”Esport” Butuh Dukungan Sekolah dan Orangtua
JAKARTA, KOMPAS — Ekosistem esport Indonesia masih butuh kerja sama banyak pihak agar regenerasi atlet esport berjalan dengan baik. Pendampingan orangtua dan sekolah diperlukan sebagai jembatan antara gim dan nilai kehidupan.
Kepala Sekolah Perkumpulan Sekolah Kristen Djakarta Yohannes Siagian di Jakarta, Kamis (13/12/2018), mengatakan, sekolah berperan menghapus kesan negatif terhadap gim. Menurut Yohannes, gim yang masuk kategori esport bermanfaat untuk kegiatan belajar dengan cara yang menyenangkan.
”Selama ini, orangtua takut kalau anak main gim, nilai menurun. Sekolah juga khawatir anak tidak bisa menangkap pelajaran dengan baik, bahkan lupa waktu karena bermain gim. Padahal, anak hanya butuh program pendampingan,” ujar Yohannes ketika ditemui di sela-sela kompetisi esport bertajuk JD.ID High School League 2018.
Menurut Yohannes, dunia pendidikan kerap lambat beradaptasi dengan perkembangan teknologi, termasuk dalam melihat gim. Ia mengatakan, gim akan berdampak negatif jika hanya dimainkan tanpa arahan yang jelas. Sekolah memiliki peran untuk memahami nilai-nilai yang ada di dalam gim sesuai dengan mata pelajaran yang ada.
Sekolah yang dipimpin Yohannes bahkan membuat ekstrakurikuler esport dengan program pembinaan yang kurikulumnya disusun sendiri oleh pihak sekolah. Program pendampingan itu sudah dimulai sejak 2015. Bermain gim hanya 20 persen dari program pendampingan. Selebihnya berisi program mentoring, konseling, pendampingan fisik, dan teori.
Konseling dimaksudkan agar mental siswa tetap kuat saat menghadapi kemenangan atau kekalahan. Pendampingan fisik meliputi aktivitas fisik yang perlu dilakukan siswa jika ada keluhan lengan atau punggung sakit akibat bermain gim.
Dari sisi teori, siswa diberikan apa saja makna dari esport yang bisa diambil dari kehidupan. Ia mencontohkan, salah satu siswanya ada yang menggandrungi esport perang sampai-sampai mempelajari strategi perang. Suatu ketika, ia menemukan fakta bahwa ada medan perang serupa dengan esport Dota 2.
”Itu dia pakai dan terbukti efektif saat permainan. Setelah lawan tahu strategi itu, kawan yang lain melengkapi dan belajar bagaimana strategi baru. Di sana terjadi pembelajaran yang menyenangkan. Adu strategi dan kepintaran. Wawasan mereka juga bertambah,” ujar Yohannes.
Ia yakin, sekalipun tidak menjadi atlet esport, nilai-nilai dalam gim itu bisa diterapkan dalam kehidupan nyata, termasuk di dunia akademik. Di dalam esport Dota, satu tim terdiri atas lima orang. Yohannes mengatakan, jika didampingi dan diarahkan, anak-anak akan paham bahwa esport Dota meliputi urusan ekonomi, persiapan yang matang, kerja sama, dan pemecahan masalah.
Psikolog keluarga dan pendidikan, Ana Surtiariani, mengatakan, dalam esport ada disiplin dan ada target yang jelas. Menurut dia, orangtua perlu memahami itu agar esport bisa menunjang kehidupan anak. ”Jika bermain terus dan tidak makan, tidak mandi, lebih baik anak diajak diskusi. Mencapai sesuatu butuh disiplin. Orangtua berperan di sana,” katanya.
Saat bertanding esport, Ana mengatakan, anak sedang berlatih untuk mengambil keputusan yang efektif. Saat bertanding esport dan ditonton banyak orang, kebutuhan penghargaan dari orang lain terpenuhi oleh anak-anak.
Menurut teori kebutuhan Maslow, ujung piramida tertinggi kebutuhan manusia adalah kebutuhan aktualisasi diri. Dalam esport, kebutuhan itu salah satunya bisa terpenuhi dalam liga-liga esport. Ana mengatakan, saat bertanding di dalam liga, kebutuhan itu akan diaktualisasikan melalui semangat untuk mencapai sesuatu yang terbaik di bidang yang ia geluti.
