Berpenampilan menarik menjadi kebutuhan hampir seluruh kalangan masyarakat urban. Rentang harga produk tidak lagi menjadi masalah, malah membuat warga bersiasat.
Oleh
Kurnia Yunita Rahayu/Dian Dewi Purnamasari
·4 menit baca
Berpenampilan menarik menjadi kebutuhan hampir seluruh kalangan masyarakat urban. Rentang harga produk tidak lagi menjadi masalah, malah membuat warga bersiasat.
Sudah enam bulan terakhir, Garis Khatulistiwa (20), warga Kota Tangerang Selatan, Banten, menggunakan rangkaian produk perawatan wajah (skincare) asal Korea dan Jepang. Sabun pembersih, pelembab, hingga masker gel rutin ia pakai setiap pagi dan malam.
Mahasiswi salah satu perguruan swasta di Tangerang Selatan itu tak mau lagi meninggalkan produk perawatan kulit karena produk itu terbukti menyelesaikan persoalan wajahnya. Saat duduk di bangku SMP dan SMA, ia hanya menggunakan sabun pembersih wajah. Alhasil, wajah Garis penuh jerawat.
Kini, hampir tak ada lagi jerawat. Kulitnya pun halus dan bercahaya. “Sekarang aku sudah lebih mengerti soal masalah kulit, jadi berusaha mengatasinya saja,” kata Garis di Jakarta, Senin (10/12/2018).
Pengetahuan soal kulit didapatkan Garis dari berbagai platform e-dagang. Selain menjajakan produk, platform e-dagang juga memiliki jurnal yang mengulas berbagai produk serta kondisi kulit. Dari bacaan itu, ia dapat mengindentifikasi jenis kulitnya yang kering.
Ia yang belum berpenghasilan, terkendala biaya membeli produk perawatan wajah. Rangkaian yang digunakan pun tak lengkap. Ia belum memiliki tabir surya dan masker lembar (sheet mask) yang harusnya juga dipakai sehari-hari.
“Pelembab yang aku pakai pun masih menumpang punya mama.”
Garis pun mencoba cara lain. Belum lama ini, ia memenangkan kuis yang digelar salah satu merek produk perawatan asal Korea. Hadiahnya, ia mendapatkan rangkaian lengkap berisi sabun pembersih, penyegar (toner), spot cream, krim, dan masker dalam kemasan saset untuk pemakaian 14 hari.
Ia dan beberapa pemenang lain diminta mengulas produk setiap hari dan mempublikasikannya di akun sosial media. Pengulas terbaik dijanjikan rangkaian serupa dalam kemasan botol yang tiap botolnya seharga ratusan ribu rupiah.
“Sayangnya aku belum menang. Mungkin harus cari sponsor untuk beli produk skincare,” kata dia sambil tertawa.
Mahalnya harga produk skin care juga dirasakan Chintya Bintang (20), mahasiswi. Walaupun ia sudah berpenghasilan dari mengajar SMP swasta, pengeluaran untuk membeli produk tetap dirasa berat. Pembelian skin care mencapai 30 persen dari total penghasilannya.
Sehari-hari, ia menggunakan pelembab, tabir surya, dan masker yang beragam asalnya, antara lain dari Korea dan Amerika Serikat. Selain itu, ia menggunakan krim malam racikan dokter kecantikan.
Untuk tabir surya, misalnya, harganya mencapai Rp 700.000, masker harian Rp 12.000, dan pelembab Rp 100.000.
“Memang sebenarnya keberatan sih, tetapi tetap dibutuhkan untuk investasi kesehatan kulit di masa tua sih. Selain itu, merawat wajah sama saja dengan menghargai diri sendiri,” kata Chintya.
Syamrotun (28), karyawan swasta di Jakarta Barat, rela menghabiskan waktu berjam-jam sebelum tidur untuk menjalani serangkaian perawatan wajah rutin. Semua itu ia lakukan, agar masalah utama di wajahnya yaitu berminyak di area T (kening sampai hidung), dan kulit kering bisa teratasi.
"Ada beberapa rangkaian perawatan yang aku jalani rutin setiap malam seperti minyak pembersih (cleansing oil), cuci muka dengan sabun ekstrak daun teh, serum, hingga krim malam," kata Syamrotun.
Saat ini, Syamrotun lebih memilih produk-produk kecantikan yang memang cocok di kulit wajahnya dibandingkan pergi ke dokter spesialis kulit. Ia lebih senang merawat wajah dengan tangannya sendiri.
Rata-rata, produk yang dia pakai seharga Rp 30.000-Rp 300.000. Ia memilih produk berbahan baku tumbuh-tumbuhan supaya tidak menimbulkan efek buruk ke kulit.
Meski demikian, merawat kesehatan wajah tidak melulu identik dengan harga yang mahal. Dedy Darmawan N (24) mengatakan, biaya perawatan wajahnya tak sampai Rp 100.000 per bulan. Ia menggunakan air alkali yang mengandung Ph 8,5-9,5 untuk melembabkan wajah.
“Ada dua jenis air alkali yang saya pakai sih, satu untuk membersihkan, yang lainnya untuk melembabkan,” kata Dedy. Keduanya dipakai rutin pagi dan malam hari.
Sekretaris Jenderal Persatuan Ahli Kecantikan dan Pengusaha Salon Indonesia “Tiara Kusuma” Fourlen Diana mengatakan, booming perawatan tubuh dan wajah memang terjadi pada 2018. Berbagai produk dan teknik perawatan tubuh menjadi kebutuhan baik untuk perempuan maupun laki-laki.
Urusan perawatan tubuh ini menyumbang inflasi di DKI Jakarta pada November 2018. Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi DKI Jakarta merilis, pada kelompok pengeluaran kesehatan, inflasi disebabkan kenaikan harga barang perawatan jasmani dan kesehatan, termasuk kosmetika.
”Penyebab inflasi pada kelompok kesehatan ini cukup tinggi, mencapai 0,84 persen,” ujar Kepala BPS DKI Thoman Pardosi. Adapun inflasi Jakarta pada November 0,3 persen.
Tren kenaikan inflasi dari kelompok kesehatan itu juga terlihat pada akhir tahun 2017. Kelompok pengeluaran kesehatan berkontribusi menyumbang inflasi sebesar 0,50 persen.
Angka BPS itu meyakinkan jamaknya perawatan kulit di kalangan kita. Sebagian bahkan berharap memiliki kulit secantik dewa-dewi.