JAKARTA, KOMPAS — PT Pertamina (Persero) berkomitmen menuntaskan proyek pengembangan kilang dan pembangunan kilang baru di 2026. Proyek pengembangan kilang dilakukan pada empat kilang minyak, termasuk kilang khusus pengolahan minyak kelapa sawit. Sebelumnya, megaproyek tersebut dijadwalkan rampung pada 2024.
Pada Senin (10/12/2018), di Jakarta, Pertamina menandatangani kontrak pengerjaan rancangan, konstruksi, dan rekayasa (EPC) untuk pengembangan kilang Balikpapan, Kalimantan Timur. Perusahaan yang memenangi lelang EPC tersebut adalah SK Engineering & Construction Co Ltd, Hyundai Engineering Co Ltd, PT Rekayasa Industri, dan PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk. Pertamina juga menandatangani dokumen kerangka kerja sama dengan Overseas Oil & Gas (OOG), perusahaan migas asal Oman, untuk membangun kilang baru di Bontang, Kalimantan Timur.
Proyek pengembangan kilang Balikpapan akan dimulai Januari 2019. Jadwal yang diberikan Pertamina kepada pelaksana proyek adalah 53 bulan yang berlaku efektif sejak penandatangan kontrak. Proyek ini akan menambah kapasitas kilang dari 260.000 barel per hari menjadi 360.000 barel per hari dengan kualitas bahan bakar minyak yang dihasilkan berstandar euro 5.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengakui ada keterlambatan pengerjaan proyek pengembangan kilang dan pembangunan kilang baru. Namun, menurut dia, hal itu masih lebih baik ketimbang tidak ada kemajuan sama sekali. Pihaknya menargetkan seluruh proyek pengembangan kilang dan pembangunan kilang baru tuntas pada 2026.
"Semua akan dilakukan secara paralel (proyek pengembangan dan pembangunan kilang baru). Lebih baik terlambat dari pada tidak sama sekali," kata Nicke usai penandatanganan kontrak.
Adapun untuk proyek pembangunan kilang baru di Bontang, lanjut Nicke, perusahaan asal Oman tersebut sudah melalui tahap seleksi yang berlangsung sejak tahun lalu. OOG dinilai mempunya kemampuan finansial yang kuat, termasuk kekuatan bisnis dari hulu sampai ke hilir. Kilang di Bontang nantinya akan berkapasitas 300.000 barrel per hari dengan kualitas BBM berstandar euro 5.
Direktur Mengaproyek Pengolahan dan Petrokimia Pertamina, Ignatius Tallulembang menambahkan, pada proyek pembangunan kilang baru di Bontang, seluruh pendanaan akan ditanggung OOG. Dalam perjanjian tersebut, Pertamina akan mendapat golden share sebesar 10 persen. Pertamina sebagai pihak yang menyediakan lahan dan infrastruktur pendukung lainnya pada proyek ini.
"Dalam jangka panjang, saham Pertamina akan dinaikkan menjadi 20 persen atau 30 persen. Kilang baru di Bontang nanti akan diintegrasikan dengan produk petrokimia. Nilai investasinya sekitar 10 miliar dollar AS," ucap Ignatius.
Dalam kerjasama tersebut, lanjut Ignatius, OOG berkomitmen memasok minyak mentah untuk kebutuhan kilang. Produk BBM yang dihasilkan dari kilang akan diserap sepenuhnya oleh Pertamina. Namun, kata dia, ada peluang Pertamina bersama OOG mendirikan usaha patungan untuk penjualan BBM di dalam negeri.
Sementara itu, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan mengaku bisa paham kenapa megaproyek pengembangan kapasitas dan pembangunan kilang baru tidak bisa dikerjakan cepat. Seluruh rangkaian proses mesti dilakukan dengan cermat. Hanya saja, menurut dia, perlu perhatian terhadap kian pesatnya perkembangan listrik untuk transportasi yang bisa menggantikan peran BBM.
"Ada kekhawatiran kalau listrik kian pesat, buat apa bangun kilang? Selain untuk ketahanan energi, bangun kilang juga untuk pengembangan industri petrokimia di dalam negeri," ucap Jonan.
Selain kilang Balikpapan, proyek pengembangan kilang dilakukan juga di kilang Cilacap, Jawa Tengah, Balongan di Jawa Barat, dan Dumai di Riau. Adapun kilang baru yang akan dibangun, selain di Bontang, ada di Tuban, Jawa Timur. Apabila seluruh proyek itu tuntas, kapasitas terpasang kilang akan naik dari 1 juta barrel per hari menjadi 2 juta barrel per hari.