JAKARTA, KOMPAS — Tren positif pertumbuhan pembiayaan di bidang agrobisnis diprediksi berlanjut pada 2019. Strategi dan pendekatan yang ditempuh dinilai berhasil mendongkrak penyaluran kredit di sektor ini.
Sektor yang tercakup di agrobisnis meliputi pertanian, perkebunan, peternakan, dan perikanan. Bagi sejumlah bank, pertumbuhan penyaluran kredit menunjukkan tren positif.
Penyaluran kredit usaha rakyat (KUR) mikro agrobisnis PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI tahun ini, misalnya, telah lebih dari dua kali lipat dibandingkan tahun lalu. KUR mikro disalurkan ke 50.000 debitor petani.
”Pada 2017, penyalurannya Rp 224 miliar. Tahun ini hingga awal Desember, penyalurannya mencapai Rp 700 miliar. Tahun depan kami optimistis dapat tumbuh dua kali lipat,” kata Wakil Pemimpin Divisi Bisnis Usaha Kecil BNI Sunarna Eka Nugraha, seusai seminar agrobisnis di Jakarta, Kamis (13/12/2018).
Pertumbuhan penyaluran dinilai tidak lepas dari strategi yang proaktif ke petani. Sunarna mengatakan, pihaknya menyesuaikan diri dengan kultur bisnis petani, misalnya datang ke rumah petani untuk sosialisasi pada malam hari dengan pakaian santai.
Diksi dalam pengenalan produk kredit pun jadi perhatian. Agen bank diajarkan untuk menyebutkan besaran kredit dan besaran bunga dalam rupiah secara berturut-turut ketimbang menyebutkan persentase bunga. Waktu pembayaran kredit juga menyesuaikan masa panen dan produksi. Imbasnya, angka kredit macet (non-performing loan) dapat dijaga di angka 0,9 persen.
Executive Vice President Agricultural Business Division PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI Agung Sulistijo berharap penyaluran kredit agrobisnis tahun depan dapat tumbuh 20-25 persen. Sebab, peluangnya masih terbuka lebar. ”Contohnya peremajaan sawit rakyat, kakao, atau karet,” ujarnya.
Sampai September 2018, BRI menyalurkan kredit Rp 168 triliun, tumbuh 14 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Menurut Kepala Staf Kepresidenan sekaligus Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Moeldoko, kehadiran perbankan dapat membantu mengatasi permasalahan akses pembiayaan bagi petani. Skema KUR dapat memperkuat modal petani dalam berproduksi.
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian mencatat, penyaluran KUR dari 1 Januari 2018 hingga 30 November 2018 telah mencapai Rp 117 trilun. Dana tersalur ke 4,39 juta debitor. Realisasi penyaluran itu mencapai 95,2 persen dari target pada 2018.
Tak hanya memberikan akses pembiayaan, BNI dan BRI turut membentuk kluster yang menjembatani petani dengan perusahaan penyerap hasil produksi agrobisnis (offtaker). ”Pendekatannya berbasis komunitas, baik gabungan kelompok tani atau koperasi,” kata Sunarna.
Dengan skema kluster, kelompok tani ataupun koperasi memiliki jaminan pemasaran sekaligus pembiayaan. Menurut Sunarna, pihaknya tengah menjajaki kluster untuk perkebunan pisang dan peternakan sapi.
Selain itu, BRI dan BNI juga aktif mengembangkan petani lewat badan usaha milik desa (Bumdes). ”Kami mendampingi petani di sisi manajerial dan bisnis sehingga bisa mengelola Bumdes dan tumbuh secara mandiri,” kata Agung.