JAKARTA, KOMPAS — Budidaya udang didorong untuk memenuhi pasar ekspor. Dalam kurun 2019-2021, nilai ekspor udang ditargetkan meningkat 1 miliar dollar AS. Penetrasi teknologi diharapkan meningkatkan kualitas produksi dan nilai tambah komoditas andalan perikanan budidaya tersebut.
Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Slamet Soebjakto, di Jakarta, Kamis (13/12/2018), mengatakan, budidaya udang selama ini memiliki rentang usaha yang sangat luas, dari budidaya skala tradisional, semi-intensif, intensif, hingga superintensif yang padat teknologi.
Indonesia menempati peringkat ke-2 sebagai produsen udang terbesar setelah India dan Vietnam. Di dunia, kebutuhan udang mengalami kekurangan sekitar 500.000 ton, dengan negara importir udang utama antara lain Amerika Serikat, Uni Eropa, dan China.
Slamet menambahkan, saat ini sebagian indukan udang masih bersumber dari impor, tetapi indukan impor diketahui tidak bebas penyakit. Pemerintah berupaya menjaga kualitas produksi dengan menjaga masuknya indukan impor yang terbebas dari penyakit. Pada 2019, pemerintah akan mulai memproduksi sendiri indukan udang monodon yang bebas penyakit.
Ia mengemukakan, revolusi industri 4.0 diharapkan mempercepat pengembangan teknologi usaha hulu-hilir budidaya udang sehingga usaha lebih efisien. Pengembangan itu meliputi perbenihan, pakan, manajemen produksi, manajemen lingkungan, dan pemasaran. ”Dengan teknologi, industri udang diharapkan semakin efisien,” kata Slamet di sela-sela pembukaan ”Pelatihan Bisnis Budidaya Udang Vanamei Batch 3” yang diadakan oleh Mina Indonesia, Kamis (13/12/2018).
Perluas pasar
Menurut Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) KKP Rifky Effendi Hardijanto, terdapat enam komoditas perikanan yang diharapkan mampu memacu nilai ekspor perikanan Indonesia, yaitu udang; tuna, kepiting dan rajungan; gurita, rumput laut; serta tongkol dan cakalang. Udang saat ini dinilai merupakan pilar utama ekspor produk perikanan Indonesia.
Pada periode Januari-Oktober 2018, nilai ekspor udang mencapai 1,5 miliar dollar AS. Sementara itu, target ekspor produk perikanan Indonesia pada 2018 yang ditetapkan mencapai 5 miliar dollar AS. Oleh karenaitu, pemasaran udang Indonesia perlu ditingkatkan dengan menyesuaikan jenis udang yang diminati setiap pasar ekspor.
Menurut Rifky, pasar utama udang Indonesia adalah pantai timur Amerika, sedangkan pantai barat Amerika masih dikuasai pemasok dari India. Begitu pula, pasar Eropa belum dioptimalkan untuk pemasaran produk udang Indonesia. Di Eropa, dari nilai impor udang sekitar 6 miliar dollar AS, kontribusi Indonesia hanya sekitar 84 juta dollar AS. Udang windu merupakan jenis yang banyak disukai pasar Eropa.
Pihaknya menargetkan nilai ekspor udang Indonesia meningkat 1 miliar dollar AS hingga 2021. ”Ini kuncinya adalah bagaimana kita bisa mendorong produksi di hulu,” ujarnya.
CEO Mina Indonesia Faiz Alhamdani Buntoro mengemukakan, revolusi industri 4.0 merupakan salah satu jembatan untuk memperkuat interkoneksi produsen dengan konsumen di mana kedua pihak harus sama-sama diuntungkan. ”Ke depan, pengolahan udang perlu didorong bernilai tambah,” ujarnya.