Mau Cantik? Ikuti ”Influencer”-mu atau ke Salon Saja, Yuk
”Selamat siang, Miss, silakan dipilih model eyelash extension-nya (memanjangkan bulu mata). Ini pertama kali pemasangan atau ingin retouch?” kata seorang beautician (praktisi kecantikan) di Salon Lashtique, Summarecon Mal Bekasi, Kota Bekasi, Jawa Barat, Rabu (12/12/2018).
”Sudah pernah pasang, sih, tetapi mau model yang terlihat seperti baru pasang lagi. Soalnya sudah botak, nih,” kata seorang pelanggan sambil menunjuk bulu mata atasnya. Tanpa bulu mata tambahan, ia merasa botak meski bulu mata aslinya masih tumbuh memenuhi tempatnya.
Setelah sepakat mengenai model yang dipilih, beautician itu mengajak pelanggannya memasuki ruang pemasangan. Pelanggan diminta berbaring di ranjang berukuran 2 meter x 1 meter. Ia sendiri duduk di belakang kepala pelanggan dengan membawa rak peralatan di sampingnya.
Pekerjaan dimulai dengan mengusapkan cairan pembersih di seputar mata pelanggan. Kemudian memasang stiker penutup mata (eyepatch) di bawah garis bulu mata bawah dan beberapa plester micropore untuk memisahkan bulu mata atas dan bawah.
”Tolong pejamkan mata, ya, Miss. Kita akan memulai pemasangan. Selama itu, mata Miss tidak boleh dibuka,” ujar beautician. Ia lalu memasangkan bulu mata tambahan pada setiap helai bulu mata pelanggannya.
Anya (20), salah satu beautician, mengatakan, pemasangan bulu mata paling cepat selesai dalam satu jam. Pemasangan bisa lebih lama, bergantung pada model yang dipilih. Ada yang hanya menambah satu lembar bulu mata palsu per helai. Ada pula yang melipatgandakannya tiga sampai lima kali lipat.
Bulu yang disediakan juga memberikan efek hasil akhir beragam. Ada yang memberikan efek seperti dipoles maskara, ada juga yang memberikan hasil akhir seperti dioleskan eyeliner. Semakin rumit hasil akhir yang diinginkan, semakin mahal harga yang harus dibayar.
Di Lashtique, rentang harga memperpanjang buku mata adalah Rp 350.000-Rp 850.000. Dengan biaya itu, pelanggan bisa mendapatkan manfaat bulu mata tambahan selama 2-5 minggu.
”Manfaat eyelash extension sebenarnya memberikan kecantikan instan. Tanpa berdandan, mereka sudah memiliki mata yang cantik,” kata Silvia (28), pemilik Lashtique. Hal itu pula yang membuatnya menyukai teknologi memanjangkan bulu mata, lalu memutuskan untuk membangun usaha di bidang itu pada 2015.
Kiblat
Teknik memanjangkan bulu mata Silvia pelajari di Korea Selatan. Begitu juga seluruh alat dan bahan di salonnya, didatangkan dari sana. Beberapa tahun belakangan, negara itu menjadi kiblat tren dengan berbagai produk dan inovasi teknik kecantikan.
Di Korea Selatan, Silvia mengikuti kursus memanjangkan bulu mata dari tingkat dasar hingga yang paling rumit. Bahkan, pada 2016 ia menjuarai perlombaan memasang bulu mata palsu di negara yang menjadi kiblat tren pemasangan bulu mata artifisial itu. ”Aku juga berprofesi sebagai dokter gigi, jadi memang lihai memasang peralatan kecil secara detail,” ujarnya.
Berbekal pengetahuan itu, selain membangun salon, ia juga melengkapinya dengan pusat pelatihan untuk karyawan. Pusat pelatihan itu dilengkapi dengan kurikulum baku disertai jenjang pendidikan yang harus dilalui karyawan sebelum menjadi beautician.
