JAKARTA, KOMPAS – Generasi muda punya peluang dan potensi besar untuk mengembangkan industri kreatif, termasuk industri film. Berbagai media yang tersedia saat ini turut mendukung perkembangan tersebut. Film pun dinilai bisa memicu kreativitas dan Kemandirian generasi muda di masa depan.
“Hal terpenting sekarang adalah menuntun generasi muda untuk menghasilkan konten film yang sifatnya membangun rasa persatuan bangsa, bukan konten yang berisi caci maki,” ujar pakar komunikasi publik yang juga mantan Menteri Negara Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat dan Pengentasan Kemiskinan Haryono Suyono di sela-sela kegiatan lokakarya bertajuk Revolusi Mental Indonesia Mandiri: Raih Mimpimu Buat Film di Jakarta, Sabtu (16/12/2018).
Lokakarya itu diselenggarakan Kementerian Koordinator Pembangunan Kemanusiaan dan Kebudayaan bersama Yayasan Mekar Pribadi. Sebanyak 100 peserta yang hadir. Mereka terdiri dari anak siswa SMA dan SMK di Jakarta, serta mahasiswa dari Universitas Negeri Jakarta, Institut Kesenian Jakarta, Universitas Esa Unggul, dan Universitas Trilogi. Selain itu, sejumlah komunitas perfilman turut hadir dalam kegiatan ini.
Kreativitas generasi muda dalam menghasilkan karya film dinilai bisa jadi tameng melawan konten negatif di media sosial. Film dengan konten membangun yang dikemas menarik akan mudah diterima generasi muda.
Selain itu, lanjut Haryono, industri film jadi salah satu bidang yang bisa bertahan menghadapi industri 4.0. ”Film itu kuncinya kolaborasi. Sementara industri 4.0 juga mengacu pada kolaborasi. Jika dimaksimalkan, bidang perfilman berpeluang besar pada masa depan,” ucapnya.
Ketua Yayasan Mekar Pribadi Oetari Noor Permadi menambahkan, terjun ke industri perfilman tak mudah. Kreativitas berpengaruh pada hasil karya yang dihasilkan. Jadi, generasi saat ini perlu mendapat motivasi untuk terus belajar dan berkembang.
Seseorang bisa menjadi wirausaha dengan film. Industri kreatif membuka peluang besar pada kemandirian seseorang di masa depan. Lapangan kerja juga terbuka dari bidang ini.
”Kita bisa lihat contoh nyata generasi muda yang sudah mandiri dari industri film. Livi Zheng, misalnya. Ia jadi contoh sineas muda yang berhasil membawa nama bangsa di dunia internasional lewat film. Ia sekaligus berhasil mengenalkan budaya Indonesia lewat film,” katanya.
Melestarikan budaya
Oetari berpendapat, film juga bisa jadi sarana yang baik untuk menanamkan dan melestarikan budaya bangsa. Melalui film, nilai-nilai budaya tidak perlu lagi disampaikan dengan mengumpulkan massa dengan pidato ataupun narasi panjang.
”Film sifatnya interaktif. Lewat visual, nilai-nilai budaya menjadi lebih menarik dan mudah diterima. Bahkan, nilai-nilai itu tidak terkesan menggurui karena disampaikan dengan santai dengan latar kehidupan sehari-hari,” ujarnya.
Haryono menambahkan, inovasi dan kolaborasi kuat dalam pembuatan film bisa menciptakan kemandirian. Biasanya, generasi muda lebih mudah menciptakan inovasi segar dan merangsang banyak orang. Tentu inovasi itu diperlukan warga.
”Tugas yang perlu dilakukan sekarang adalah menuntun anak muda menghasilkan inovasi yang membangun kebersamaan antarbangsa. Hal itu bisa menuntun pada cita-cita kemandirian yang berkelanjutan,” katanya.