JAKARTA, KOMPAS — Hujan dengan intensitas tinggi hingga sangat tinggi diperkirakan terjadi di sejumlah wilayah Indonesia dalam sepuluh hari ke depan. Risiko bencana banjir dan longsor meningkat di sejumlah daerah, terutama di Jawa, Sumatera, dan Sulawesi.
Peringatan dini meningkatnya ancaman bencana hidrometeorologi seiring dengan masuknya musim hujan ini disampaikan Deputi Bidang Klimatologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Herizal, di Jakarta, Jumat (14/12/2018). ”Sebanyak 62 persen wilayah Indonesia sudah memasuki musim hujan,” ujarnya.
Beberapa wilayah bahkan telah mendapatkan curah hujan sangat tinggi, yaitu Sumatera Barat, Riau bagian tengah, Cilacap, dan Semarang. Adapun daerah Tasikmalaya, Jawa Barat, tercatat memiliki rekor tertinggi curah hujan selama bulan November, yaitu terekam di stasiun pengukuran Karang Nunggal mencapai 400 milimeter per hari. Sementara akumulasi hujan selama sebulan di wilayah tersebut mencapai 1.325 mm.
Prospek hujan hingga sepuluh hari ke depan menunjukkan, beberapa daerah akan mendapatkan akumulasi curah hujan tinggi hingga sangat tinggi. Menurut Herizal, selama ini penguatan musim hujan identik dengan peningkatan kejadian bencana hidrometeorologi. Oleh karena itu, daerah-daerah yang diprediksi berpotensi curah hujan tinggi harus mewaspadai potensi banjir.
”Peta potensi banjir sepuluh harian yang lebih rinci kini sudah disiapkan BMKG bekerja sama dengan Badan Informasi Geospasial dan Dirjen Sumber Daya Air,” ujarnya.
Kepala Subbidang Produksi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG Siswanto mengatakan, berdasarkan pemetaan yang dilakukan, untuk banjir dan longsor akibat curah hujan tinggi dan kapasitas lingkungan dalam sepuluh hari ke depan terutama berpotensi terjadi di pesisir barat Sumatera dari Sumatera Utara hingga Lampung, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, dan Banten, dan Jawa Barat. Kerentanan di wilayah ini terutama karena adanya pola pusaran di barat Pulau Sumatera.
Selain itu, kerentanan tinggi juga terjadi di bagian tengah dan utara Jawa Tengah dan Jawa Timur karena ada pertemuan angin baratan di Laut Jawa. Sementara kerentanan tinggi yang juga terjadi di Kalimantan bagian barat dan selatan serta Sulawesi bagian tengah akibat pergerakan gelombang Madden Julian Oscillation (MJO) fase basah.
”Umumnya daerah bagian barat Indonesia akan mendapatkan penambahan suplai uap air karena aktifnya fase basah gelombang atmosfer MJO sehingga awan-awan hujan lebih mudah terjadi,” ucap Siswanto.
Siklon tropis
Dinamika cuaca di Indonesia saat ini juga dipengaruhi oleh terjadinya siklon tropis Owen yang aktif di Teluk Carpentaria, Australia, sekitar 800 kilometer sebelah selatan barat daya Merauke.
Data BMKG, siklon ini bergerak ke timur laut menjauhi wilayah Indonesia dengan kecepatan 6 knot atau 11 km per jam dengan kekuatan pusaran 75 knot atau 140 km per jam.
Pada Sabtu (15/12/2018) pagi, siklon ini diperkirakan berada sekitar 900 km sebelah selatan tenggara Merauke. Siklon ini diperkirakan akan berdampak di Indonesia berupa hujan ringan hingga sedang di wilayah Nusa Tenggara Timur.
Selain itu, gelombang laut dengan ketinggian 1,25-2,50 meter berpotensi terjadi di perairan selatan Sumbawa hingga Pulau Sawu, Selat Sumba bagian barat, perairan selatan Flores, Selat Ombai, Laut Sawu, perairan Kupang-Pulau Rote, Laut Timor, Samudra Hindia selatan Nusa Tenggara, perairan Kepulauan Sermata-Kepulauan Tanimbar, perairan Kepulauan Kei-Kepulauan Aru, dan Laut Arafuru bagian barat.