JAKARTA, KOMPAS — Sejumlah penghuni permukiman padat Kampung Luar Batang di RW 003, Kelurahan Penjaringan, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara, protes karena air perpipaan amat jarang mengalir lancar. Mereka dibebani biaya berlangganan air, tetapi masih harus membeli air di tempat lain karena air dari pipa tidak keluar.
Sekretaris Masjid Jami Keramat Luar Batang sekaligus warga RW 003, Penjaringan, Herman mengatakan, ketidaklancaran pasokan air bersih merugikan sekitar 500 keluarga di empat RT, yaitu RT 003, 004, 005, dan 007. Mereka berlangganan air bersih yang diproduksi PAM Lyonnaise Jaya (Palyja).
Menurut Herman, warga sudah berkali-kali melayangkan keluhan kepada Palyja. Dalam setahun terakhir setidaknya tiga kali pekerja Palyja datang memperbaiki jaringan air, tetapi belum pernah ada solusi jangka panjang. ”Selesai perbaikan, beberapa hari air lancar, tetapi setelah itu tidak mengalir lagi,” ucapnya di Luar Batang, Penjaringan, Kamis (13/12/2018).
Sebagian warga sempat berhenti membayar uang tagihan air sampai akhirnya petugas Palyja datang untuk mencabut meteran air. Namun, warga mencegah penarikan meteran karena mereka menilai Palyja sebagai pihak yang tidak menunaikan kewajiban.
Beban warga pun berlipat. Di satu sisi mereka masih harus membayar tagihan air, sedangkan aliran air minim, di sisi lain mereka mesti memenuhi kebutuhan air bersih dengan membeli air dari wilayah yang airnya lancar. Herman membeli 10-12 jeriken air bersih per hari dengan biaya Rp 15.000-Rp 25.000.
Akses di RW 003 kebanyakan berupa gang dengan lebar hanya 2 meter-3 meter. Gentong air di depan rumah ataupun gerobak-gerobak berisi jeriken yang terparkir di sisi gang merupakan pemandangan umum di sana. Gentong dan jeriken itu dipakai untuk membeli air dari RW tetangga, yaitu RW 002.
Keluarga Yahya (40) di RT 007 RW 003, Penjaringan, termasuk yang menjadi korban. Saat keran air di depan rumah Yahya dibuka pada Kamis siang, air sempat menyemprot, tetapi setelah itu air sama sekali tidak keluar. Sementara itu, ia terus membayar tagihan air, minimal Rp 75.000 per bulan. ”Kadang air hanya keluar 2-3 kali sebulan,” ujarnya.
Saat keran air di depan rumah Yahya dibuka pada Kamis siang, air sempat menyemprot, tetapi setelah itu air sama sekali tidak keluar. Sementara itu, ia terus membayar tagihan air, minimal Rp 75.000 per bulan.
Dengan situasi tersebut, keluarga Yahya mesti mengeluarkan biaya Rp 25.000 per hari untuk mendapat air bersih dari RW 002. Air yang diperoleh hanya bisa memenuhi satu bak kamar mandi serta satu gentong.
Pengeluaran ini membebani Yahya yang bekerja sebagai pedagang aksesori dan peralatan ibadah di area Masjid Luar Batang. Ia memang bisa mendapat pemasukan kotor Rp 200.000-Rp 300.000 sehari, tetapi itu diperoleh jika berjualan 24 jam penuh. Di rumahnya terdapat enam penghuni, yaitu dirinya, istri, dan empat anak.
Seorang warga RT 003, Uwen (73), menambahkan, air keluar dari keran di rumahnya hanya seminggu setiap bulan. Pada tiga pekan sisanya air mampat. Meski demikian, Uwen menunggui keran setiap malam, berjaga-jaga jika air mengalir.
”Ini saya sampai sakit gara-gara begadang,” ucap Uwen. Ia pun sudah dua hari tidak mandi. Perempuan lanjut usia itu lebih mengutamakan air untuk kebutuhan wudu setiap sebelum shalat.
Herman mengatakan, pasokan air untuk Masjid Luar Batang juga terbatas. Air perpipaan tidak mencukupi kebutuhan, terutama setiap hari besar keagamaan, seperti Maulid Nabi. Untuk perayaan Maulid Nabi tahun ini, pengurus masjid mendatangkan air bersih tambahan 20 tangki. Harga air sekitar Rp 350.000 per tangki.
Lydia Astriningworo, Corporate Communications and Social Responsibility Division Head Palyja, menuturkan, suplai air Palyja untuk wilayah Luar Batang dan sekitarnya untuk sementara terganggu sehingga air tidak mengalir normal. “Saat ini, tim Palyja sedang melakukan investigasi untuk mengetahui penyebab gangguan ini,” tutur dia dalam keterangan pers, Kamis.
Lydia menambahkan, Palyja meminta maaf atas gangguan di wilayah RW 03 Kelurahan Penjaringan. Pihaknya tetap berupaya memberikan pelayanan terbaik dan senantiasa melakukan perbaikan.