Jakarta, Kompas- Buku biografi Presiden Joko Widodo berjudul “Jokowi Menuju Cahaya” diluncurkan di sebuah hotel di kawasan Senayan, Jakarta, Kamis (13/12/2018) sore. Tak hanya menceritakan perjalanan hidup, buku itupun menulis pemikiran Jokowi bahwa membangun Indonesia berarti membangun keadilan.
Peluncuran buku yang ditulis Alberthiene Endah itu dihadiri langsung oleh Presiden Jokowi serta Wakil Presiden Jusuf Kalla. Acara itu juga dihadiri sejumlah menteri, seperti Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri Sosial Agus Gumiwang Kartasasmita, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, dan lainnya. Hadir pula sejumlah pengusaha, seperti Dato Sri Tahir.
Buku Menuju Cahaya itu merupakan buku biografi Jokowi ke-dua yang ditulis Albertheine. Sebelumnya buku biografi ditulis saat Jokowi masih menjabat sebagai Wali Kota Surakarta.
Dalam sambutannya, Albertheine, memaparkan, buku itu menceritakan pengalaman hidup Jokowi, hikmah, serta cita-cita Jokowi untuk lingkungan sekitar serta bangsa dan negara.
Berbagai pengalaman pahit yang dialami Jokowi juga ditulis dalam buku itu. Salah satunya pengalaman saat Jokowi kecil harus kehilangan tempat tinggal, karena rumah orangtuanya yang berada di tepi sungai digusur tanpa ganti rugi. Saat itu keluarga Jokowi terpaksa menumpang di rumah kerabat mereka.
Tak hanya itu pengalaman Jokowi yang memboyong Nyonya Iriana, istrinya, ke tengah hutan di Aceh Tengah (sekarang Bener Meriah), juga diceritakan dalam buku tersebut. Barak yang ditinggali Jokowi dan Iriana merupakan satu-satunya bangunan di kawasan hutan.
Dari cerita yang didapat, Albertheine menyimpulkan bahwa apa yang dilakukan Presiden Jokowi saat ini tak lepas dari pengalaman hidupnya. Perjalanan hidup yang dialami juga mempengaruhi kebijakan yang diambil saat ia menjadi Wali Kota Surakarta, Gubernur DKI Jakarta, hingga kini sebagai Presiden RI.
“Saya baca hati beliau, saya lihat apa yang beliau lakukan. Banyak hikmah yang dikumpulkan sejak kecil, dan itu mempengaruhi kebijakannya saat ini. Karena itulah bagi Jokowi, membangun Indonesia sama dengan membangun keadilan. Masyarakat dari sudut manapun butuh pembangunan,” tutur Alberthein.
Saat ditanya, Jokowi tak menampik bahwa apa yang dilakukan saat ini merupakan buah dari pengalaman di masa lalu. Jokowi yang pernah digusur bisa memahami bagaimana perasaan rakyat yang rumah atau tanahnya digusur.
“Siapapun yang memimpin, baik di level kota, provinsi, perjalanan (hidup), pengalaman batin, pasti mempengaruhi kebijakan. Misalnya saya pernah merasakan digusur, masa saya menggusur,” tutur Jokowi.
Tak hanya itu, menurut Albertheine, Jokowi juga berpandangan bahwa pembangunan pasti perlu proses. Karena itu pembangunan tidak selalu terasa manis, tetapi terkadang juga terasa pahit.
Kesan lain datang dari pengusaha Dato Sri Tahir. “Beliau konsisten, tak berubah. Kejujuran, ketulusan, kerja keras, kerja nyata dilakukan sejak masih menjadi walikota, gubernur, dan presiden saat ini,” katanya saat memberikan sambutan.
Sementara Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan bahwa ia melihat kesederhanaan Jokowi selama empat tahun kerja bersama. Selain itu, perlakuan Jokowi kepada masyarakat juga baik.
Perjalanan hidup Jokowi tak selalu mulus, tetapi menurut Albertheine, ia selalu tegar menghadapi kehidupan. Hal itulah yang bisa membuat masyarakat termotivasi serta memiliki harapan, masa depan Indonesia akan lebih baik. (NTA)