Selain untuk karyawan, pusat pelatihan juga menggelar kelas khusus untuk masyarakat umum. Untuk kelas tersebut, harga yang dipatok cukup mahal, yaitu Rp 6 juta untuk pembelajaran selama dua hari dan Rp 12 juta untuk pembelajaran selama lima hari. Dari pembelajaran tersebut, peserta mendapatkan sertifikat keahlian.
Silvia mengatakan, Lashtique tergabung dengan International Eyelash Designer Association (IEDA). Dari asosiasi tersebut, berbagai pengetahuan dan teknik terbaru didapatkan. Pihaknya juga telah membeli lisensi keanggotaan untuk Indonesia. Dengan demikian, salon yang ingin bergabung harus melalui Lashtique.
Menurut Silvia, teknik memanjangkan bulu mata ada di banyak negara. Namun, teknik dan model dari Korea yang paling cocok diterapkan di wajah orang Indonesia karena masih satu rumpun.
Oleh karena itu, usahanya pun laku keras. Baik kalangan remaja, dewasa muda, maupun paruh baya ingin dipanjangkan bulu matanya.
Sejak membuka salon pertama di Kelapa Gading, Jakarta Utara, pada 2015, salonnya sudah bertambah menjadi 11 salon. Semuanya tersebar di Jakarta, Bekasi, Tangerang, Surabaya, dan Bandung. Omzet salonnya mencapai miliaran rupiah dan terus menerus naik. Setidaknya ada peningkatan omzet 20 persen di setiap salon setiap tahun.
”Influencer”
Ledakan tren produk kecantikan itu juga memunculkan profesi lain, yaitu beauty influencer. Berbagai nama tiba-tiba mengemuka berkat kegemaran mengulas pengalaman menggunakan sebuah produk. Salah satunya Mukti Lim.
Beauty influencer asal Bekasi itu berkiprah sejak 2010. Ia menuliskan berbagai ulasan di blog pribadinya. Tak disangka, banyak yang membaca sehingga ia dipercaya berbagai merek kosmetik untuk menuliskan ulasan atas produk mereka.
”Selain memberikan produk, mereka juga memberikan honor. Pada 2010, honor untuk mengulas suatu produk bisa mencapai Rp 500.000,” ujar Mukti. Ia yang kala itu bekerja sebagai karyawan swasta pun terus menjalani profesi sampingan itu hingga bertahun-tahun. Selain mengulas di blog, ia juga kerap diminta menjadi pembicara atau tutor di berbagai acara yang diselenggarakan perusahaan produk kecantikan.
Selain memberikan uang tambahan, pengalaman menjadi beauty influencer rupanya memberikan keuntungan lain. Pada 2015, ia memutuskan meninggalkan kantor dan membangun salon, yaitu Avante Studio.
”Rupanya pelanggan yang datang juga merupakan pembaca blog saya,” kata Mukti. Ia sendiri sudah berhenti menulis blog karena fokus mengurus salon pada 2017.
Menurut dia, peran beauty influencer memang signifikan dalam pengembangan usaha kecantikan. Pengaruh mereka sering kali lebih besar ketimbang iklan. Untuk memasarkan salonnya, ia pun kerap menyewa jasa influencer.
Rizka Amalia (17), pencinta produk kosmetik asal Pondok Gede, Kota Bekasi, mengatakan, ulasan produk dari seorang beauty influencer membantunya menentukan pilihan. Ulasan mereka juga lebih bisa dipercaya karena sudah dicoba pada diri mereka sendiri. Sebab, saat ini begitu banyak produk beredar dan seluruhnya beradu kuat menawarkan kecantikan bagi penggunanya.
Sekretaris Jenderal Persatuan Ahli Kecantikan dan Pengusaha Salon Indonesia ”Tiara Kusuma” Fourlen Diana mengatakan, perkembangan teknik dan produk kecantikan dari luar negeri memberikan keuntungan bagi para pengusaha kecantikan. Namun, hal tersebut juga menjadi pekerjaan rumah bagi pelaku usaha dan ahli kecantikan dalam negeri untuk terus berinovasi.