu, lanjut Phillia, pihaknya melihat ada kesempatan bagi Indonesia untuk memacu produktivitas melalui penerapan industri 4.0. ”Riset kami memperlihatkan bahwa sebanyak 120 miliar dollar AS akan bisa direalisasikan dari berbagai sektor, terutama di manufaktur, ritel, dan lainnya di Indonesia,” kata Phillia.