JAKARTA, KOMPAS – Humas memiliki tantangan menghadapi perkembangan teknologi informasi 4.0. Oleh karena itu, humas dituntut berani bertransformasi dan mengambil peran penting dalam menghadirkan keterbukaan informasi yang lebih kreatif, atraktif, dan kolaboratif.
Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik, Rosarita Niken Widiastuti mengatakan, keterbukaan informasi di era perkembangan teknologi digital, membuat masyarakat bebas beropini, menilai, dan memilih.
Cara berkomunikasi juga berubah dikarenakan transformasi media (mediamorfosis) hal ini menyebabkan informasi begitu melimpah tanpa ada saringan.
“Maraknya hoaks yang beredar mengakibatkan perubahan persepsi masyarakat. Mereka menjadi emosional tanpa menyelidiki informasi atau pesan tersebut lebih dalam. Rasa ketidakpercayaan terhadap pemimpin masyarakat pun muncul. Ketika hal ini terjadi, ditemukan peluang bagi humas untuk mengedukasi masyarakat melalui komunikasi publik dan endorsement oleh opinion leaders,” kata Niken saat menjadi pembicara di Konvensi Humas 4.0, Senin (10/12/2018), di Jakarta.
Menurut Niken, edukasi publik ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu, dialog langsung dan testimoni kisah sukses. Edukasi ini nantinya akan menghasilkan lingkungan informasi yang lebih dinamis.
Sementara itu, Staf Khusus Kementerian BUMN Wianda Pusponegoro mengatakan, humas Kementerian BUMN menghadapi banyak tantangan, baik operasional maupun dari sisi pelanggan. Untuk menanggapi tantangan tersebut, konten atau sekedar informasi saja tidak cukup. Diperlukan juga suatu koneksi dengan masyarakat.
“Konten yang dianggap lengkap belum tentu dapat diterima oleh masyarakat, apalagi jika pengemasan konten tersebut tidak dapat mengajak masyarakat. konten begitu banyak, tergantung bagaimana kita mengemasnya. Video adalah salah satu cara yang efektif untuk mengemas konten,” kata Wianda.
Menurut Wanda, keterlibatan publik sangat penting, khususnya kamu milenial. Ia mengatakan, kaum milenial mencakup 60% di BUMN, dan mereka juga merupakan calon pemimpin.selain itu, adalah kaum milenial BUMN tidak hanya menghasilkan profit, tetapi juga bersifat sebagai agen pembangunan.
Wianda menambahkan, humas pemerintah untuk keluar dari zona nyaman. Humas hendaknya berani dalam memberikan masukan dan informasi kepada kepada publik khususnya dalam keadaan krisis.
Wianda menganggap, humas masih terlalu terpaku pada perintah pimpinan sehingga informasi menjadi terhambat.
“Karena media selalu gigih untuk mencari berita, humas tidak boleh kalah langkah,” kata Wianda.
Menurut Direktur Pemasaran dan Pelayanan PT Angkasa Pura I, Devy Suradji, sudut pandang story telling bisa menjadi cara memberikan informasi yang menarik dan tidak membosankan.
“Selain bicara baik, kita juga harus melayani dengan baik dengan menghadirkan informasi yang baik. Oleh karena itu, cara humas berkomunikasi harus ditransformasi. Selain itu, Humas hendaknya menggunakan media sosial sebagai medium komunikasi untuk menyebarkan informasi dan menjawab pertanyaan dari publik,” katanya.
Sementara itu, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko mengatakan, pentingnya bertransformasi dari relasi menuju kolaborasi. Kuantum adalah sinergi antar partikel yang menghasilkan energi. Untuk mendukung sinergi maka diperlukan kolaborasi, salah satunya peran humas sebagai kolaborator.
“Bisa dibayangkan apabila semua terkoneksi dan tenaga humas berkolaborasi. Humas sebagai satu energi yang mengikat semua partikel, dan kolaborasi adalah jawaban yang tepat,” katanya. (AGUIDO ADRI)