Pemasaran Berbasis Data Menentukan Langkah Perusahaan
Oleh
Mohamad Final Daeng
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Data-driven marketing atau pemasaran berbasis data kini digunakan perusahaan-perusahaan untuk meningkatkan pendapatan. Agar berhasil, dibutuhkan sumber data yang benar dan sistem pengelolaan data yang fokus.
Pada acara Partner Gathering KG Value Card bertema ”Go Excelent Through Data Driven Marketing”, Selasa (18/12/2018), dipaparkan bagaimana pengelolaan data untuk data-driven marketing bisa memajukan pendapat perusahaan. Data yang digunakan umumnya adalah big data yang telah dikumpulkan atau baru akan dikumpulkan.
”Big data saat ini banyak dilakukan di dunia bisnis karena big data tidak hanya bicara volume data, tetapi juga kecepatan memperoleh data itu dan bagaimana data itu bisa dikelola menjadi sesuatu yang berarti bagi sebuah bisnis,” kata pakar big data, Dedy Permadi.
Sumber data sebelum diolah bisa saja didapatkan dari berbagai sumber. Untuk data primer dapat dilakukan dengan survei konsumen atau mengumpulkan data transaksi konsumen di perusahaan itu sendiri.
Mengambil contoh pada bank yang dapat mengumpulkan data pengguna kartu kredit terbesar berada di daerah mana atau kalangan apa. Data itu dapat digunakan untuk memfokuskan penawaran kartu kredit pada daerah atau kalangan tersebut. Data itu juga bisa dipakai untuk memperbaiki kinerja kartu kredit tersebut jika tidak diminati konsumen.
Untuk survei dapat dilakukan secara langsung ataupun daring dengan menggunakan aplikasi. Namun, survei memiliki permasalahan, misalnya masih ada konsumen yang mengisi dengan asal agar cepat selesai sehingga informasi tidak sesuai dengan kondisi sebenarnya.
”Akibat data yang tidak benar, langkah yang diambil perusahaan juga salah. Hal ini membutuhkan ketelitian dalam mengumpulkan data,” kata Vice President Digital Marketing PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Duardi Prihandiko.
BCA menjadi salah satu perusahaan yang menggunakan data-drivenmarketing. Salah satu pencapaian yang diperoleh menggunakan cara ini yaitu unduhan aplikasi Sakuku milik BCA yang meningkat 200 persen.
Selain data primer yang digunakan Bank BCA, perusahaan juga bisa mengambil data sekunder. Data ini banyak dimanfaatkan dari interaksi media sosial dan statistik pencarian daring.
Head of Data Kompas Gramedia Omar Abdillah mengatakan, banyaknya sumber data membuat pelaku usaha harus menentukan tujuan data-drivenmarketing. Hal itu diperlukan agar perusahaan fokus mengumpulkan data yang penting sehingga juga akan menghemat waktu.
Omar juga mengatakan, rekomendasi produk baru bisa dilakukan dengan data-drivenmarketing. Awalnya dengan mengumpulkan pengalaman pelanggan yang diproses sesuai kebutuhan lalu memprediksikan permintaan pasar dan mendefinisikan kembali distribusi stok. Jika sudah lengkap, analisis dapat berjalan sehingga dapat merekomendasikan produk baru.
Gramedia juga rutin mengumpulkan data anggotanya untuk memilih jenis program ke depan. Data yang sering diperbarui yakni mengenai anggota Gramedia. Seperti yang dipaparkan Marketing dan Communication Manager PT Gramedia Asri Media Made Ruswidi, saat ini anggota Gramedia didominasi pelanggan berusia di bawah 20 tahun. Ada pula data tentang pendidikan, jender, dan agama.
Pengumpulan data ini juga sebagai wujud perusahaan menuju era digital. Perkembangan digital harus dihadapi perusahaan-perusaahaan saat ini, baik itu yang sudah lama maupun yang baru merintis. Oleh karena itu, dibutuhkan kemauan untuk tetap bertahan.
Menghadapi dunia digital yang terus berkembang saat ini, Duardi Prihandiko berpesan agar pelaku usaha selalu berpikir sebagai pemula agar terus ingin tahu dan belajar. Langkah selanjutnya yakni berani memulai dan menyelesaikannya. ”Berpikir seperti pemula. Selesai lebih baik daripada sempurna,” ujar Duardi. (SITA NURAZMI MAKHRUFAH)