Cuaca Masih Bergejolak, Siklon Muncul di Samudera Hindia
Oleh
Ahmad Arif
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Kondisi cuaca di Indonesia saat ini masih bergejolak. Selain terbentuknya siklon tropis Kenanga di perairan Samudera Hindia sebelah barat Bengkulu, sirkulasi siklonik muncul di Kepulauan Anambas dan Selat Malaka.
Siklon Kenanga bergerak ke arah barat daya menjauhi wilayah Indonesia dengan kecepatan 7 knot atau 13 kilometer per jam. Siklon ini akan meningkatkan kecepatan angin di sebagian wilayah pesisir barat pulau Sumatera dan meningkatkan ketinggian gelombang laut.
Peringatan dini cuaca ini disampaikan Deputi Bidang Meteorologi, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Mulyono Rahadi Prabowo, di Jakarta, Minggu (16/12/2018). Disebutkan, konvergensi massa udara terbentuk di Perairan Timur Aceh, Kalimantan Timur, Selat Makassar, Sulawesi Barat, Laut Banda bag Utara dam Papua. Belokan angin terdapat di Aceh, Sumatera Utara, Kalimantan Barat, Banten, Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, NTB, Maluku Utara, Papua Barat.
Dengan kondisi ini, wilayah dengan potensi hujan lebat pada Senin (17/12) meliputi Aceh, Riau, Jambi, Kepulauan Bangka Belitung, Sumatera Selatan,
Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Utara, Maluku Utara, Papua Barat, san hampir seluruh wilayah Sulawesi. Sedangkan wilayah yang berpotensi hujan lebat disertai angin kencang dan petir meliputi Jawa Barat, Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku, dan Papua.
Khusus untuk wilayah Jakarta dan Tengerang, hingga tanggal 20 Desember mendatang, umumnya berawan dan hujan ringan pada pagi dan siang hari. Hujan ringan hingga sedang berpotensi pada sore hari. Sedangkan Bogor, Depok, dan Bekasi, pada siang dan sore hari berpotensi terjadi hujan dengn intensitas lebat.
Kepala Subbidang Produksi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG Siswanto mengatakan, berdasarkan curah hujan tinggi dan kapasitas lingkungan, daerah yang berpotensi tinggi banjir dan longsor meliputi pesisir barat Sumatera dari Sumatera Utara hingga Lampung, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, dan Banten, dan Jawa Barat. Kerentanan di wilayah ini terutama karena adanya pola siklonik di barat Pulau Sumatera.
Selain itu, kerentanan tinggi banjir dan longsor juga terjadi di bagian tengah dan utara Jawa Tengah dan Jawa Timur, karena adanya pertemuan angin baratan di Laut Jawa. Sedangkan kerentanan tinggi yang juga terjadi di Kalimantan bagian barat dan selatan, serta Sulawesi bagian tengah akibat pergerakan gelombang Madden Julian Oscilation (MJO) fase basah.
"Umumnya daerah bagian barat Indonesia akan mendapatkan penambahan supla uap air karena aktifnya fase basah gelombang atmosfer MJO, sehingga awan-awan hujan lebih mudah terjadi," kata Siswanto.
Dampak di laut
Sementara itu, keberadaan siklon tropis Kenanga pada Minggu sore, menurut data BMKG, berada di Samudera Hindia sebelah barat daya Bengkulu dengan koordinat 10,6 Lintang Selatan dan 90,7 Bujur Timur atau sekitar 1470 km sebelah barat daya Kerinci. Siklon ini bergerak ke arah barat daya menjauhi wilayah Indonesia dengan kecepatan 7 knot atau 13 km per jam.
Siklon ini disebutkan berdampak memicu kenaikan gelombang laut setinggi 2,5 - 4 meter si Perairan barat Kepulauan Mentawai, perairan Enggano, Samudra Hindia barat Mentawai hingga selatan Banten, Laut Natuna Utara. Sedangkan gelombang laut 4 - 6 m berpotensi terjadi di perairan barat Kepulauan Mentawai, perairan Enggano, Samudra Hindia barat Mentawai hingga selatan Banten, dan Laut Natuna Utara.
Berdasarkan informasi dari Pusat Meteorologi Maritim BMKG, hujan lebat disertai petir di wilayah perairan Indonesia berpotensi terjadi di Selat Malaka bagian utara, Samudera Hindia di sebelah selatan Jawa Tengah, dan Laut Halmahera. Keberadaan awan kumulonimbus di atas wilayah tersebut juga dapat menimbulkan angin kencang dan menambah tinggi gelombang.
Kondisi tinggi gelombang di atas 4 m, bisa sangat membahayakan bagi kegiatan pelayaran. Data Pusat Meteorologi Maritim BMKG, risiko tinggi bagi keselamatan perahu nelayan jika kecepatan angin lebih dari 15 knot dan tinggi gelombang di atas 1,25 m, untuk kapal tongkang jika kecepatan angin lebih dari 16 knot dan tinggi gelombang di atas 1,5 m, kapal feri jika kecepatan angin lebih dari 21 knot dan tinggi gelombang di atas 2,5 m, sedangkan kapal kargo dan pesiar jika kecepatan angin lebih dari 27 knot dan tinggi gelombang di atas 4 meter.