Senat AS dianggap mencampuri urusan dalam negeri Saudi. Riyadh tetap menyangkal keterlibatan Putra Mahkota pada pembunuhan Khashoggi.
RIYADH, SENIN—Arab Saudi melontarkan kecaman yang jarang dilakukan terhadap Senat Amerika Serikat, yang menyatakan Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman bertanggung jawab atas pembunuhan Jamal Khashoggi. Hal ini sinyal terbaru memburuknya hubungan Riyadh dan Kongres AS.
Dalam pernyataan yang dirilis, Senin (17/12/2018), Arab Saudi menilai pernyataan dalam resolusi Senat AS tersebut merupakan campur tangan dalam urusan dalam negeri mereka. Kamis lalu, Senat AS mengeluarkan dua resolusi terkait Arab Saudi. Pertama, Senat menyatakan Pangeran Mohammed—populer dengan panggilan MBS—bertanggung jawab dalam kasus pembunuhan Kashoggi. Kedua, Senat meminta AS menghentikan bantuan kepada Arab Saudi dalam perang di Yaman.
”Kerajaan secara tegas menolak setiap campur tangan dalam masalah internal, semua tuduhan dengan cara apa pun yang tidak menghormati kepemimpinan... dan setiap upaya yang merongrong kedaulatan atau menghilangkan kehormatan,” demikian pernyataan Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Arab Saudi.
Resolusi yang disampaikan Senat AS, menurut Arab Saudi, didasarkan pada sesuatu yang belum dibuktikan kebenarannya dan merupakan tuduhan.
Pernyataan seperti itu tak lazim dikeluarkan Riyadh kecuali untuk merespons kritik terhadap catatan pelanggaran hak asasi mereka, seperti disampaikan kepada Swedia pada 2015 yang mencerca perlakuan Arab Saudi terhadap seorang bloger. Respons serupa disampaikan kepada Kanada yang mengecam penangkapan aktivis hak perempuan di Arab Saudi, beberapa bulan lalu.
Menegaskan hubungan
Meskipun demikian, dalam pernyataannya, Arab Saudi juga menegaskan kembali komitmennya terhadap hubungan dengan AS. Riyadh menyebut Senat AS sebagai ”sebuah badan legislatif sekutu yang terhormat dan pemerintah yang bersahabat”.
”Pemerintah Kerajaan berharap (resolusi) Senat AS ini tidak ditarik ke dalam debat politik domestik AS guna menghindari dampak negatif yang signifikan terhadap hubungan penting yang strategis,” kata Kemlu Saudi.
Kasus pembunuhan Khashoggi di Konsulat Arab Saudi di Turki, 2 Oktober lalu, terus mengundang kontroversi. Pemerintah Arab Saudi menyangkal keterlibatan MBS dalam kasus tersebut. Kendati demikian, Riyadh terlihat kesulitan membendung keyakinan adanya peran MBS dalam kasus tersebut. Tekanan dunia internasional yang terus-menerus mengubah sedikit sikap Arab Saudi, yang belakangan mengakui bahwa pembunuhan itu direncanakan oleh para pembantu dekat Putra Mahkota.
Badan Pusat Intelijen AS (CIA) setelah memeriksa sejumlah bukti menyimpulkan bahwa pembunuhan itu terjadi atas perintah MBS. Selain sudah menyampaikan kesimpulan tersebut kepada Presiden AS Donald Trump, CIA juga memberi penjelasan khusus kepada sejumlah anggota Senat tentang kesimpulan tersebut.
Dalam resolusinya, Senat AS mengakui hubungan penting kedua negara. Namun, Senat meminta Riyadh ”memoderasi kebijakan politik yang berkembang tidak menentu”.
Senat juga membuat resolusi atas perang yang berkecamuk di Yaman. Banyaknya korban akibat perang itu mendorong munculnya sikap keras di Kongres yang menginginkan diakhirinya peran militer AS dalam membantu koalisi yang dipimpin Arab Saudi. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), sedikitnya 10.000 warga sipil tewas sejak koalisi menggempur Yaman pada 2015.
Pernyataan Arab Saudi menyebutkan, posisi Senat tak akan berakibat terhadap peran utama Arab Saudi di kawasan dalam mendukung stabilitas internasional. Sehari setelah voting di Senat, Menlu AS Mike Pompeo kembali membela hubungan AS-Arab Saudi dalam hal keamanan. Menurut dia, Arab Saudi mempunyai peran penting untuk menghadapi musuh bersama, yaitu Iran. (AFP/AP/REUTERS/RET)