Laporan mengenai banjir terus datang dari sejumlah daerah. Di Jawa Timur, aktivitas sekolah terhenti akibat banjir. Di Jawa Barat, banjir belum surut. Sementara Banten dilanda hujan angin.
MALANG, KOMPAS Di Kota Malang, Jawa Timur, kegiatan belajar-mengajar di SMPN 18 terhenti akibat genangan air setinggi 1 meter. Hingga Selasa (11/12/2018) siang, guru dan pelajar bekerja bakti membersihkan ruang kelas dan menjemur buku-buku pelajaran.
”Senin sore mulai pukul 15.00 WIB air mulai masuk ke sekolah kami. Beberapa guru sempat menyelamatkan data di komputer. Namun, buku, komputer, alat musik, dan berkas lainnya banyak yang akhirnya terendam air,” kata Aziz Gubaidi, guru Pendidikan Lingkungan Hidup SMPN 18 Kota Malang, kemarin.
Aziz mengatakan, air berasal dari sistem irigasi di bagian barat sekolah. Tembok roboh diterjang air sehingga membanjiri delapan ruang kelas di lantai satu. ”Semalam, tim PMK Kota Malang sudah membantu menyedot air di sekolah ini hingga surut. Jika tidak disedot, hari ini air belum akan surut,” kata Aziz.
Untuk mencegah kejadian serupa, Wali Kota Malang Sutiaji bertekad menertibkan bangunan yang mengganggu aliran air. Tingginya laju tutupan lahan menjadi salah satu penyebab banjir saat hujan di Malang pada Senin lalu. Air gorong-gorong saat itu meluap dan menimbulkan banjir di beberapa tempat.
Banjir bandang dan tanah longsor juga dilaporkan terjadi di Desa Andung Biru, Kecamatan Tiris, Probolinggo. Setidaknya 53 rumah rusak akibat longsor dan 10 rumah lain tersapu banjir bandang.
Kemarin, dua korban longsor yang hilang ditemukan dalam kondisi tewas. Para korban adalah Siti Munawaroh (19) dan Akbar (10), warga Desa Andung Biru.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Probolinggo Anung Widiarto menambahkan, akibat banjir, lima jembatan putus dan beberapa ruas jalan rusak.
Banjir di Bandung
Sejumlah jalan utama di Kota Bandung, Jawa Barat, kemarin, juga terendam hingga 50 sentimeter. Banjir disebabkan hujan lebat selama dua jam dan drainase yang tersumbat sampah.
Banjir dengan ketinggian serupa juga menggenangi puluhan kios pedagang kaki lima di Pasar Andir, Bandung. Akibatnya, aktivitas pedagang terganggu karena mereka harus memindahkan dagangan ke tempat yang lebih tinggi.
Usman (74), pedagang buah di Pasar Andir, mengatakan, kiosnya kerap terendam air saat hujan deras. Menurut dia, banjir di kawasan itu sering terjadi dalam 10 tahun terakhir. ”Dagangan saya akan langsung busuk kalau kena air banjir. Untuk itu, saat musim hujan, barang dagangan saya letakkan di tempat yang lebih tinggi,” ujarnya.
Di Serang, Banten, hujan dan angin kencang merusak rumah warga. Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Serang Nana Sukmana Kusuma mengatakan, hujan deras yang disertai angin kencang menyebabkan satu rumah rusak berat di Desa Cikolelet, Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang, kemarin.
Sebelumnya, Senin (10/12), peristiwa serupa terjadi di Desa Teras, Desa Mandaya, dan Desa Walikukun, Kecamatan Carenang. Sebanyak 12 rumah rusak akibat kejadian itu.
Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Serang, Rofikoh Latif Yuhana, mengatakan, peringatan mengenai adanya cuaca ekstrem di Banten diperpanjang sejak 4 Desember 2018. Peringatan itu masih berlaku hingga Rabu ini, dan melihat kondisi cuaca, kemungkinan dapat diperpanjang lagi.