Tantangan
Ekosistem esport di Indonesia saat ini sudah mulai terbangun. Selain pemain, di dalamnya ada pelatih, manajer, komentator, dan duta. Bahkan, esport didukung dengan produk perangkat keras yang terus lahir dengan fitur-fitur baru. Namun, regenerasi masih menjadi tantangan di esport.
Saat pertandingan JD.ID High School League 2018, liga esport sudah dikemas selaiknya pertandingan olahraga. Tim yang bertanding berada di pentas. Penonton bisa menonton permainan di layar besar di pentas, lengkap dengan audio berkualitas baik. Selain itu, ada komentator yang menganalisis sebelum, sesaat, dan setelah pertandingan laiknya pertandingan sepak bola. Dalam liga tersebut, 300 SMA di Indonesia berpartisipasi.
Kompetisi ini diharapkan menjadi salah satu liga pemantik regenerasi esport di Indonesia. Indonesia menjadi salah satu kekuatan yang diperhitungkan dalam kancah esport. Pemain Indonesia hampir selalu menduduki peringkat tertinggi regional Asia dalam Dota 2, salah satu esport populer di dunia.
Berdasarkan situs resmi Dota 2 pada Kamis (13/12/2018), peringkat tertinggi di kawasan Asia Tenggara dipegang oleh akun Mikoto dari tim yang cukup populer di Dota 2 Indonesia, yakni boom.id. Posisi kedua ditempati oleh akun Wonderkid dari tim Tigers, yang juga berasal dari Indonesia.
Wakil Ketua JD.ID High School League 2018 Sonny Hadi Sukotjo mengatakan, Indonesia cukup diperbincangkan dalam Dota 2 karena posisi puncak hampir selalu diduduki Indonesia. Namun, dilihat dari peringkat itu, pemain profesional Dota 2 tidak kunjung bertambah. Peringkat teratas Asia Tenggara hanya diisi oleh nama-nama itu saja.
Untuk itu, Sonny mengatakan, turnamen-turnamen amatir perlu diperbanyak untuk menampung dan mencari bibit unggul esport di luar pertandingan profesional. Hal itu karena secara statistik penggemar esport di Indonesia terus tumbuh.
Hal itu terlihat dari salah satu esport yang paling banyak diunduh di Google Play store, yakni Mobile Legend. Aplikasi itu sudah terunduh lebih dari 10 juta kali di dunia. Di Indonesia, jumlah penonton Youtube Mobile Legend terus meningkat.
Jumlah penonton akun Youtube Indonesia, Jess No Limit, yang berisi konten unggahan seputar Mobile Legend, terus meningkat. Dalam sebulan terakhir, jumlah kunjungan itu meningkat sebanyak 26,2 juta. Dalam sehari, jumlah penonton videonya rata-rata bertambah 874.000.
Sonny mengatakan, jika kompetisi kelas amatir diperbanyak, regenerasi pemain akan baik. Karier di esport bisa semakin terang sebab bibit-bibit unggul bisa terlihat dari kompetisi amatir. Tim-tim yang sudah mapan bisa mulai menilai individu yang berpotensi direkrut.
Semakin banyak turnamen juga bisa menguatkan sisi ekonomi dalam ekosistem esport. Dari sisi pemain, mereka berpeluang memenangi kompetisi dan menikmati hadiah. Jika sudah level profesional, hadiah yang disediakan cukup banyak.
Sebut saja pertandingan internasional Dota 2. Dalam pertandingan kategori Minor, total hadiah yang diperebutkan mencapai 300.000 dollar AS atau sekitar Rp 4,3 miliar (kurs Rp 14.500 per dollar AS). Pada level kompetisi Major, total hadiah yang diperebutkan setidaknya 1 juta dollar AS atau sekitar Rp 14,5 miliar.
Kompetisi tertinggi Dota 2, yakni The International, total hadiahnya 26 juta dollar AS atau sekitar Rp 377 miliar. Biasanya, 50 persen total hadiah diberikan kepada juara pertama kompetisi. (SUCIPTO)