JAKARTA, KOMPAS—Partisipasi kaum milenial dibutuhkan dalam dunia penelitian. Mereka dinilai aktif dan memiliki banyak ide inovatif. Lewat hasil penelitian itu diharapkan dapat semakin membangun bangsa dalam persaingan global.
Kepala Biro Kerja Sama Hukum dan Humas Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (BKHH LIPI) Nur Tri Aries mengatakan, generasi muda saat ini memiliki kemudahan akses terhadap teknologi yang berbeda dengan generasi sebelumnya. Kemudahan itu seharusnya memberikan peluang besar bagi mereka untuk lebih banyak melakukan penelitian.
“Budaya penelitian perlu dibangun sedini mungkin. Terciptanya ekosistem penelitian dalam negeri dapat semakin membangun bangsa dan meningkatkan daya saing secara global,” kata Nur seusai acara "Millenial Talks: Sains untuk Daya Saing Bangsa" yang diselenggarakan LIPI, Rabu (12/12/2018), di Jakarta.
Kemajuan teknologi itu dimanfaatkan oleh William, siswa kelas XII SMA Santo Laurensia, untuk meneliti Studi Analisis Eksperimental dan Komputasional Modifikasi Angel of Wingtip. Penemuan itu bertujuan untuk mengoptimalkan efisiensi bahan bakar dan faktor aerodinamika pesawat terbang.
“Kehadiran teknologi menjadikan sebagian orang malas. Namun, kemajuan teknologi itu justru mendorong saya untuk melakukan penelitian,” ucap William.
LIPI mendorong anak muda untuk berpartisipasi dalam dunia penelitian. Ada dua kompetisi yang diadakan khususnya bagi peneliti muda Indonesia yaitu, National Young Inventors Award dan Lomba Karya Ilmiah Remaja. Perkembangan karya ilmiah dan inovasi khususnya remaja meningkat dari tahun ke tahun.
Kepala Bagian Bina Ilmiah Masyarakat BKHH LIPI Indriyani mengatakan, antusiasme remaja Indonesia dalam kompetisi ilmiah ini mengalami lonjakan. Pada kompetisi National Young Inventors Award tahun 2016 ada sebanyak 672 proposal karya inovasi yang terkumpul. Lalu, jumlahnya meningkat menjadi 854 proposal di tahun 2017 dan 868 proposal di tahun 2018.
Peningkatan juga terjadi pada kompetisi Lomba Karya Ilmiah Remaja total proposal yang terkumpul yaitu, sebanyak 2.697 proposal di tahun 2016, 3.204 proposal di tahun 2017, dan 4.104 proposal di tahun 2018. Artinya, minat penelitian generasi muda sudah semakin berkembang.
“Hal ini bukan hanya tercermin dari semakin banyaknya jumlah proposal dan hasil karya inovasi yang terjaring, namun juga kualitasnya yang semakin meningkat,” kata Indriyani.
Tingkatkan kualitas
Nur menambahkan, salah satu indikator dari hasil riset ilmiah yang berkualitas adalah angka jumlah sitasi. Semakin tinggi jumlah sitasinya maka publikasi itu semakin banyak diakses dan menjadi rujukan bagi peneliti yang sedang melakukan riset.
“Untuk meningkatkan kualitas hasil riset, pemerintah juga perlu menyediakan fasilitas dan pembinaan untuk melanjutkan risetnya. Mereka sebagai aset bangsa harus diberi bantuan, jangan sampai diambil negara luar,” ucap Nur.
Intan Suci Nurhati, peraih LIPI Young Scientist Award 2018, sekaligus peneliti di Pusat Oseanografi di LIPI, telah memiliki lebih dari sepuluh publikasi yang disitasi setidaknya 348 penelitian lain. Ia mengatakan, persoalan biaya instrumentasi penelitian di Indonesia relatif mahal jika dibandingkan di luar negeri. Pemerintah perlu membenahi infrastruktur riset.
“Tersedianya fasilitas riset di dalam negeri akan semakin membantu pertumbuhan dan peningkatan kualitas penelitian,” ujar Intan.
Indriyani menyampaikan, LIPI melalui program pembinaan ilmiah telah melakukan berbagai kegiatan pelatihan. Kegiatan itu antara lain, pelatihan metode penelitian, karya tulis ilmiah, dan kompetisi ilmiah. Selain itu, LIPI melakukan program pembimbingan karya ilmiah bagi siswa dan mahasiswa) yang memungkinkan mereka menggunakan fasilitas laboratorium di LIPI. Program ini dilakukan LIPI dengan bekerja sama dengan beberapa pihak, seperti Pemerintah Daerah, pihak swasta, dan perguruan tinggi. (MELATI MEWANGI)