JAKARTA, KOMPAS — Pencarian hari kedua korban tenggelam di Kalimalang, Kota Bekasi, Jawa Barat, belum mendapatkan hasil hingga Minggu (16/12/2018) petang. Tim pencari kesulitan mendapatkan bocah itu di tengah derasnya arus sungai.
Laporan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bekasi menyebutkan, korban bernama Maurel Febrian (13) berenang bersama dua temannya di Kalimalang dekat Pos Polisi Galaxy, Kelurahan Jakasampurna, Sabtu (15/12/2018) pukul 16.00. Korban yang tidak pandai berenang kemudian tenggelam di tempat itu.
Koordinator Pusat Pengendali Operasi BPBD Kota Bekasi, Aditya Dwi Prabowo, mengatakan, pencarian hari pertama dilakukan dengan menyisir tepi darat Kalimalang pada Sabtu pukul 21.00 hingga 00.00. Belum menemui titik terang, pencarian kembali dilakukan pada Minggu pagi.
”Hari ini kami mulai proses pencarian sejak pukul 07.00. Setelah pencarian semalam, kami mengevaluasi dan menentukan titik-titik lokasi pencarian di jalur air yang kami duga terdapat keberadaan korban,” kata Aditya.
Adapun lokasi pencarian hari kedua terpusat di sebelah Gerbang Tol Jakasampurna, Jalan Tol Bekasi-Cawang-Kampung Melayu (Becakayu). Operasi pencarian ini melibatkan 18 organisasi dan instansi, antara lain BPBD Kota Bekasi, Basarnas, dan Taruna Siaga Bencana (Tagana).
Aditya mengatakan, arus Kalimalang yang lebih deras dari biasanya menyulitkan proses pencarian. ”Sampah memang tidak ada, tetapi arus lebih deras karena sebelumnya ada pengerukan,” katanya. Pencarian juga terkendala oleh kedalaman Kalimalang yang mencapai lebih dari 6 meter.
Dalam proses pencarian, tim gabungan menggunakan teknik ombak. Tiga perahu berkecepatan tinggi bergerak memutar untuk menciptakan ombak dan pusaran air. Cara itu diharapkan membuat tubuh korban muncul ke permukaan.
Pencarian juga dilakukan dengan menyisir setiap sudut sungai. Empat petugas turun ke sungai menggunakan pelampung, sedangkan dua petugas lain berdiri di tepi sungai sambil membentangkan seutas tali. Adapun tali berfungsi sebagai pegangan sekaligus penahan agar petugas tidak terseret arus sungai.
Ganu, anggota satgas BPBD Kota Bekasi, sempat merasakan keberadaan tubuh korban di dasar air. ”Saya merasakan kaki saya seperti menginjak lumpur, tetapi ketika didorong kaki saya tidak ambles. Ketika saya mau angkat, arus terlalu deras,” ujarnya.
Hingga pukul 17.00, pencarian korban belum menuai hasil. Proses pencarian dihentikan pukul 17.30 sesuai prosedur standar operasi yang berlaku. Pencarian akan dilanjutkan malam hari dengan menyusuri jalur darat.
Pamit
Khoirulhuma (26), ibu korban, mengatakan, anaknya keluar dari rumahnya di Cikarang pada Jumat sore. ”Saya enggak tahu dia mau pergi ke mana karena saya lagi kerja. Dia cuma pamit sama neneknya, bilang mau ke rumah kakeknya di Kampung Dua, Jakasampurna, Bekasi Barat, buat ambil baju,” ujarnya.
Setelah dari rumah kakeknya, korban diketahui tidak pulang ke rumah. Ia justru menginap bersama teman-temannya di sebuah pos dekat lampu merah Galaxy, Kelurahan Jakasampurna.
Tari (45), penjual tisu di lampu merah tersebut, mengatakan, pada Sabtu pagi, korban sempat mencari uang dengan cara mengecat putih seluruh tubuhnya. ”Jadi kayak patung gitu di lampu merah,” kata Tari. Uang yang didapat korban digunakan untuk membeli makan.
Saat sore, kata Tari, korban diajak oleh kedua temannya, Raihan (13) dan Aldi (12), untuk berenang di Kalimalang. ”Pas pertama dan kedua kali nyebur enggak kenapa-kenapa karena masih di pinggir sungai. Nah, pas ketiga kali, dia lompat terlalu ke tengah,” kata Tari.
Setelah beberapa saat tidak muncul ke permukaan, kedua teman korban yang berada di lokasi itu pun berlari dan memanggil Tari. Tari yang juga panik baru melapor ke kantor polisi pukul 17.00.
Menurut keterangan penjaga warung yang enggan disebutkan namanya, 10-15 anak seusia korban mencari uang dengan cara mengamen hingga menjual tisu di lampu merah tersebut. Dari jumlah itu, sebagian anak ada yang sekolah ada juga yang tidak.
Sementara itu, Khoirulhumah mengatakan, anaknya telah putus sekolah sejak kelas IV sekolah dasar. ”Kalau masih sekolah, harusnya sekarang sudah kelas VI,” ujarnya dengan mata berkaca-kaca. (DIONISIO DAMARA)