Perempuan Berperan Penting Dorong Tingkat Literasi Keuangan
Oleh
Ayu Pratiwi
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Program literasi keuangan yang menyasar kaum perempuan memiliki peran penting dalam mendorong tingkat literasi keuangan di Indonesia yang saat ini masih relatif rendah. Dalam keluarga, perempuan sering memiliki peran yang lebih besar dibandingkan suaminya dalam mengelola keuangan dan mengedukasi anaknya.
Berdasarkan survei Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 2016, kurang dari 30 persen orang Indonesia melek keuangan atau kurang paham terhadap produk dan jasa keuangan. Survei itu juga mengungkapkan, tingkat literasi keuangan perempuan (25,5 persen) lebih rendah dibandingkan laki-laki (33,2 persen).
”Akses perempuan terhadap pengetahuan finansial lebih terbatas, terutama bagi para ibu rumah tangga. Mereka lebih fokus mengurus keluarganya dan karena kurang terekspos oleh dunia perkantoran, mereka tidak tahu di mana mereka bisa belajar (bagaimana mengelola keuangan secara cerdas),” kata Nini Sumahandoyo, Corporate Communications and Sharua Director PT Prudential Life Assurance saat jumpa pers mengenai pelatihan literasi keuangan untuk perempuan di Jakarta, Selasa (11/12/2018).
Menurut dia, peran seorang ibu dalam mengelola keuangan sangat penting karena kebiasaannya itulah yang kemudian akan diwariskan kepada anaknya. ”Kalau ibu boros, anaknya juga akan boros. Perilaku disiplin dan cerdas merencanakan keuangan itu yang perlu ditekankan kepada mereka,” ujar Nini.
Melalui kegiatan Pelatihan Literasi Keuangan untuk Perempuan yang digelar Prudential Indonesia, misalnya, peserta diberikan pelatihan dasar mengenai pengelolaan keuangan, seperti mengingatkan perempuan untuk lebih memprioritaskan penggunaan uang untuk kebutuhan dibandingkan keinginan. Mereka juga diberikan edukasi mengenai jenis lembaga keuangan, seperti konvensional dan syariah, serta berbagai instrumen keuangan, seperti tabungan, asuransi, pinjaman, dan dana pensiun.
Peserta diberikan pelatihan dasar mengenai pengelolaan keuangan, seperti mengingatkan perempuan agar lebih memprioritaskan penggunaan uang untuk kebutuhan dibandingkan keinginan.
”Diharapkan, nantinya para peserta dapat mengambil keputusan keuangan dengan lebih baik dan sesuai dengan kebutuhan jangka panjang,” kata Nini.
Direktur Literasi dan Edukasi Keuangan OJK Horas Tarihoran mengatakan, mengubah perilaku masyarakat agar melek keuangan tidak mudah dan memerlukan waktu hingga enam bulan untuk memastikan kebiasaan itu betul-betul diterapkan. Ia menekankan pentingnya menyikapi kebutuhan prioritas dan keinginannya secara cerdas agar bisa melek keuangan.
”Dari tahun ke tahun, tingkat literasi dan inklusi keuangan meningkat. Hal ini tidak lepas dari kontribusi perusahaan dalam mengedukasi masyarakat. Kami harapkan kegiatan ini dapat membantu kami mencapai target literasi keuangan sebesar 35 persen pada tahun 2018,” kata Horas.
Program literasi keuangan yang digelar Prudential Indonesia digelar sejak 2009 dan telah menjangkau lebih dari 27.000 perempuan di 24 kota. Antara 2018 dan 2022, program itu akan lebih fokus di timur Indonesia. ”Pada 2022, kami menargetkan 50.000 perempuan di Indonesia sudah mengikuti pelatihan ini,” kata Nini.